Jumlah tunggakan pelanggan air di PT Perusahaan Air Minum Giri Menang (AMGM) atau PDAM Giri Menang mencapai Rp 8 miliar per bulannya. PT PDAM Giri Menang berencana memberlakukan meteran prabayar untuk mengantisipasi besaran tunggakan tersebut.
"Kalau itu diterapkan, uang kami tidak ada yang diutang (pelanggan). Sistem prabayar ini sedang dikembangkan. Walaupun alatnya mahal. Tapi saya tertarik agar pembayarannya lebih sehat," kata Direktur PT AMGM Lalu Ahmad Zaini, Jumat siang (20/10/2023).
Zaini menjelaskan tunggakan Rp 8 miliar itu berasal dari 10.000 pelanggan. Beruntungnya, angka itu bisa ditutupi oleh 150.000 pelanggan lain di perusahaan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 10 ribu pelanggan yang menunggak itu, ada yang tidak mampu setor sampai satu tahun. Bahkan, itu menjadi persoalan yang harus ditagih pada laporan akhir tahun perusahaan.
"Jadi pelanggannya macam-macam ya. Itu lah kondisinya," ujar Zaini.
Zaini menilai tunggakan tersebut bisa mengganggu sistem keuangan perusahaan air minum milik Kota Mataram dan Lombok Barat itu. Salah satunya, tunggakan itu dapat mempengaruhi sistem setoran dividen ke kas Lombok Barat dan Kota Mataram.
"Uang dividen itu sebagian di situ (tunggakan). Tunggakan ini cukup besar," katanya.
Zaini menyebut ada beberapa pihak yang menuduh uang deviden PT PDAM Giri Menang ditampung di deposito salah satu bank negara. Dia membantah bahwa uang tersebut banyak diutang oleh pelanggan. Baik kalangan masyarakat dan perusahaan.
"Ini ada yang teriak "uang PDAM ditampung di deposito". Apa yang kami tampung di deposito? Orang uangnya di pelanggan yang menunggak," bebernya.
Dia pun meminta kepada masyarakat yang menunggak agar bisa mengatur sistem keuangan agar tunggakan air tidak menggelembung. "Ya faktanya ada itu yang nunggak air tapi beli rokok setiap hari. Kami mau masyarakat paham skala prioritas. Tapi itulah kondisinya," pungkas Zaini.
(nor/gsp)