Nestapa dialami warga di sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka mesti menandu warga yang sakit dan melahirkan untuk dibawa ke rumah sakit karena jalan rusak parah.
Terbaru, nasib tersebut dialami Rosula Vatmawati Dawuh, ibu hamil di Kampung Naba, Desa Compang Longgo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT. Ia ditandu empat orang dewasa menggunakan sarung dan dua bambu demi bisa melahirkan di rumah sakit (RS) Labuan Bajo, Rabu (29/1/2025) pagi. Video Rosula ditandu viral di media sosial (medsos).
Salah satu warga yang menggotong Rosula, Yosep Suhardi, mengatakan ibu hamil itu ditandu karena jalan di Kampung Naba rusak. Jalan itu berlumpur sehingga tak bisa dilalui mobil. Mereka menandu Rosula sampai di Kampung Tanadereng, selanjutnya menggunakan mobil ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Komodo di Labuan Bajo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Tandu) sepanjang tiga kilometer. Jalan rusak karena memang belum ada peningkatan statusnya," ujar Yosep, Rabu malam.
Yosep menjelaskan Rosula yang didampingi suami menginap di rumah keluarganya di Kampung Naba pada malam sebelum ditandu. Rosula mulai merasa sakit pinggang dan merasa tidak nyaman saat tengah malam. Suaminya mencoba menenangkannya agar bisa bertahan hingga pagi.
Rosula dan suaminya meninggalkan rumah untuk pergi ke RS sekitar jam 05.30 Wita. Mereka berjalan kaki dari rumah itu. Dalam perjalanan, Rosula mampir di rumah Yosep karena tak kuat menahan sakit di pinggangnya. "Kami pun agak panik," ujar Yosep.
Yosep kemudian bergegas memotong bambu untuk tandu Rosula. Yosep kemudian memanggil warga lainnya untuk bantu menandu Rosula.
"Karena tidak ada jalan lain yang harus kami lalui, terpaksa kami harus lewat jalan yang penuh berlumpur itu. Kami dengan senang hati membantu keluarga ini untuk mengantar mereka sampai di Kampung Tanadereng karena di sana baru bisa mendapatkan transportasi," ungkap Yosep.
Menurut dia, Rosula tidak lagi merasa kesakitan saat ditandu. Selama perjalanan itu, mereka tidak berhenti agar bisa cepat tiba di Kampung Tanadereng.
"Dengan perjalanan hampir satu jam itu dan banyak rintangan dalam perjalanan, akhirnya kami tiba di ujung aspal. Mobil yang jemput pun muncul. Itu mobil taksi yang disewa oleh pihak keluarga, bukan ambulans, dan langsung ke RSUD komodo," jelas Yosep.
Rosula akhirnya bisa melahirkan di RSUD Komodo sekitar jam 09.00 Wita. Rosula dan bayinya selamat. "Sekarang sudah di ruang nginap dan saya juga masih di sini," tandas Yosep.
Nasib pilu juga dialami Faridah. Perempuan itu harus ditandu sejauh dua kilometer (km) saat hendak bersalin ke RSUD Bima lantaran jalan di desanya rusak parah. Peristiwa itu terjadi di Dusun Waduramba, Desa Ntonggu, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima, NTB.
Video yang memperlihatkan sejumlah pria berjalan kaki menggotong Faridah yang sedang hamil menggunakan tandu dari bambu dan sarung viral di media sosial. Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun Facebook @Fisa Nafisa.
Fisa mengungkapkan warga menandu sejauh dua kilometer (km) secara bergantian. Hal itu dilakukan lantaran akses jalan dalam kondisi rusak parah serta tidak bisa dilewati kendaraan roda empat.
"Ditandu begitu karena mobilnya tak bisa ke kampung. Akses jalannya juga rusak parah dan belum diaspal," ungkap Fisa.
![]() |
Menurut Fisa, hal semacam itu bukanlah hal baru bagi warga Dusun Waduramba. Warga di sana sudah biasa menandu ibu hamil yang akan melahirkan ke puskesmas atau RSUD Bima. Bahkan, tindakan itu sudah menjadi kebiasaan.
"Sudah lama seperti ini. Pada 2020 lalu juga pernah ada ibu hamil ditandu begini oleh warga," tutur Fisa.
"Selain ibu-ibu hamil yang mau melahirkan, warga-warga yang sakit dalam kondisi darurat dibawa ke puskesmas atau RSUD juga akan ditandu seperti itu," sambung Fisa.
Mirisnya, Faridah harus kehilangan bayi kembarnya yang meninggal dunia seusai bersalin di RSUD Bima. "Dua anak kembarnya meninggal," kata kerabat Faridah, Fisa, Minggu (26/1/2025).
Fisa mengungkapkan dua anak kembar Farida yang semuanya berjenis kelamin perempuan itu meninggal dalam waktu yang berbeda. Menurutnya, yang pertama kali meninggal adalah anak Farida yang kedua. Sehari kemudian, anaknya yang pertama mengembuskan napas terakhir.
"Anak yang kedua meninggal pada Jumat (24/1/2025) magrib. Yang pertama meninggal pada Sabtu (25/1/2025) pagi. Semuanya meninggal di RSUD Bima," imbuh Fisa.
Fisa tidak mengetahui penyebab meninggalnya dua anak kembar dari pasangan suami istri, Faridah dan Kamaludin, itu. Menurutnya, prosesi persalinan berjalan lancar dan Faridah melahirkan semua anaknya.
"Tetapi yang saya dengar setelah lahir dua anak ini kondisinya kritis. Faridah sendiri juga telah dipulangkan dari RSUD Bima pada Sabtu kemarin," imbuhnya.
Menurut Fisa, dua jenazah anak kembar Faridah diantar menggunakan mobil ambulans RSUD Bima. Saat tiba di jalan rusak Desa Ntonggu, kedua bayi malang itu kemudian diantar menggunakan motor hingga ke rumah duka.
"Diantar pakai mobil ambulans semua, tetapi pas tiba di jalan rusak diantar menggunakan motor sampai kampung," imbuh Fisa.
(iws/iws)