Kepala Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto khawatir setelah mengikuti pemberitaan bahwa ada pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meninggal dunia. Hal tersebut diungkapkan saat Suharyanto mengunjungi Posko Konga, Desa Konga, Kecamatan Titehena, Flores Timur.
"Ini menjadi catatan bagi kami supaya jangan sampai gara-gara mengungsi, gara-gara pelayanan tidak baik, gara-gara kesehatan tidak baik ada korban," terang Suharyanto, Selasa (30/1/2024).
Suharyanto memastikan bahwa empat pengungsi yang meninggal dunia karena memang ada penyakit bawaan. Bukan karena dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga memastikan keselamatan warga di pengungsian aman. "Kami menyampaikan belasungkawa. Mudahan bencana ini cepat selesai," tandas Suharyanto.
Sementara, Yos Witin (54), warga Desa Dulipali mengatakan kehadiran Kepala BNPB dan rombongan ke NTT sangat berarti bagi mereka yang tinggal di pengungsian.
"Momen ini sangat berharga bagi kami. Karena dengan momen ini bapak bisa tahu NTT. NTT: Nasib Tidak Tentu, Nanti Tuhan Tolong," ujar Yos berkelakar kepanjangan NTT saat diberikan kesempatan berbicara di hadapan Suharyanto dan rombongan.
Ia berterima kasih kepada BNPB beserta rombongan dan berharap bencana erupsi segera berakhir.
Sebelumnya, empat orang pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki meninggal dunia. Mereka adalah Yuliana Soge, Maria Peni Hayon, Petrus Kula Puka, dan Antonius Belang Uran.
Keempat pengungsi tersebut meninggal dalam rentan waktu tak cukup jauh. Mulai 15, 25, 27, dan 28 Januari 2024. Dari catatan medis, empat pengungsi yang meninggal ada yang terserang sakit sesak napas, rematik, asma, asam urat, dan lambung.
(nor/nor)