Daftar Pahlawan Kemerdekaan Asal NTB, Simak Profil dan Perannya

Daftar Pahlawan Kemerdekaan Asal NTB, Simak Profil dan Perannya

Ni Kadek Restu Tresnawati - detikBali
Jumat, 10 Nov 2023 00:30 WIB
TGKH Zainuddin Abdul Madjid
TGKH Zainuddin Abdul Madjid (Foto: dok. istimewa)
Mataram - Selamat Hari Pahlawan! Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pahlawan pada Jumat, 10 November 2023. Peringatan tersebut bertujuan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.

Ada banyak tokoh dari berbagai daerah yang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah di masa lalu. Termasuk para tokoh pejuang dan pahlawan asal Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Simak daftar pahlawan asal NTB serta perannya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia berikut ini.

Daftar Pahlawan asal NTB

1. TGKH M Zainuddin Abdul Madjid

Profil

Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan salah satu pahlawan nasional dari Nusa Tenggara Barat. Nama kecil tokoh yang lahir di Kampung Bermi, Desa Pancor, Lombok Timur, pada 20 April 1908 ini adalah Muhammad Saggaf. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.

Dilansir dari dokumen Naskah Akademik Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional, Zainuddin menikah dengan Siti Jauhariyah dan dikaruniai seorang putri bernama Siti Rauhun. Sementara itu, dari pernikahannya dengan Hajah Siti Rahmatullah, ia dianugerahi seorang anak bernama Siti Raihanun.

Sebelum Indonesia merdeka, Zainuddin mendirikan Pesantren al-Mujahidin atau Pesantren Para Pejuang pada 1934. Pesantren ini kemudian dikembangkan menjadi Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (1937) dengan makna kebangkitan tanah air dan agama Islam.

Setelah Indonesia merdeka, TGKH M Zainuddin turut mengawal kemerdekaan dengan beberapa cara, yakni:

  • Melakukan konsolidasi dengan murid-murid yang memang sejak awal melakukan jihad fisabilillah di bawah komando TGH Muhammad Faishal. Abdul Madjid juga membagikan 27 buah keris yang telah diacakan doa-doa tertentu kepada murid-muridnya.
  • Memerintahkan beberapa muridnya untuk mengibarkan bendera Indonesia di depan komplek madrasah. Kemudian, ada dua santri yang bertugas menjaga bendera yakni Nursaid dan Sayid Hasyim.
  • Memelopori penyerangan markas NICA di Selong pada tahun 1946

TGKH M Zainuddin Abdul Madjid wafat pada tahun 1997. Jasa tokoh ini dalam kemerdekaan Indonesia membuatnya diusulkan sebagai pahlawan nasional di tahun 2017.

2. Sultan Muhammad Kaharudin III Sumbawa

Profil

Sultan Muhammad Kaharuddin III Sumbawa adalah pahlawan nasional yang lahir pada 7 Mei 1932. Sebelumnya, saat Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III berkuasa, Datu Raja Muda Daeng Rilangi telah dikukuhkan.

Namun, Daeng Ralangi mangkat sebelum dinobatkan sebagai sultan, sehingga Kaharuddin Daeng Manurung menggantikan posisi sebagai Putra Mahkota. Saat itu, dirinya tengah menempuh pendidikan di Yogyakarta dan pulang ke NTB untuk dikukuhkan sebagai Datu Raja Muda.

Kaharuddin kemudian dinobatkan sebagai Sultan Sumbawa dengan gelar Dewa Masmawa Suktan Muhammad Kaharuddin III setelah ayahnya, Sultan Muhammad Jalaluddinsyah III mangkat pada 1931.

Berdasarkan laman resmi kebudayaan sumbawakab.go.id, saat Negara Indonesia Timur (NIT) terbentuk, Sultan Kamaruddin III diberikan mandat sebagai Ketua Parlemen. Tidak hanya itu, beliau juga menjadi anggota saat Pemerintahan Dewan Raja-Raja dan menjadi kepala pemerintahan dan kepala daerah pada Pemerintahan Swapraja dan Pemerintahan Daerah Swatantra Tingkat II Sumbawa. Jabatan ini dimandatkan kepadanya hingga terbentuknya Kabupaten Daerah Tingkat II Sumbawa.

Adapun istana yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Kaharuddin III adalah:

  • Istana Bala Batu Ode
  • Istana Bala Puti
  • Istana Bala Gambir (Istana Klungkung)
  • Istana Bala Kuning

3. Sultan Muhammad Salahudin Bima

Profil

Sultan Muhammad Salahuddin Bima merupakan salah satu pemimpin yang berhasil mengembangkan ajaran Islam di Bima, NTB. Sultan Salahuddin merupakan putra mahkota dari Sultan Ibrahim yang lahir pada 14 Juli 1889.

Sejak kecil, Sultan Salahuddin sudah tertarik dengan ilmu keagamaan, pendidikan, dan politik. Ia banyak belajar tentang ilmu pemerintahan dan agama dari ulama dan pejabat istana.

Sultan Salahuddin akhirnya mengambil alih kekuasaan pada tahun 1915 untuk menggantikan posisi ayahnya. Pada 1917, tokoh ini diangkat sebagai Sultan Bima XIV dan menjabat hingga tahun 1951.

Kesultanan Bima mendengar informasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 2 September 1945 dari Gubernur Sunda Kecil, I Gusti Ketut Puja. Setelahnya, bendera merah putih dikibarkan di halaman Istana Kesultanan Bima pada 31 Oktober 1945. Sultan Salahuddin juga mengeluarkan maklumat pada 22 November 1945 yang isinya tentang penyampaian dukungan atas kemerdekaan Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 1949, Sultan Bima XIV ini diberikan mandat sebagai Dewan Raja-raja se-Pulau Sumbawa dengan persetujuan Sultan Dompu dan Sultan Sumbawa. Sultan terakhir Kesultanan Bima ini wafat pada 11 Juli 1951 pada usia 73 tahun.

4. Lalu Abdul Kadir Manambai Sumbawa Barat

Profil dan Peran

Tokoh yang memiliki nama lengkap Laksamana Madya TNI (Purn) H.L Manambai Abdulkadir ini lahir di Sumbawa pada 22 November 1928. Manambai merupakan seorang purnawirawan perwira tinggi TNI-AL serta putra Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Sertifikasi Kualifikasi Pendidikan Kapal Selam dan pelatihan Persenjataan Bawah Laut dengan predikat kelulusan terbaik, yakni Summa Cumlaude.

Pendidikan ini ditempuh selama satu setengah tahun sejak 1958-1959 di Sekolah Komandan Kapal Selam Angkatan Laut Polandia. Tidak hanya itu, Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy Seal) juga memberikan anugerah Submarine Qualification Certificate yang ditandatangani dan diserahkan oleh Komando Kawasan Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat, Admiral Jhon S. Mc Cain Jr pada 21 November 1968.

Peran Manambai bagi tanah kelahirannya yakni sebagai penggagas dan inisiator dibangunnya Taman Wisata Alam dan Safari Berburu di Pulau Moyo, Sumbawa, NTB. Presiden Sukarno memberi julukan "Koboi dari Sumbawa" kepada Manambai karena kepiawaiannya dalam menembak.

Artikel ini ditulis oleh Ni Kadek Restu Tresnawati peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(iws/iws)

Hide Ads