Banyak masyarakat masih memendam kekecewaan Piala Dunia U-20 di Indonesia batal di mana Bali sedianya menjadi salah satu city host. Kali ini, Forum Peduli Bali menggelar diskusi terkait pembatalan efek pembatalan tersebuti. Acara yang digelar di Warung Kubukopi, Kamis (6/4/2023) itu bertema "Menelisik Dampak Tragedi Pembatalan Piala Dunia U-20".
Tiga orang pembicara dihadirkan dalam diskusi. Mereka adalah Hery Angligan (praktisi pariwisata dan mahasiswa S3 Pariwisata Universitas Udayana), Kambali Zutas (wartawan dan pengamat sepakbola Bali), dan dr. I Gusti Rai Putra Wiguna SpKJ (pembicara perspektif psikososial).
Praktisi Pariwisata Hery Angligan mengatakan, pariwisata seolah menjadi segala-galanya untuk Bali. Ini juga tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2009 tentang Pariwisata itu sendiri. UU itu berbunyi pariwisata Indonesia itu adalah pariwisata yang berkualitas, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, kebijakan-kebijakan yang menomorsatukan pariwisata itu berubah menjadi standar ganda saat menghadapi helatan Piala Dunia U-20 yang baru saja dibatalkan.
"Justru pertanyaan kita, apa sih arah dari kebijakan pemerintah daerah terkait pariwisata itu sendiri? Apa tentang penolakan Israel pada 1962 pada saat itu? Itu masa lalu. Kalau konstitusi yang menjadi permasalahan, kenapa nggak konstitusi itu saja yang kita cabut," cecar Hery.
Menurut Hery, standar ganda tersebut ketika di satu sisi mengagung-agungkan pariwisata untuk bangkit kembali, tapi di sisi lain secara tidak langsung menjegal pariwisata itu sendiri.
Hery menilai event dunia itu apabila jadi digelar, akan menjadi kesempatan untuk Bali agar bisa bangkit kembali setelah pandemi. Namun, sayang hal itu hanya tinggal wacana saja.
"Dari data yang saya baca opportunity loss pariwisata akibat pembatalan itu Rp 3,7 triliun, Rp 500 miliar dari prasarana yang dibangun, Rp 500 miliar penyelenggaraan ditambah mungkin dari sisi dan transportasi yang batal," tuturnya.
Hery menilai alasan Gubernur Bali Wayan Koster menolak Timnas Israel bertanding dengan alasan kemanusiaan karena Israel menjajah Palestina adalah sebuah kemunafikan.
"Saya pikir itu munafik. Kenapa nggak jujur aja deh saya melaksanakan perintah ketua partai saya. Sehingga masyarakat menyadari kamu tuh gubernur partai bukan Gubernur Bali, udah itu aja," tutupnya.
(hsa/nor)