Sebanyak delapan rumah dan 27 hektare (Ha) lahan pertanian terdampak fenomena tanah bergerak di Dusun Nenu, Desa Paan Leleng, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tahan pertama kali bergeser pada pertengahan Desember 2024.
"Ada enam hektare terbelah lahan sawah, 21 hektare tanah terbelah lahan kering," ungkap Sekretaris Dinas Pertanian Manggarai Timur, Yohanes S Manubelu, Jumat (25/1/2025).
Lahan sawah yang terdampak dimiliki 20 kepala keluarga (KK) dan lahan keringnya adalah milik 21 KK. Lahan kering yang terdampak terdiri dari kebun cengkeh, kemiri, dan jagung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Timur masih dalam tahap pengumpulan data di lapangan terkait dampak bencana alam tersebut. Namun, Pemkab Manggarai Timur, telah memberikan sejumlah bantuan kepada warga terdampak. "Bantuan dari Pemda Manggarai Timur berupa logistik, tenda, uang dan lain-lain," ujar Yohanes.
Diberitakan sebelumnya, tanah di Dusun Nenu, Desa Paan Leleng, Manggarai Timur, NTT, bergeser dengan patahan sepanjang 1,5 kilometer (km). Pergerakan tanah ini berpotensi mengakibatkan kerusakan pada sejumlah rumah warga.
Pergeseran tanah itu mulai terjadi sejak pertengahan Desember 2024. Beberapa hari lalu, Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Geologi (BGP MBG) melakukan kajian di lokasi terkait faktor-faktor pemicu pergerakan tanah tersebut.
"Ada tiga patahan. Patahan pertama sepanjang sekitar 1,5 kilometer. Zona patahan pertama dekat sungai sehingga telah merapat daerah aliran sungai. Patahan kedua tentu bisa mengisi zona patahan atau pergeseran dua. Patahan ketiga bisa meninggalkan lubang yang cukup luas dan dalam," ungkap Kepala Badan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Timur, Petrus Subin, Sabtu (18/1/2025).
Petrus menjelaskan pergerakan tanah itu awalnya akibat curah hujan tinggi yang terjadi dalam kurun waktu lama. Pergerakan tanah yang terus berlangsung menyebabkan tanah longsor dan berakibat pada kondisi beberapa rumah yang terancam roboh. Kondisi ini, Petrus berujar, juga mengancam kehidupan warga setempat
"Peristiwa pergerakan tanah itu mengakibatkan potensi kerusakan pada 8 rumah warga yang terdiri dari 10 kepala keluarga," terang Petrus.
(hsa/hsa)