Ekosistem perairan Taman Nasional Komodo (TNK) seperti terumbu karang terus terancam karena aktivitas kapal wisata yang berlayar setiap hari. Sebagian besar kapal wisata lego jangkar saat berlabuh karena keterbatasan mooring yang tersedia di perairan TNK. Mooring digunakan untuk menambatkan tali kapal saat berlabuh di tengah laut.
"Mooring sangat dibutuhkan kapal-kapal wisata karena mereka membutuhkan tempat berlabuh. Kalau tidak ada mooring, (ekosistem) terancam," kata Kepala Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) Hendrikus Rani Siga, Jumat (7/3/2025).
Saat ini, kata Hengki -sapaannya-, hanya tersedia enam mooring yang masih berfungsi dengan baik. Jumlah mooring itu tak sebanding dengan jumlah kapal wisata yang berlabuh di perairan TNK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jumlah mooring di TNK saat ini yang fungsional enam yang berfungsi," ujar Hengki.
Namun, BTNK memiliki keterbatasan anggaran untuk menyediakan mooring tersebut. Untuk mengatasinya, BTNK menjalin kemitraan dengan PT Palma Hijau Cemerlang (PHC). PHC melakukan sejumlah kegiatan konservasi di TNK, salah satunya menyediakan mooring.
"Komitmen PHC 50 mooring, secara bertahap," ujar Hengki.
Mooring bantuan PT PHC itu mulai dipasang di perairan TNK pekan depan. Ada 15 mooring yang dipasang di tiga lokasi di kawasan TNK.
(nor/nor)