Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menyalurkan bantuan tanggap darurat senilai Rp 74 juta kepada delapan kepala keluarga (KK) terdampak tanah bergerak. Fenomena itu terjadi di Dusun Nenu, Desa Paan Leleng, Manggarai Timur, sejak Desember 2024.
"Total bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Manggarai Timur sebesar Rp 74 juta," kata Penjabat (Pj) Bupati Manggarai Timur, Boni Hasudungan, Jumat (24/1/2025).
Bantuan diserahkan Boni kepada delapan KK terdampak pada Kamis (24/1/2025). Boni didampingi Dandim 1612 Manggarai, Letnan Kolonel Inf. Budiman Manurung; Kapolres Manggarai Timur, AKBP Suryanto; dan anggota DPRD Manggarai Timur, Elvis Jehama dalam penyerahan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Boni menjelaskan enam KK masing-masing menerima bantuan sebesar Rp 10 juta, sedangkan dua KK lainnya masing-masing menerima Rp 5,5 juta. "Jumlah dan besaran bantuan ini ditentukan berdasarkan perhitungan kerugian serta mekanisme pemberian bantuan bencana alam," ujar Boni.
Selain bantuan tanggap darurat, delapan KK terdampak juga akan menerima bantuan pembangunan rumah layak huni dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Manggarai Timur. Setiap KK akan mendapatkan bantuan senilai Rp 30 juta dalam bentuk uang tunai dan material bangunan.
Kodim 1612 Manggarai bersama Pemkab Manggarai Timur juga akan menyalurkan sekitar 6.000 bibit pohon untuk ditanam warga Dusun Nenu sebagai bagian dari upaya mitigasi bencana.
Diberitakan sebelumnya, tanah di Dusun Nenu mengalami pergerakan sepanjang 1,5 kilometer (km) sejak pertengahan Desember 2024. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Manggarai Timur, Petrus Subin, mengungkapkan pergerakan tanah ini disebabkan curah hujan tinggi yang terjadi dalam waktu lama.
"Ada tiga patahan yang teridentifikasi. Patahan pertama sepanjang 1,5 kilometer berada di dekat sungai sehingga memengaruhi daerah aliran sungai. Patahan kedua dan ketiga menciptakan zona pergeseran dan lubang yang cukup luas serta dalam," jelas Petrus, Sabtu (18/1/2025).
Pergerakan tanah tersebut mengakibatkan kerusakan pada beberapa rumah warga dan terus berlangsung hingga menyebabkan longsor. Kondisi ini membuat rumah-rumah warga terancam roboh dan mengancam keselamatan warga setempat.
Berdasarkan kajian Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Geologi (BGP MBG) pada 10 Januari 2025, pergerakan tanah di Dusun Nenu masih berpotensi terjadi di masa mendatang. Kajian menunjukkan rumah-rumah warga berisiko terdorong dari posisinya.
Untuk itu, pemerintah daerah dan pihak terkait terus melakukan langkah-langkah mitigasi guna mengurangi dampak pergerakan tanah dan memastikan keselamatan warga Dusun Nenu.
(hsa/hsa)