Tanah Bergeser di Manggarai Timur, Rumah-rumah Terancam Roboh

Tanah Bergeser di Manggarai Timur, Rumah-rumah Terancam Roboh

Ambrosius Ardin - detikBali
Sabtu, 18 Jan 2025 19:58 WIB
Warga melintasi jalan dan rumah yang rusak terdampak  bencana pergerakan tanah di Kadupandak, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Jumat (6/12/2024). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan dampak bencana geologi pergerakan tanah dari dua kecamatan di Kabupaten Cianjur tersebut mengakibatkan sebanyak 85 rumah rusak berat serta 105 unit rumah berpotensi terancam sejak peristiwa yang terjadi pada Jumat (22/11) lalu. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/rwa.
Foto: Ilustrasi bencana geologi pergeseran tanah. (ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI)
Manggarai Barat -

Tanah di Dusun Nenu, Desa Paan Leleng, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), bergeser dengan patahan sepanjang 1,5 kilometer (km). Pergerakan tanah ini berpotensi mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah warga.

Pergeseran tanah itu mulai terjadi sejak pertengahan Desember 2024. Beberapa hari lalu, Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Geologi (BGP MBG) melakukan kajian di lokasi terkait faktor-faktor pemicu pergerakan tanah tersebut.

"Ada tiga patahan. Patahan pertama sepanjang sekitar 1,5 kilometer. Zona patahan pertama dekat sungai sehingga telah merapat daerah aliran sungai. Patahan kedua tentu bisa mengisi zona patahan atau pergeseran dua. Patahan ketiga bisa meninggalkan lubang yang cukup luas dan dalam," ungkap Kepala Badan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Manggarai Timur Petrus Subin, Sabtu (18/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Petrus menjelaskan pergerakan tanah itu awalnya akibat curah hujan tinggi yang terjadi dalam kurun waktu lama. Pergerakan tanah yang terus berlangsung menyebabkan tanah longsor dan berakibat pada kondisi beberapa rumah yang terancam roboh. Kondisi ini, Petrus berujar, juga mengancam kehidupan warga setempat

"Peristiwa pergerakan tanah itu mengakibatkan potensi kerusakan pada 8 rumah warga yang terdiri dari 10 kepala keluarga," terangnya.

ADVERTISEMENT

Hasil Kajian Geologi

BGP MBG melakukan kajian faktor-faktor pemicu pergerakan tanah di Dusun Nenu itu pada 10 Januari 2025. Kajian juga untuk memetakan daerah zona kerentanan tanah di wilayah tersebut. Tim kajian melibatkan ahli geologi dan mitigasi bencana.

Hasil kajian diserahkan kepada Pemkab Manggarai Timur pada 15 Januari 2025. Hasil kajian tersebut menunjukkan pergerakan tanah di Dusun Nenu masih mungkin terjadi lagi, dan rumah-rumah warga terancam terdorong dari posisinya.

"Hasil pengamatan dan analisis menyatakan bahwa pergerakan tanah di Dusun Nenu masih memiliki kemungkinan untuk terus terjadi dan rumah-rumah yang berada di dalam area pergerakan masih berpotensi mengalami deformasi atau terdorong, yang dapat menimbulkan kerusakan ringan hingga berat," jelas Petrus.

Hasil kajian memperlihatkan sejumlah faktor utama yang memicu terjadinya pergerakan tanah di Dusun Nenu. Pertama, curah hujan tinggi. Faktor ini dapat mempercepat pergerakan tanah, mengingat kondisi tanah yang sudah terendam air.

Kedua, kondisi geologi. Struktur geologi yang terdiri dari batuan vulkanik tua yang tergredasi dan kemiringan batuan perlapisan yang searah lereng meningkatkan kerentanannya terhadap longsor.

Ketiga, lereng yang cukup terjal. Ketinggian lereng yang sedang hingga terjal berisiko meningkatkan potensi longsor, terutama ketika tanah terjenuh air; keempat, permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan kondisi tanah mudah tergerus dan longsor.

Kelima, drainase yang tidak teratur. Sistem drainase yang tidak memadai memperburuk kondisi tanah yang sudah terpapar hujan deras, meningkatkan kemungkinan terjadinya pergerakan tanah.

Keenam, perubahan tata guna lahan, yakni alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian, seperti sawah dan perkebunan jagung. Hal ini mengubah kestabilan tanah dan memperburuk kerentanannya terhadap longsor.

"Tim BGP MBG juga mencatat bahwa potensi gerakan tanah ini bisa meluas apabila terjadi curah hujan yang lebih tinggi atau adanya getaran gempa bumi yang dapat memicu pergeseran tanah lebih lanjut," tandas Petrus.




(hsa/hsa)

Hide Ads