Suami Bunuh Istri di Bima hingga 6 Warga NTT Tewas Disambar Petir

Nusra Sepekan

Suami Bunuh Istri di Bima hingga 6 Warga NTT Tewas Disambar Petir

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 05 Jan 2025 19:48 WIB
Ilham (berjaket dan kaus hitam), terduga pelaku yang membunuh istrinya Jumiati, diserahkan ke Polres Bima oleh dua Babinsa, Kamis (2/1/2025) sore. (Istimewa)
Foto: Ilham (berjaket dan kaus hitam), terduga pelaku yang membunuh istrinya Jumiati, diserahkan ke Polres Bima oleh dua Babinsa, Kamis (2/1/2025) sore. (Istimewa)
Mataram -

Ada sederet peristiwa penting dan menarik di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam sepekan terakhir. Kasus suami membacok istrinya hingga tewas menjadi peristiwa yang cukup menghebohkan di Kota Bima, NTB.

Pelaku yang bernama Ilham akhirnya ditangkap berselang satu hari setelah kejadian. Dia disebut kabur ke arah gunung.

Sementara, di Kota Mataram, seorang dosen penyuka sesama jenis dipecat oleh tiga kampus tempatnya mengajar. Sejauh ini, diduga ada belasan mahasiswa menjadi korban pelecehan. Ada pula korban lain di luar kampus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intensitas hujan tinggi disertai petir sepekan belakangan memakan korban di NTT. Sedikitnya ada lima korban tewas tersambar petir dalam beberapa hari.

Kasus perang desa di Bima juga menjadi peristiwa lain yang menarik perhatian. Ada pula penemuan mayat pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur. Jenazah korban ditemukan di pantai. Berikut rangkuman peristiwa terpopuler selama sepekan di NTB dan NTT dalam rubrik Nusra Sepekan.

ADVERTISEMENT

Suami Bunuh Istri di Bima

Ilham (30), suami yang tega membunuh istrinya, Jumiati (25), ditangkap. Ilham ditangkap dua Babinsa Kodim 1608/Bima di tempat persembunyiannya di Lingkungan Gunung Kedo, Kelurahan Ule, Kecamatan Asakota, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (2/1/2024) sore. Ilham sebelumnya menghabisi istrinya pada Rabu (1/1/2025).

"Iya betul, sudah di Polres Bima Kota. Infonya Babinsa yang bawa," ucap Kapolsek Asakota, Iptu Hairul Nurrahman, kepada detikBali, Kamis (2/1/2025).

Danramil 1608-01/Rasanae, Kapten Infanteri Ninoet Subhekti, mengakui pihaknya yang mengamankan Ilham di Lingkungan Songgela, Kelurahan Ule.

"Dua Babinsa yang mengamankannya, yakni Sertu Suharman yang bertugas di Koramil 1608-01/Rasanae (Babinsa Ule) dan Sertu Khairil Koramil 1608-07/Monta (Babinsa Wilamaci)," kata Ninoet kepada detikBali.

Ninoet mengungkapkan keluarga Ilham di Dusun Tanjung Mas, Desa Wilamaci, Kecamatan Monta, Kabupaten Bima, awalnya memberi tahu jika pelaku sedang bersembunyi di Lingkungan Gunung Kedo, Kelurahan Ule.

"Pihak keluarga Ilham menghubungi Babinsa Wilamaci dan selanjutnya berkoordinasi dengan Babinsa Ule," ujar Ninoet.

Setelah itu, Babinsa Ule dan Babinsa Wilamaci beserta dua keluarga langsung menjemput Ilham di tempat persembunyian. Setelah itu, mereka bersama-sama menyerahkan Ilham ke Polres Bima Kota.

"Setelah diamankan, pelaku Ilham langsung diserahkan ke Polres Bima Kota untuk diproses hukum lebih lanjut," imbuh Ninoet.

Sebelumnya, Ilham tega membacok istrinyahingga tewas di rumah mertuanya. Jumiatibaru lima hari pulang ke Bimasetelah bertahun-tahun menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Hong Kong. Ilham tak terima istrinyaminta cerai lantaran sering jadi korban kekerasan. Apalagi, Ilham tak bekerja dan sering judi serta mabuk.

Dua Desa Terlibat Perang di Bima

Sebanyak enam orang ditetapkan sebagai tersangka terkait perang warga Desa Roka dan Runggu, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, (NTB). Perang warga dua tetangga tersebut terjadi saat Tahun Baru 2025.

