Masyarakat Hindu di Bali memiliki berbagai tradisi menjelang Hari Raya Galungan. Salah satunya, tradisi mamunjung atau sejenis ziarah ke makam sanak saudara mereka.
Ni Putu Gayatri dalam artikel berjudul Analisis Fungsional Upacara Mamunjung Tradisi Umat Hindu yang dimuat dalam Jurnal Lampuhyang Lembaga Penjamin Mutu STKIP Agama Hindu Amlapira (Volume 10 Nomor 2 Juli 2019) menjelaskan mamunjung dilaksanakan di masing-masing keluarga. Mamunjung dilakukan setiap keluarga yang memiliki anggota keluarga meninggal dan belum melaksanakan upacara ngaben.
Adapun berbagai sarana punjungan yang umumnya dibawa saat memunjung ke setra, salah satunya ayunan putih kuning. Mamunjung termasuk Pitra Yadnya, yakni bakti atau pengorbanan tulus ikhlas kepada leluhur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fungsi Mamunjung
Mamunjung berfungsi untuk menjalin ikatan batin antara pratisentana dan para leluhur yang telah mendahului mereka. Terdapat beberapa fungsi dari prosesi mamunjung, antara lain:
- Fungsi ritual yaitu menggunakan sejumlah banten ayunan putih kuning
- Fungsi adat yaitu bersama-sama melestarikan adat yang berlaku secara turun menurun di desa adat setempat
- Fungsi sosial yaitu adanya keharmonisan antar krama serta interaksi yang saling melengkapi
- Fungsi pendidikan yaitu adanya pembelajaran dalam membuat banten.
Sarana Mamunjung
Gayatri (2019) menjelaskan pelaksanaan tradisi Hindu di Bali pada umumnya terbatas pada ruang lingkup desa (tempat), kala (waktu), patra (keadaan). Itulah sebabnya, prosesi mamunjung di daerah yang satu dengan yang lain bisa saja berbeda.
Selain menjelang Galungan, mamunjung juga dilakukan oleh orang yang akan memiliki upacara tertentu. Hal itu bertujuan sebagai bentuk pemberitahuan kepada para leluhur agar upacara tersebut berlangsung lancar.
Pada umumnya, sarana yang digunakan dalam prosesi mamunjung adalah ayunan putih kuning. Adapun rinciannya sebagai berikut:
- Nasi kepel 2 macam putih dan kuning
- Pisang 2 buah
- Jaja gina, jaja uli
- Buah-buahan
- Kacang saur
- Sate, telur, urab lawar
- Sampian
- Canang sari
- Kopi
Prosesi Mamunjung
Prosesi mamunjung diawali saat pagi hari, yakni dengan mempersiapkan banten. Banten tersebut kemudian diletakkan di bale dangin. Anggota keluarga kemudian berkumpul untuk mengikuti prosesi tersebut dan diakhiri dengan makan surudan ayunan putih kuning bersama.
Di sela-sela prosesi tersebut, dilaksanakan pula serangkaian persembahyangan bersama. Mereka memohon kepada leluhur untuk turun ke bumi dan menikmati persembahan yang telah disiapkan.
Warga di Desa Adat Buleleng juga menjalankan tradisi munjung menjelang Galungan. Mereka berdatangan ke setra dengan membawa banten punjung yang akan dipersembahkan. Banten kemudian dihaturkan di pusara keluarga yang telah meninggal dunia dan belum diaben.
Setelah dihaturkan, banten tersebut dilungsur lalu dimakan bersama-sama. Mereka memaknai tradisi munjung sebagai ungkapan syukur atas rejeki yang didapat dengan berbagi kepada keluarga yang telah meninggal dunia dan belum diaben.
(iws/iws)