Sirkuit Motocross Grand Prix (MXGP) Selaparang Lombok Kota Mataram akan dijadikan lokasi sekolah motor cross. Rencana itu sedang diajukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB seusai gelaran MXGP Selaparang berakhir pada Minggu (2/7/2023).
Kepala Dinas Pariwisata NTB Jamaluddin Malady mengatakan rencana sekolah balap motor cross di eks Bandara Selaparang Kota Mataram itu akan segera dikonsultasikan dengan salah satu rider Nicholas 'Nick' Murray asal Australia.
"Ya, rencana mau buka sekolah balap. Nanti anak-anak Mataram dan NTB bisa belajar di situ. Rencana kebetulan pembalap Australia yang jadi tutor yaitu Nicolas Murray," kata Jamal, Senin (3/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jamal rider asal Australia itu tertarik untuk membuka sekolah balap di Sirkuit Selaparang Kota Mataram. Nick disebutnya ingin mencetak rider profesional dari bibit anak-anak NTB.
"Ya kami sempat berdiskusi soal ini," katanya.
Terpisah, Ketua Ikatan Motor Indonesia Provinsi NTB Lalu Herman Mahaputra sekaligus Komandan Lapangan Sirkuit MXGP Selaparang mengatakan rencana pembuatan sekolah balap itu nanti akan dipegang oleh Pemda NTB bersama IMI NTB.
"Kami juga sudah sampaikan ke Wali Kota Mataram Mohan Roliskana. Artinya wali kota dan Gubernur NTB menyambut positif rencana ini," kata Jack sapaannya.
Menurut Jack, rencana pembuatan sekolah motor cross itu juga akan segera dikomunikasikan dengan Angkasa Pura I sebagai pemilik lahan seluas 65 hektare yang digunakan sebagai area balapan.
"Gubernur NTB dan AP I juga sudah berkomunikasi, sayang kan jika sirkuit ini tidak digunakan," kata Jack.
Dia mengaku setelah dua event MXGP berakhir, Sirkuit MXGP Selaparang ini akan dikelola oleh IMI NTB bersamaan dengan Sirkuit Tohpati di Kelurahan Sayang-Sayang Kita Mataram.
"Kedua ini nanti akan kami jadikan sebagai pusat pelatihan sekolah balap motor cross. Karena untuk urusan event MXGP oleh FIM dan Infront itu urusan kerja sama dengan PT Samota Endurance Gemilang (SEG)," katanya.
Menurut Jack, kontrak penyelenggaraan event MXGP di Sirkuit Selaparang berdurasi hingga lima tahun. Hal itu sama dengan kontrak Sirkuit Samota Sumbawa.
"Kalau kontrak Samota itu dengan FIM adalah oleh PT SEG. Kalau Selaparang itu menggunakan sistem Tripartite. Baik antara PT SEG, Pemprov NTB, Angkasa Pura, dan Pemkot Mataram," katanya.
Jack juga mengaku bahwa kedua sirkuit MXGP, baik di Samota dan Selaparang disukai oleh para rider, baik MXGP dan MX2. Selain itu, kedua sirkuit MXGP yang dimiliki NTB itu sudah diakui oleh FIM dan Infront.
"Kalau Samota itu faktor kesulitannya alami karena di area pegunungan. Kalau Selaparang faktor kesulitan cukup signifikan karena yang desain langsung adalah orang FIM. Jadi kita bisa lihat, kedua sirkuit ini disukai rider karena memiliki karakter yang berbeda. Dua venue ini adalah beda suguhan. Bahasanya seperti ada kopi ada teh," beber Jack yang juga menjabat sebagai Direktur Utama RSUP NTB ini.
(hsa/hsa)