Penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Tabanan menetapkan JS (66) pria blasteran Belgia-Indonesia sebagai tersangka kasus pencabulan terhadap anak berusia 12 tahun di salah satu desa di Tabanan.
JS yang kelahiran Manado, Sulawasi Utara, itu tidak mengakui sudah mencabuli anak tetangga kosnya. Sebaliknya, ia mengaku dirinya sudah difitnah.
"Tidak ada (mencabuli)," kata JS saat berjalan menuju ruang penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reserse Kriminal Polres Tabanan usai kasusnya diungkap ke awak media, Senin (6/2/2023).
"Kalau (korban) dibikin apa-apa (dicabuli) kok datang (ke tempat kos saya) tiap hari," imbuh JS berargumen.
Selain tidak mengaku, JS juga sempat menolak untuk dihadirkan saat kasusnya disampaikan ke awak media dengan alasan dirinya sedang sakit dan perlu dokter. "Obatnya saya mau bawa. Tapi tidak dikasih (membawa)," akunya.
Sikap JS itu sempat membuat Kapolres Tabanan AKBP Ranefli Dian Candra sampai mendatanginya. Kepada JS, Ranefli memintanya untuk bersikap kooperatif karena kepolisian juga hendak menyampaikan informasi ke publik.
Ranefli menjelaskan, dalam kasus ini, JS diduga baru mencabuli satu orang anak saja yang kebetulan tetangga kosnya.
Sesuai keterangan sementara yang diberikan korban, JS disebut melakukan perbuatan cabulnya tersebut lebih dari satu kali. Selain itu, korban mulai sering main ke tempat kos JS setidaknya dalam 3 bulan sebelum kasusnya terungkap.
"Tetapi kalau memang ada (korban lain), silahkan melapor. Karena biasanya (pelaku) kan melakukan bujukan dan minta jangan bilang siapa-siapa atau ancaman secara halus," sebutnya.
Ranefli juga sudah mencoba memastikan kemungkinan adanya korban lain dengan meminta keterangan para tetangga korban. Namun sejauh ini, hanya korban saja yang terlihat sering main ke tempat kos JS dan terlihat sering diberikan mainan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sementara anak ini (korban) saja yang sering terlihat main ke kos tersangka," kata Ranefli.
Dari pemeriksaan terungkap, JS sudah lama ditinggal istri dan anaknya. Belum diketahui apa yang menyebabkan JS ditinggalkan keluarganya. JS yang mengaku bekerja sebagai programer itu mulai datang ke Bali sekitar 8 tahun lalu dan menetap di Tabanan kurang lebih 5 tahun.
(nor/hsa)