Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram dinilai tidak menghargai keberadaan Pahlawan Nasional asal Nusa Tenggara Barat (NTB) TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Hal ini lantaran Pemkot Mataram memajang foto ucapan peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Sangkareang di dekat Kantor Wali Kota Mataram tanpa menyeratakan foto TGKH Zainuddin Abdul Madjid.
Dalam baliho ucapan tersebut, tampak sejumlah foto pahlawan nasional. Namun, tak ada foto TGKH Zainuddin Abdul Madjid yang merupakan putra asli NTB.
Baliho tersebut kini ramai menjadi perbincangan publik di NTB. Sejumlah pihak menuding Pemkot Mataram tidak menghargai pahlawan nasional asal NTB.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa karena lupa ditaruh atau memang ada unsur kesengajaan untuk tidak ditaruh foto Pahlawan Nasional sang pendiri Organisasi Islam terbesar di NTB itu," kata Sekretaris Pengurus Wilayah Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH) NTB Abdul Mukmin saat dihubungi pada Kamis (9/11/2023) malam.
Ia mengaku apa yang diperlihatkan Pemkot Mataram ini bentuk tidak menganggap ada pahlawan nasional asal NTB, padahal sejumlah foto pahlawan nasional dari berbagai daerah ditaruh dan dipampang.
"Ini sama artinya tidak menghargai pahlawasional dari daerah sendiri. Miris sekali kita lihat kalau memang ada sintemen, karena gara-gara Pahlawan Nasional asal NTB pendiri organisasi NW," tegasnya.
Sedang di beberapa grup WA juga menjadi perbincangan hangat atas baliho besar Pemkot Mataram tanpa ada foto Pahlawan Nasional asal NTB TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tersebut. Rata-rata para penghuni group WA menyayangkan sikap Pemkot Mataram tersebut.
Terpisah Walikota Mataram Mohan Roliskana dan Wakil Wali Kota Mataram Mujiburrahman yang dikonfirmasi perihal tersebut belum memberikan komentar apapun.
Sebagai informasi, TGKH Zainuddin Abdul Madjid dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo pada 9 November 2017 silam.
TGKH Zainuddin Abdul Madjid adalah ulama kharismatis asal Lombok, NTB. Tokoh yang dikenal juga dengan sebutan Tuan Guru Pancor ini adalah pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa keislaman berpengaruh di wilayah NTB. Dalam Bahasa Indonesia, Nahdlatul Wathan berarti kebangkitan bangsa.
Ia lahir di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, pada 5 Agustus 1898. Dia wafat pada 21 Oktober 1997 pada usia 99 tahun.
Dilansir dari situs Nahdlatul Wathan, Tuan Guru Pancor mendapat pendidikan dari keluarga maupun Sekolah Rakyat Negara di Lombok. Pada usia 15 tahun, dia berangkat ke Makkah untuk menimba ilmu di Madrasah As-Saulatiyyah. Setelah menyelesaikan pendidikan, dia kembali ke Tanah Air pada 1934 dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Mujahidin.
(hsa/hsa)