Siapa bilang kuliner khas Bali tidak menjadi menu utama saat Lebaran? Lawar, urap, hingga sate languan khas Pulau Dewata ternyata masih masuk daftar menu saat Idul Fitri bagi warga muslim di Dusun Angansari, Desa Kutuh, Kecamatan Kintamani, Bangli, Bali.
Setiap Idul Fitri, belasan warga Angansari yang beragama Islam tidak pernah lupa menghidangkan lawar ayam. Tradisi ngelawar atau membuat lawar ini rutin dilakukan oleh warga muslim di kampung itu.
"Lidah kami masih rasa Bali. Makanan kami rata-rata pedas, gurih. Apalagi untuk lawar itu ya tetap (pedas). Cuma penyesuaian ke produk halal," ujar salah seorang warga muslim Angansari, Mustar (40), kepada detikBali, akhir Maret lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lawar umumnya memakai aneka sayur yang telah dicincang. Bisa kacang panjang, daun belimbing, atau buah nangka rebus yang dicampur daging cincang beserta bumbu atau basa genep khas Bali. Belasan keluarga pemeluk Islam di Angansari itu juga kerap mengolah daging ayam untuk sate lilit.
Proses membuat lawar atau urap ayam yang dilakukan warga muslim Angansari juga sama dengan tradisi ngelawar orang Bali umumnya. Semua bahan seperti sayur, daging ayam, kelapa parut sangrai, rempah seperti cabai, bawang putih, merah, dan bumbu basa genep disiapkan. Sayurnya bisa pakai kacang panjang ataupun nangka.
Buah nangka yang telah direbus itu, kemudian dipotong-potong. Jika menggunakan kacang panjang, sayuran itu perlu dipotong kecil-kecil. Selanjutnya, bawang yang telah dipotong lalu digoreng, cabai rawit juga dicincang.
Rebusan sayur yang sudah diaduk dengan parutan kelapa, bercampur irisan bawang merah dan putih, serta cabai itu, diaduk rata menjadi urap. Daging ayam kukus yang sudah dicincang kemudian diaduk dalam urap, ditambah kaldu, bumbu basa genep, garam, merica, dan perasan jeruk nipis.
"Kami bikin lawar biasa. Lebih ke urap, lah. Sayur isi bumbu Bali itu, cuma nggak pakai darah, nggak pakai daging babi. Pakainya (daging) ayam," kata Takmir Masjid Nurul Iman Angansari, Mustaqim.
![]() |
Selain lawar, warga muslim Angansari juga menyiapkan aneka penganan khas Bali saat Lebaran tiba. Mulai dari jajanan uli, begina, dan bantal yang berbahan ketan.
Menurut Mustar, warga Angansari sudah terbiasa membuat jajanan seperti sumping pisang untuk disantap seusai ibadah salat Id. Sementara itu, jajanan lain seperti jaja uli dan begina biasa mereka beli di pasar karena proses pembuatannya yang cukup panjang.
"Kalau keluarga saya bikin di rumah. Tapi ada yang beli di pasar. Seperti uli, begina, itu ada yang beli. Jajan itu kan biasa dipakai upacara orang Hindu di Bali," kata Mustar.
Keteguhan warga kampung muslim Dusun Angansari dalam menjalankan tradisi Bali masih mengakar kuat. Mereka yang beragama Islam juga menyiapkan aneka jajanan untuk diberikan kepada warga Hindu lainnya saat Lebaran. Sampai saat ini, tradisi ngejot atau saling memberikan sesuatu kepada sesama warga masih mereka lestarikan.
(iws/gsp)