detikBali

Ditanya Otak Penembakan WN Australia, Dua Eksekutor Kompak Bungkam

Terpopuler Koleksi Pilihan

Ditanya Otak Penembakan WN Australia, Dua Eksekutor Kompak Bungkam


Ahmad Firizqi Irwan - detikBali

Mevlut Coskun (kiri) dan Tupou (kanan) didampingi penerjemah bahasa bersaksi dalam sidang lanjutan kasus penembakan berencana di PN Denpasar, Senin (15/12/2025).
Foto: Mevlut Coskun (kiri) dan Tupou (kanan) didampingi penerjemah bahasa bersaksi dalam sidang lanjutan kasus penembakan berencana di PN Denpasar, Senin (15/12/2025). (Ahmad Firizqi Irwan/detikBali)
Denpasar -

Mevlut Coskun (22) dan Paea-i-Middlemore Tupou (26) kompak bungkam soal otak penembakan terhadap warga Australia, Zivan Radmanovic. Kedua terdakwa merupakan eksekutor pembunuhan yang terjadi di Vila Casa Santisya 1, Jalan Pantai Munggu-Seseh, Desa Munggu, Mengwi, Badung, itu.

"Saya tidak bisa menyebutkan karena menyangkut keselamatan saya dan keluarga saya," ujar Coskun saat memberikan keterangan di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Denpasar, Senin (15/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Coskun sendiri berusaha untuk melindungi diri dan keluarganya, meskipun ia menyebut pihak kepolisian berusaha mencari tahu yang sebenar-benarnya kasus ini. "Selama satu setengah bulan saya dirantai, saya disuruh memberi tahu keterangan yang sebenar-benarnya. Saya diancam kalau saya tidak bercerita, saya akan mengalami konsekuensi yang berat," imbuh pria berbadan besar itu.

Coskun dan Tupou mengaku datang ke Bali pada 9 atau 10 Juni 2025. Tujuannya, untuk berlibur dan telah dijanjikan sejumlah uang. Namun, kenyataannya ada hal lain yang dilakukan. Mr. X meminta para terdakwa untuk mencari Sanar Ghanim agar membayar utang-utangnya.

ADVERTISEMENT

Mevlut dan Tupou sebelum datang ke Indonesia, lebih dulu bertemu di Malaysia. Sebelum akhirnya tiba di Jakarta lalu ke Surabaya naik bus yang telah dipesan Darcy.

Mengenai senjata pistol yang dibawa terdakwa saat beraksi, Mevlut menyebut dirinya menerima pesan dari Threema (aplikasi yang digunakan untuk mereka berkomunikasi). Sekitar 20 menit dari vila, Mevlut dan Tupou diminta mengambil pistol yang dibuang di sawah.

"Sekitar 20 menit jaraknya dari vila, itu ada sawah dan di sana ada tas yang berisi senjata. Waktu kami ambil dari sawah, saya kaget, saya berpikir disuruh memukuli Sanar, tidak kepikiran sampai di kasih senjata," ungkap Mevlut.

"Saya berpikir, saya sudah terlanjur terlalu dalam di Bali. Waktu saya menunjukkan kepada Tupou senjata itu, kami merasa shock," sambungnya.

Selanjutnya, kedua terdakwa diminta untuk mengingatkan Sanar terkait utang-utangnya jika sudah ke vila yang disebut menjadi lokasi tempat tinggal Sanar dan Zivan Radmanovic di Bali.

"Sanar terlihat syok dan melihat saya dengan pistol. Sanar lalu mendorong istrinya ke samping dan maju ke arah lemari. Melihat itu, secara insting saya tembak dia sekali," jelas Mevlut.

Setelah penembakan berencana itu, ketiga terdakwa melarikan diri ke Surabaya menggunakan mobil, lalu menuju ke Jakarta. Di Jakarta, mereka hendak menuju Kamboja melalui Singapura.




(hsa/nor)












Hide Ads