Kendang Mebarung Terancam Punah, Pemeliharaan Sulit-Generasi Penerus Tak Ada

Jembrana

Kendang Mebarung Terancam Punah, Pemeliharaan Sulit-Generasi Penerus Tak Ada

I Putu Adi Budiastrawan - detikBali
Minggu, 27 Agu 2023 22:17 WIB
Anggota sekaa Kendang Merdu Suara, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, saat melakukan perbaikan kendang mebarung, Rabu (23/8/2023). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali).
Foto: Anggota sekaa Kendang Merdu Suara, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, saat melakukan perbaikan kendang mebarung, Rabu (23/8/2023). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali).
Jembrana -

Kesenian musik tradisional kendang mebarung khas Jembrana memiliki tingkat kesulitan dalam pelestariannya serta pemeliharaannya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya bahan baku yang mahal dan proses pengerjaan yang rumit.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Sekaa Kendang Merdu Suara, Desa Mendoyo Dauh Tukad, Kecamatan Mendoyo, Gusti Putu Sudiana. Pria 67 tahun itu mengatakan untuk memperbaiki satu kendang dengan ukuran jumbo ini diperlukan sebanyak lima kulit sapi untuk daun kendang dan tali yang digunakan untuk mengikat.

"Untuk satu kendang ini membutuhkan lima dulang sapi (kulit sapi) dengan harga satu dulang Rp 1,5 juta. Kulit sapi bahan tali dan daun kendang ini tidak bisa didapatkan di Jembrana, melainkan dari Kabupaten Gianyar," kata Sudiana ditemui detikBali, Minggu (26/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kulit sapi yang digunakan untuk daun kendang harus berasal dari sapi betina karena teksturnya yang tipis dan menghabiskan dua kulit sapi. Sedangkan kulit sapi jantan digunakan untuk tali pengikat karena teksturnya yang tebal dengan menghabiskan sebanyak tiga kulit sapi.

Selain bahan baku, proses pengerjaan kendang mebarung juga terbilang rumit. Sudiana menjelaskan tahapan perbaikan kendang mebarung di antaranya, mencari hari baik menurut kepercayaan masyarakat Bali, membongkar seluruh daun kendang dan tali pengikat. Kemudian membersihkan kayu kendang dan memberikan cairan anti rayap.

ADVERTISEMENT

"Setelah itu mencari kulit sapi. Kemudian dibersihkan dan dijemur selama 4-5 hari. Kulit sapi yang setengah kering ini kemudian dipasang pada badan kendang untuk menyetel kulit kendang agar sesuai pada luasan lubang. Setelah itu kembali dijemur agar benar-benar kering selama dua minggu," papar Sudiana.

Setelah kering, daun kendang yang sudah siap dipasang ini kemudian diasah bagian tengah untuk mendapatkan suara yang diinginkan. Penyetelan terakhir ini membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum benar-benar siap dipentaskan.

"Menyetel kendang agar mendapatkan suara yang diinginkan membutuhkan waktu lama. Setelah itu, kayu kendang dilapisi dengan pernis. Secara keseluruhan, proses perbaikan kendang mebarung membutuhkan waktu sekitar satu bulan," imbuh Sudiana.

Selain proses perbaikan yang sulit, Sudiana juga mengungkapkan kendala pelestarian kendang mebarung adalah regenerasi yang susah. "Sudah ada satu orang instruktur yang kami siapkan untuk mengajar kepada generasi muda kita, jadi kami berharap kesenian kendang mebarung ini tidak punah," ujarnya.

Saat ini, Sekaa Kendang Merdu Suara memiliki sebanyak 49 anggota. Kendang yang diyakini ada sejak 1912 di Desa Mendoyo Dauh Tukad hingga saat ini masih tetap dilestarikan. Kayu pondasi utama kendang jumbo dilakukan perawatan sehingga masih tetap kuat dan tidak mengalami kerusakan.

"Rata-rata ukuran kendang ini bervariasi. Untuk kendang kami panjangnya mencapai 2,1 meter, diameter depan 80 sentimeter dan belakang 60 sentimeter. Sementara untuk berat 1 kendang ini diperkirakan mencapai 3 sampai 4 kuintal," imbuh Sudiana.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads