Delapan warga negara (WN) Bangladesh yang ditangkap di Dusun Fatubesi, Desa Takirin, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata sempat menetap di Malaysia. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Kantor Imigrasi Kelas II Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Atambua, Indra Maulana.
Dari Negeri Jiran, kedelapan WN Bangladesh pemegang kartu tanda penduduk (KTP) palsu itu lantas masuk ke Indonesia dan menetap di Medan, Sumatera Utara. Menurut Indra, mereka datang secara ilegal dan ingin mendapatkan pekerjaan di Indonesia.
"Mereka tidak bawa paspor, sehingga masuk ke Indonesia tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yang resmi," kata Indra saat dikonfirmasi detikBali, Selasa (12/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indra mengungkapkan kedelapan WN itu membuat KTP di Medan. Namun, ia menegaskan asli atau tidaknya KTP tersebut bukan kewenangan Imigrasi.
"Menurut pengakuan mereka mendapatkannya di Medan. Hanya kalau diketahui dari cara mendapatkannya dan bentuk fisiknya kemungkinan palsu. Tapi, sekali lagi kami tidak memiliki kapasitas menentukan itu, kami fokus ke perkara pelanggaran keimigrasiannya saja," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepolisian Resor (Polres) Belu menangkap delapan WN Bangladesh di rumah warga bernama Kornelis Paibesi di Belu, NTT, Minggu (10/12/2023). Kedelapan warga asing yang datang dari Medan itu diketahui memiliki KTP palsu.
Kasi Humas Polres Belu AKP I Ketut Karnawa membeberkan identitas kedelapan WNA tersebut berdasarkan data pada KTP palsu yang mereka bawa, antara lain Ibrahim Bau, Awang Prawiro, Nasir, Sobrianto, Alberto, Antonius, Gipson, dan Alberto. Sedangkan, berdasarkan data pada paspornya, masing-masing memiliki nama Mohammad Raju Ahmed, Mohammad Arafat Hossin, Mohammad Shariful Islam, Mohammad Nadim, Abdul Halim, Mohammad Shilu Mondol, Iman Ali, dan Mainnudin.
Karnawa menjelaskan kedelapan WNA itu datang dari Medan ke Desa Takirin pada 15 November, 24 November, dan 5 Desember 2023. Mereka dijemput secara bertahap di Bandara El Tari Kupang oleh Kornelis Paibesi. "Tujuan masuk ke Indonesia semata-mata mau mencari pekerjaan untuk kehidupannya," kata Karnawa, Senin.
(iws/gsp)