Yafet Nokas terancam dipecat sebagai guru olahraga di Sekolah Dasar (SD) Inpres One, Desa Poli, Kecamatan Santian, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT). Yafet kini harus berurusan dengan penegak hukum seusai menganiaya siswanya bernama RafiTo hingga tewas.
"Kami akan mengambil surat penahanannya untuk diserahkan ke Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDMD) TTS untuk memproses pemberhentian sementara dari ASN," ujar Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) TTS, Musa Benu, kepada detikBali, Rabu (15/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musa menghormati proses hukum yang terus bergulir di Polres TTS. Meski demikian, ia masih menunggu adanya keputusan yang berkekuatan tetap dari Pengadilan Negeri (PN) Soe.
"Kami serahkan pada proses hukum dan sesuai regulasi. Jika sudah ada putusan berkekuatan hukum tetap yang membuktikan bahwa guru tersebut terbukti bersalah, maka yang bersangkutan akan diproses untuk diberhentikan dari ASN," ujar Musa.
Musa menegaskan semua sekolah di TTS sudah membentuk tim pencegahan dan penanganan kekerasan di masing-masing sekolah. Ia berharap kasus serupa tak terulang di kemudian hari.
"Tahun ini kami juga sudah lakukan bimbingan teknis (bimtek) untuk semua TPPK agar mereka bisa lakukan kegiatan-kegiatan pencegahan maupun penanganan kekerasan di sekolah masing-masing," pungkas Musa.
Sebelumnya, seorang siswa kelas V SD Inpres One bernama Rafi To meninggal dunia setelah diduga dianiaya guru olahraganya, Yafet Nokas, di halaman sekolah pada 26 September lalu. Penganiayaan itu diduga dilakukan Yafet dengan memukul korban menggunakan batu.
"Anak korban meninggal pada Kamis (2/10) sekitar pukul 18.00 Wita," ujar Kapolres TTS, AKBP Hendra Dorizen, Selasa (14/10).
Penganiayaan bermula ketika Yafet memanggil Rafi dan sembilan teman siswa lainnya karena tidak mengikuti gladi upacara bendera serta tidak masuk sekolah minggu. Setelah mengumpulkan para siswa, Yafet mengambil batu dan memukul kepala Rafi bersama delapan temannya sebanyak empat kali.
Akibat pemukulan itu, korban mengeluh sakit di kepala dan pulang ke rumah. Keesokan harinya, Rafi tidak masuk sekolah karena demam tinggi. "Saat sakit baru korban menceritakan penganiayaan yang dialaminya kepada orang tuanya," tutur Hendra.
Simak Video "Video: Wartawan Diduga Dianiaya saat Liput soal Keracunan MBG di Jaktim"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)