Warga Pulau Komodo Terancam Gagal Bayar Utang Bank jika TN Komodo Ditutup

Warga Pulau Komodo Terancam Gagal Bayar Utang Bank jika TN Komodo Ditutup

Ambrosius Ardin - detikBali
Senin, 29 Jul 2024 23:30 WIB
Sejumlah wisatawan trekking ke puncak Pulau Padar di kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT.
Sejumlah wisatawan trekking ke puncak Pulau Padar di kawasan Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo, NTT. (Foto: Ambrosius Ardin/detikBali)
Manggarai Barat -

Warga Pulau Komodo, Abdul Salam, menolak rencana penutupan kawasan Taman Nasional Komodo untuk aktivitas wisata. Abdul dan warga lainnya yang penghasilannya sangat bergantung pada kunjungan wisatawan bakal kesulitan membayar utang di bank jika kawasan TN Komodo ditutup.

"Kami masyarakat Komodo sangat tidak setuju (penutupan TN Komodo)," kata Abdul, Senin (29/7/2024).

Abdul sehari-sehari berjualan suvenir dan makanan ringan di Long Pink Beach di kawasan TN Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ia dan puluhan pedagang lainnya di pantai itu menjual barang dagangannya kepada wisatawan yang berkunjung ke sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Abdul, menutup kawasan TN Komodo dari aktivitas wisata akan membuat nasib para pelaku wisata di daerah tersebut menderita seperti saat pandemi COVID-19. Ia menuturkan warga Komodo kehilangan sumber penghasilan karena tak ada kunjungan wisatawan selama virus Corona merebak.

"Baru beberapa tahun saja kita keluar dari Corona. Apa yang kita saksikan bersama, semua hancur ekonomi masyarakat, baik itu yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan wisatawan," lanjut dia.

ADVERTISEMENT

Abdul menerangkan warga Komodo sudah turun temurun menjaga keberlangsungan hidup komodo di wilayah tersebut. Menjaga keberlangsungan hidup komodo, dia berujar, tak harus dengan menutup kawasan tersebut.

"Kami orang asli kawasan (Komodo) tidak sampai anak cucu pun tetap menjaga ini kawasan dengan baik. Buktinya kenapa binatang (komodo) ini ada sampai sekarang," tegas Abdul.

Ia mengusulkan jika persoalannya terlalu banyak wisatawan yang berkunjung ke TN Komodo, maka cukup dibatasi jumlahnya setiap hari. Abdul menyebut sebagian besar warga Pulau Komodo bergerak di bidang pariwisata.

"Kalau dengan alasan banyak tamu ya diatur saja berapa yang boleh masuk tiap hari, bukan solusi harus ditutup," tandas Abdul.

Sebelumnya, Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berencana menutup kawasan TN Komodo dari aktivitas wisata. Belum diketahui aktivitas wisata di TNK bakal ditutup total atau pada hari tertentu saja. Penutupan kunjungan wisatawan itu ditargetkan terealisasi pada pertengah tahun depan.

Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga menegaskan tak menutup kemungkinan aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo ditutup total. Semua tergantung hasil kajian dan tangan masyarakat serta pihak terkait lainnya.

"Tentu akan memperhatikan kebutuhan pengelolaan dan respons masyarakat, dimungkinkan akan ditutup total," ujar Hendrikus.

Hendrikus membeberkan empat alasan perlu dilakukan penutupan aktivitas wisata di Taman Nasional Komodo. Pertama, Taman Nasional Komodo perlu pemulihan dari aktivitas wisata yang intens selama ini.

"Memberikan kesempatan kawasan dan sumber daya alam TNK untuk bisa beristirahat dan atau memulihkan diri dari tekanan akibat aktivitas wisata yang akhir-akhir ini sangat intens dan cenderung meningkat," terang Hendrikus.

Alasan kedua, mendorong spot-spot wisata di daratan Pulau Flores sebagai destinasi utama selain Taman Nasional Komodo. Selama ini, jelas Hendrikus, kunjungan wisatawan hanya terpusat di kawasan Taman Nasional Komodo.

"Menjadikan daya tarik wisata di 'mainland' Pulau Flores juga sebagai tujuan wisata pilihan utama selain TNK," kata Hendrikus.

Ketiga, mendorong peningkatan peluang ekonomi bagi masyarakat yang berada sekitar daya tarik wisata di Pulau Flores dan sekitarnya. Terakhir, mendorong efektivitas pengelolaan melalui penataan kembali sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, relasi dengan para pihak, terutama masyarakat dalam kawasan sebagai bagian dari revitalisasi instrumen pengelolaan Taman Nasional Komodo.

"Tentu semuanya harus melalui kajian secara ilmiah dan mendengar masukan dari semua pihak yang terkait," tandas Hendrikus.




(iws/iws)

Hide Ads