Mataram -
Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum (BKBH) Fakultas Hukum Universitas Mataram (Unram) terima aduan 10 orang mahasiswa yang mengalami kekerasan seksual. Aduan para korban kekerasan seksual di Kota Mataram itu terjadi sejak awal 2021 hingga Maret 2022 lalu.
Direktur BKBH Fakultas Hukum Unram Joko Jumadi mengungkapkan, 10 korban yang melakukan aduan tersebut mengaku telah mendapatkan perlakuan kekerasan seksual dari satu orang terduga pelaku. Terduga pelaku mengaku menjadi dosen di salah satu kampus di Mataram.
"Pelakunya ini mengaku sebagai dosen dan mengaku bergelar SH,.MH. Padahal setelah kami telusuri, pelaku ini hanya lulusan pendidikan guru agama (PGA) yang setara dengan pendidikan SMA," kata Joko kepada detikBali saat ditemui di Mataram, Selasa sore (21/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari 10 orang korban, ujar Joko 4, di antaranya mengaku telah disetubuhi oleh terduga pelaku yang belakangan diketahui berusia 65 tahun. Terduga pelaku melancarkan aksinya kepada seluruh korban dengan alasan bisa membantu segala permasalahan akademik para korban mahasiswa.
"Jadi terduga pelaku ini mengaku bisa melobi beberapa pihak kampus untuk menyelesaikan tugas skripsi mahasiswa. Saya juga pernah dikontak pelaku untuk dilobi. Tapi biasa kan, kalau dikontak oleh siapapun bilang tolong bantu mahasiswi ya kita jawab secara normatif. Misalnya suruh aja konsultasi ke kantor," tutur Joko.
Selain itu, kata Joko, terduga pelaku juga melancarkan aksinya dengan merayu dan menyebut dirinya bisa mengobati para korban. Para korban kerap dijanjikan bisa membuang sial ketika bertemu pelaku.
"Jadi ada korban ini merupakan adik kakak. Adiknya jadi korban. Kakaknya tidak tahu kalau adiknya juga jadi korban. Mereka sudah mengadu. Jadi jarak perkuliahan adik kakak asal Lombok ini jaraknya 3 tahun. Kakaknya ini sudah lulus. Adiknya belum," katanya.
Joko menambahkan, modus lain terduga pelaku selalu menawarkan korban lain usai melakukan pelecahan seksual kepada korban sebelumnya. Biasanya, terduga pelaku meminta para korban mencari rekan korban yang sedang memiliki masalah. Baik masalah sosial, keluarga, dan masalah akademik.
"Jadi modelnya dikenalkan oleh kakak korban, atau orang di lingkungan korban itu. Kita punya proteksi. Jadi misalnya pelaku sudah dapat korban si A, korban A kenalkan si B ke terduga pelaku. Jadi korbannya ada di satu lingkaran. Dari 6 orang di satu lingkaran pertemanan itu, 4 sudah disetubuhi. Itu yang kita temukan," beber Joko.
Terduga pelaku, menurut aduan para korban, juga memberikan semacam minuman jitu kepada para korban sebelum menyetubuhinya. Air minum tersebut diduga menjadi alat untuk merangsang para korban. Bahkan, lanjut Joko, para korban akan luluh jika bertemu terduga pelaku.
"Begitulah cara terduga pelaku. Jadi kami masih kesulitan mencari unsur pidananya. Karena semua ini terjadi kan sebelum UU PPKS ini terbentuk. Jadi bukan kendala di alat bukti. Kami masih kesulitan mencari unsur pidananya. Karena kita tahu kan, para korban ini seperti menyerahkan dirinya secara sukarela ke terduga pelaku," katanya.
Selain mengandalkan orang-orang besar di belakang terduga pelaku, BKBH Unram juga menduga bahwa pelaku melancarkan aksinya dengan memberikan minuman yang disinyalir bisa meluluhkan mental dan psikis korban-korban.
"Minuman ini kita akan uji lab. Kami juga duga terduga pelaku sepertinya memiliki guna-guna," katanya.
Saat ini, BKBH FH Unram akan melakukan kajian unsur pidana yang mampu menjerat terduga pelaku. Dari hasil pemeriksaan dan aduan para korban, terduga pelaku akan segera dilaporkan ke Polda NTB dengan dugaan pemerkosaan dengan memperdaya para korban.
"Kami akan coba masuk dengan delik memperdaya korban. Jadi bisa masuk lewat sana untuk membuat laporan. Kita tahu juga, terduga ini cukup lihai. Dia kan dekat dengan orang-orang besar. Dia juga salah satu adik dari orang yang akrab dengan media di Mataram," kata Joko.
Saat ini, BKBH FH Unram akan terus mendalami aduan 10 orang korban. Namun, jika merujuk dari keterangan 10 korban, kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh satu orang terduga ini berpotensi adanya korban lain.
"Jadi tahun ini korban sementara 10 orang perkiraan awal. Tapi, kenyataanya setalah ditelusuri dugaan korban ini lebih dari 30 orang," katanya.
Joko menyebut, terduga pelaku ini berada di luar civitas akademika. Terduga pelaku ini hanya mengaku sebagai dosen dengan modus bisa menyelesaikan skripsi para korban.
"Intinya semuanya akan terus berproses. Kita tinggal buat laporan ke Polda NTB agar pelaku segera ditindak. Mudahan bisa buat laporan pekan depan. Saya pikir kalau tidak segera ditindak. Ketakutan saya akan ada banyak korban lagi," pungkas Joko.
Simak Video "Penampakan Bus Terbakar di Exit Tol Menanggal Surabaya"
[Gambas:Video 20detik]