"Dari belasan orang yang diamankan terkait perang Roka dan Runggu, ada enam orang yang jadi tersangka," ucap Kasat Reskrim Polres Bima, AKP Abdul Malik, kepada detikBali, Jumat, (3/1/2025).

Malik mengatakan enam orang yang ditetapkan sebagai tersangka berinisial MZ (25), AD (20), AMD (17), AR (16), TM, (43), dan ISM (42). Mereka merupakan warga Desa Runggu dan Roka. "Empat orang dari Desa Runggu dan dua orang warga Roka," ujarnya.

Penetapan enam tersangka seusai digelar perkara yang dipimpin oleh Wakapolres Bima di ruang gelar Satreskrim Polres Bima, Jumat siang. Walhasil, keenam orang yang dijadikan tersangka memenuhi unsur pasal membawa senjata tajam (sajam) atau senapan api (senpi) rakitan.

"Mereka dikenakan Pasal 2 ayat 1 Undang-undang (UU) Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan ancaman 10 tahun penjara," ungkap Malik.

Sebelumnya, polisi menangkap 13 orang terkait perang warga Desa Roka dan Runggu di Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, NTB. Mereka diduga provokator perang warga dua desa tetangga itu.

Warga Desa Runggu, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, NTB, menyerahkan senpi rakitan dan panah ke TNI, Jumat (3/1/2025). (Foto: Dok. Istimewa)Warga Desa Runggu, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima, NTB, menyerahkan senpi rakitan dan panah ke TNI, Jumat (3/1/2025). (Foto: Dok. Istimewa)

"Iya, ada 13 orang (yang diamankan)," kata Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops) Polres Bima, AKP Iwan Sugianto, kepada detikBali, Rabu (1/1/2025).

Belasan orang yang diamankan terdiri dari enam warga Desa Runggu dan tujuh warga Desa Roka. Mereka, kata Iwan, diamankan karena diduga pelaku penyerangan.

Kapolsek Belo, Iptu Zulkifli, mengungkapkan perang dua warga desa tetangga itu dugaan awalnya dari perusakan rumah milik warga Desa Roka, Ihsan. Rumah mantan Kepala Desa (Kades) Roka itu dirusak sekelompok orang dengan cara dilempar menggunakan batu.

"Berawal dari pelemparan rumah milik mantan Kades Roka sekitar pukul 05.00 Wita. Dicurigai dan diduga dilempar oleh sekelompok warga Desa Runggu," ucap Zulkifli kepada detikBali, Rabu siang.

Berdasarkan pendataan sementara, tercatat ada empat warga yang terluka. Masing-masing dua orang warga Desa Runggu dan dua orang warga Desa Roka. Penyebab empat warga yang terluka tersebut hingga kini juga masih ditelusuri.

"Sementara rumah warga yang rusak ada tujuh unit. Rinciannya satu rumah warga Desa Roka dan dan enam rumah warga Desa Runggu," jelas Zulkifli.

Enam Warga NTT Tewas Tersambar Petir

Enam warga dari berbagai daerah di NTT tewas akibat tersambar petir. Kelima kasus warga tersambar petir tersebut terjadi dalam kurun dua pekan terakhir.

Terbaru, seorang wanita lanjut usia (lansia), Sufeni Sulla, dilaporkan tewas tersambar petir saat dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Peristiwa nahas itu terjadi di persawahan Polo, Desa Temas, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT), kemarin siang.

"Korban tersambar petir saat hendak pulang ke rumahnya seusai bekerja di sawahnya," ujar Kapolres Rote Ndao, AKBP Mardiono, Minggu (5/1/2024).

Mardiono menuturkan kejadian itu berawal sekitar pukul 09.00 Wita, wanita berusia 68 tahun itu bersama suaminya, Stefanus Sulla, sedang berada di area persawahan mereka untuk membajak sawah yang akan ditanami padi.

Tak lama kemudian, sekitar pukul 12.30 Wita, Sufeni pamit kepada suaminya untuk pulang lebih awal. Sebab, saat itu terjadi hujan yang semakin deras. Setelah itu, Sufeni langsung meninggalkan suaminya di sawah.

Dalam perjalanannya, Sufeni bertemu dengan dua orang warga, yaitu Markus Nassa dan Salmun Nassa. Sufeni lantas menawarkan kepada Markus dan Salmun untuk makan dan meminum kopi yang dibawanya.

