Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali meminta waspada terhadap kenaikan harga pangan menjelang hari besar keagamaan. Menurut Kepala Perwakilan BI Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga cukup tajam.
"Untuk itu, ke depan diperlukan penguatan pengendalian inflasi melalui gerakan pasar murah (GPM), dan memperkuat kerja sama antar daerah (KAD)," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (5/3/2025).
Menurutnya, upaya tersebut diperlukan untuk memitigasi kenaikan harga bahan pangan pada saat Ramadan dan rangkaian perayaan Nyepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Februari, Erwin melanjutkan, deflasi yang terjadi di Bali disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Berdasarkan komoditasnya, deflasi bulan Februari 2025 terutama bersumber dari diskon tarif untuk pemakaian listrik bulan Januari 2025 dengan tipe pascabayar. Sehingga masih tercatat pada bulan berjalan," jelasnya.
Erwin menuturkan terdapat penurunan harga komoditas hortikultura. Seperti bawang merah, dan cabai rawit yang telah memasuki masa panen.
Sementara itu, deflasi tertahan oleh kenaikan harga bensin, pepes, wortel, daging babi, iuran pembuangan sampah, dan bahan bakar rumah tangga. Dia menyebut kenaikan harga daging babi didorong oleh tingginya permintaan dari daerah luar Bali yang masih terjangkit virus ternak babi. Serta kenaikan harga bensin didorong oleh kenaikan harga Pertamax.
Erwin mengungkapkan untuk ke depan terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai. Antara lain, peningkatan permintaan barang dan jasa pada rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) yang terjadi secara berurutan. Yakni, Ramadan, Nyepi, dan Idulfitri. Salah satunya adalah kenaikan permintaan canang sari menjelang rangkaian perayaan Nyepi.
"Terdapat risiko kenaikan harga daging, dan telur ayam ras di tengah tren peningkatan harga global jagung sebagai bahan baku pakan ternak sejak Juli 2024, yang disertai peningkatan permintaan pada periode HBKN," urainya.
Dia juga menyebut harga emas perhiasan, dan minyak goreng juga berpotensi meningkat seiring dengan kenaikan harga emas global dan Crude Palm Oil (CPO). Untuk memitigasi risiko inflasi k edepan, sejalan dengan hasil rapat high level meeting TPID se-Provinsi Bali pada 17 Februari 2025, BI mengajak seluruh TPID untuk bersama-sama menjaga stabilitas harga, serta mewujudkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui penguatan implementasi regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan dan mitigasi alih fungsi lahan, penguatan pengairan, hingga perluasan hilirisasi.
Menurutnya, produktivitas pertanian juga perlu didorong dengan peningkatan efisiensi rantai pasok melalui penciptaan ekosistem ketahanan pangan yang melibatkan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Perumda Pangan. Kemudian, kerja sama hulu-hilir antara petani, penggilingan, Perumda Pangan, hotel, restoran, dan kafe (horeka) yang disertai dengan penguatan implementasi regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh horeka di daerah.
BI juga terus memperkuat sinergi dan inovasi bersama seluruh kabupaten/kota di Bali untuk mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi. Yakni, keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.
"Pengendalian harga juga memerlukan dukungan masyarakat melalui penerapan perilaku belanja bijak menjelang rangkaian HBKN. Sehingga tidak terjadi kelangkaan yang pada akhirnya akan mendorong kenaikan harga bahan pokok," ucap Erwin.
Menurutnya, melalui penguatan implementasi kebijakan 4K dan partisipasi aktif masyarakat, BI meyakini inflasi Bali pada 2025 akan tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional. Yakni, sekitar 2,5% Β± 1%.
(hsa/iws)