Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat 'menyentil' bupati, khususnya di tujuh kabupaten, untuk membuat program menanam bambu. Tujuannya, supaya NTT tidak krisis air, sebab bambu dapat menyimpan 3.000 sampai 5.000 liter air.
Ketujuh kabupaten yang kena 'sentil' adalah Sikka, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai Timur, Manggarai, dan Manggarai Barat.
"Saya meminta seluruh bupati untuk menyiapkan program menanam bambu agar menyimpan air dan rebung bambu. Itu (bambu) di China, Jepang, Korea, dan Pulau Jawa, harganya amat mahal. Bambu tidak saja menyelamatkan air, tapi mampu menghasilkan pangan dan papan," ujarnya, Jumat (14/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, ke depan, kata Viktor, bambu akan menggantikan kayu. Bahkan, materialnya sangat kuat dan high risk building rerata sudah 60 persennya menggunakan bambu.
"Sekarang, sepeda terbuat dari bambu. Seperti saat ASEAN Summit di Labuan Bajo diberikan kepada para kepala negara, itu bambunya datang dari Flores. Untuk itu, para bupati untuk berpikir. Dengan begitu, bambu nanti yang akan selamatkan kita dari inflasi," ungkapnya.
Selain menyimpan air, sambung Viktor, bambu juga menjadi cadangan energi. Apabila tidak menggunakan batu bara, maka pallet bambu yang akan menggantikan batu bara. Sehingga, NTT harus menyiapkan diri untuk ekspor pallet bambu ke Jepang dan bekerja sama dengan Pertamina.
"Jadi, satu tanaman ini mempunyai nilai ekonomi yang sangat luar biasa dan masyarakat NTT harus bangga menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki bambu terbanyak," terang dia.
Selain itu, sambung dia, dari sisi energi, NTT merupakan provinsi dengan jumlah energi panas bumi terbanyak di Flores. Energi panas matahari terbaik di Indonesia pun hanya ada di dua, yakni di Timor dan Sumba. "Kita punya potensi di Pulau Sumba sekitar 10 Giga Watt dan itu sangat luar biasa," jelasnya.
Oleh karena itu, Pemprov NTT, lanjut Viktor, berdiskusi dengan PLN untuk menyiapkan Pulau Sumba sebagai penghasil energi baru terbarukan ke depan.
Viktor berharap populasi manusia, sumber air, energi, dan pangan bisa di desain untuk pembangunan daerah agar tidak bermasalah ke depannya.
"Jangan tiba-tiba ke depan baru kaget, ternyata tidak ada lagi manusia di Sumba karena sudah pada berdatangan manusia dari daerah lain dan negara lain. Untuk itu harus sudah disiapkan populasi, air, dan energi dari sekarang," tandasnya.
(BIR/nor)