Markus dan Salmun tak sempat makan dan minum lantaran hujan lebat. Selanjutnya, Sufeni melanjutkan perjalanannya. Namun, jarak sekitar 50 meter, Markus dan Salmun mendengar guntur dan petir yang semakin bergelegar.

Seusai gelegar guntur dan petir, Markus dan Salmun tidak melihat keberadaan Sufeni. Mereka lantas mengeceknya. Ternyata Sufeni sudah dalam kondisi tewas dengan posisi terlungkup dalam sawah.

Dua korban yang tewas disambar petir di persawahan Kapasiok, Desa Persiapan Loman, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, NTT, saat disemayamkan di rumahnya. (Dok. Polres Rote Ndao).Dua korban yang tewas disambar petir di persawahan Kapasiok, Desa Persiapan Loman, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, NTT, saat disemayamkan di rumahnya. (Dok. Polres Rote Ndao).

Di Sikka, seorang nelayan bernama Jufri tewas disambar petir saat hendak mengeluarkan air yang tertampung dalam sampannya. Peristiwa nahas yang dialami pria asal asal Desa Darat Pante, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, NTT, itu terjadi pada hari pertama di tahun 2025.

"Korban sedang menggayung air di sampannya. Tiba-tiba petir menyambar tubuhnya. Seketika itu korban meninggal dunia," kata Kasi Humas Polres Sikka Ipda Yermi Soludale kepada detikBali, Kamis (2/1/2025).

Jasad Jufri telah dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. Pria yang meninggalkan tiga anak ini dimakamkan di Napunggelang, Desa Darat Pante, Kecamatan Talibura, pada Kamis pagi.

"Keluarga korban menolak untuk membuat laporan dan menerima kejadian tersebut sebagai musibah," ujar Yermi.

Pada hari yang sama, dua warga Kabupaten Kupang, NTT, juga ditemukan tewas mengenaskan akibat tersambar petir di tengah sawah. Peristiwa itu terjadi di Kelurahan Tuatuka, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, sekitar pukul 19.30 Wita pada Rabu.

"Ditemukan dua orang warga Kelurahan Tuatuka dalam keadaan meninggal dunia, diduga akibat tersambar petir," ungkap Kapolres Kupang AKBP Anak Agung Gde Anom Wirata, Rabu malam.

Wirata menuturkan Yefta dan Elgi awalnya pergi ke sawah untuk memindahkan ternak sapi yang lokasinya sekitar 500 meter dari permukiman warga. Tiba di sana, hujan lebat turun disertai petir yang bergelegar. Keduanya tersambar petir hingga meninggal dunia seketika.

Istri Yefta sempat cemas lantaran suaminya tak kunjung pulang. Warga setempat, Chylson Junino Seubelan dan Maric Yerimia Seubelan, kemudian pergi mencari keberadaan Yefta ke persawahan. Betapa kagetnya Chylson ketika melihat Yefta dan Elgi tewas terkapar di area persawahan yang dipenuhi air.

"Keluarga korban menerima kejadian tersebut sebagai musibah dan menolak diautopsi," tutur Wirata.

Insiden serupa dialami dua warga di Desa Persiapan Loman, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, dua pekan lalu. Warga bernama Candra Lasor Ndun (53) dan Sefanya Yohanis Lekeama (17) tewas tersambar petir di sawah sekitar pukul 12.00 Wita pada Sabtu (21/12/2024).

"Kejadiannya secara tiba-tiba sehingga para korban tidak berhasil diselamatkan," ungkap Kasubsi Penmas Humas Polres Rote Ndao, Aipda Onny Mbolik, Minggu (22/12/2024).

Onny menuturkan siang itu Candra bersama Rofi Bailao (42) dan Jacob Ndun (52) awalnya sedang membajak sawah. Tiba-tiba hujan deras turun disertai petir. Mereka pun berhenti membajak sawah dan berteduh di sebuah pondok darurat.

Tak lama kemudian, petir menyambar pondok tersebut. Rofi dan Jacob melihat Candra tersungkur. Setelah dicek, ternyata dia sudah meninggal dunia. Jasad Candra langsung dibawa ke rumahnya untuk disemayamkan.

Sedangkan, korban Sefanya Yohanis Lekeama, awalnya sedang mencangkul di sawah bersama dua temannya, yaitu Rehan Liu (17) dan Bles Menoh (17). Lokasi sawah tersebut juga berada di Desa Persiapan Loman.

Singkat cerita, hujan lebat mengguyur disertai guntur dan petir. Mereka memutuskan untuk berteduh di dalam mobil pikap yang terparkir di pinggir jalan. Tiba-tiba, guntur dan petir kembali bergelegar. Lantaran panik dan ketakutan, mereka bergegas tiarap ke pematang sawah.

Rehan dan Bles bangkit dari tiarapnya setelah gemuruh guntur berakhir. Sementara itu, Sefanya justru tak sadarkan diri sehingga langsung dilarikan ke RSUD Ba'a. Nahas, nyawanya tidak tertolong.

"Para korban murni tewas karena tersambar petir. Keluarga menerima peristiwa tersebut sebagai musibah," pungkas Onny.

Pengungsi Lewotobi Ditemukan Tewas di Pantai

Yosep Wolo Puka, salah satu pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, ditemukan tewas di perairan Pantai Belotebang, Desa Adabang, Kecamatan Titehena, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu (1/1/2025). Pria berusia 22 tahun itu ditemukan tak bernyawa setelah menghilang selama sembilan hari.

Kapolsek Titehena Iptu Frans Maryanto mengungkapkan petugas dari Polres Flores Timur telah melakukan identifikasi seusai penemuan mayat itu. Menurutnya, kedua orang tua Yosep juga sudah memastikan mayat pria di Pantai Belotebang itu adalah anak mereka.

"Orang tua kandung korban mengenali korban dari bekas luka pada pipi kana korban, bekas luka pada lutut kiri korban, bekas luka pada tangan kanan korban, dan bentuk gigi korban," kata Frans kepada detikBali, Kamis (2/1/2025).

Yosep merupakan satu dari ribuan pengungsi yang menetap di Posko Kobasoma sejak Gunung Lewotobi Laki-laki erupsi pada 3 November 2024. Warga Desa Nawokote itu telah dikabarkan hilang dari pengungsian sebelum Natal.

"Dari keterangan orang tua kandung, korban memiliki riwayat epilepsi," imbuh Frans.

Hingga kini, status Gunung Lewotobi Laki-laki turun ke Level III Siaga. Meski begitu, warga Nawokote tetap diminta untuk mewaspadai potensi banjir lahar dingin yang sesekali datang jika intensitas hujan deras ke area kawah gunung.

Dosen Gay Dipecat Tiga Kampus

Dosen laki-laki berinisial LR (28) dipecat oleh di tiga kampus di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), tempatnya mengajar. Pemecatan dosen penyuka sesama jenis itu terkait kasus pelecehan seksual kepada belasan mahasiswa.

Perwakilan dari Koalisi Stop Kekerasan Seksual NTB, Joko Jumadi, mengatakan LR telah dikeluarkan oleh kampus sejak dilaporkan ke Polda NTB, Kamis (26/12/2024).

"Benar terlapor sudah dipecat oleh ketiga institusi tempat ia mengajar," ujar Joko, Selasa (31/12/2024).

Joko mengungkapkan salah satu kampus negeri tempat LR mengajar bahkan telah memecatnya sebulan sebelum dilaporkan ke Polda NTB.

"Sebulan yang lalu dipecat di kampus negeri itu. Karena sepertinya kampus sudah mengendus perilaku LR yang diduga melakukan tindakan asusila," katanya.

Joko mengatakan berdasarkan hasil penelusuran, jumlah korban yang terdeteksi di tiga kampus berjumlah 10 mahasiswa. Untuk korban di luar kampus berjumlah 12 orang.

"Di luar kampus ini informasinya adalah warga," ujar Joko.

Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat mengatakan kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan. Polisi terus mendalami denga memeriksa sejumlah saksi.

"Ada dua saksi sudah kami periksa dan pernah mengalami hal yang sama," ujarnya.

Syarif menjelaskan penyidik masih menunggu informasi saksi lain. Sebab, dari keterangan dua saksi yang diperiksa, LR tidak hanya sekali melakukan perbuatannya.

"Nanti kalau sudah berapa hari kami tunggu, kami panggil secara resmi. Kalau bisa hadir secara kooperatif. Kalau tidak bisa, kami harus mencari alat bukti lain," tegas Syarif.




(hsa/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads