Warga Denpasar Mengeluh Tiap Hari Antre Beli LPG 3 Kg

Warga Denpasar Mengeluh Tiap Hari Antre Beli LPG 3 Kg

Fabiola Dianira - detikBali
Senin, 03 Feb 2025 12:54 WIB
Salah satu pangkalan gas di Jala Gunung Merapi, Denpasar diserbu warga sejak pagi, Senin (3/2/2025).(Fabiola Dianira)
Foto: Fabiola Dianira
Denpasar -

Sejumlah warga Kota Denpasar mengeluhkan antrean panjang yang saban hari terjadi di pangkalan LPG. Kondisi ini terjadi setelah PT Pertamina (Persero) mewajibkan gas LPG 3 kilogram (kg) alias gas melon hanya dijual di pangkalan resmi, bukan di warung-warung atau toko.

Anggara Bayu, seorang penjual gorengan, mengungkapkan setiap hari butuh waktu sekitar satu jam untuk berburu gas LPG 3 kg. Hal ini dialami sejak pemerintah menetapkan kebijakan berlaku mulai 1 Februari 2025.

"Ya, susah. Jadi butuh waktu lebih lama untuk mencari gas. Kadang harus ke tempat yang jauh sampai ke daerah Tunjung Sari, dan tidak menentu. Bisa sampai satu jam hanya untuk mencari gas," ungkap wanita berusia 45 tahun itu saat ditemui di warungnya, Senin (3/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya hanya punya dua tabung, satu kosong, satu dipakai. Jadi, setiap hari harus keliling mencari gas," sambung Anggara.

Selain sulit didapat, ia juga mengeluhkan di beberapa warung atau pengecer harga LPG 3 kg dibanderol Rp 27 ribu hingga Rp 30 ribu.

Sugiarta (41), pemilik pangkalan LPG di Padangsambian mengungkapkan stok gas bersubsidi di pangkalannya biasanya langsung habis lantaran membeludaknya warga berburu LPG 3 kg. Sebab, banyak warga dari luar wilayah Padangsambian, bahkan luar Denpasar Barat ikut mengantre. Sesuai aturan, setiap pembeli diwajibkan menunjukkan kartu tanda penduduk (KTP).

Menurut Sugiarta, pangkalannya mendapat jatah 50 tabung LPG 3 kg untuk sekali kedatangan. Dalam seminggu, pasokan dijatah tiga kali.

"Pedagang dari jauh datang ke sini untuk mencari gas, tetapi saya prioritaskan untuk masyarakat sekitar pangkalan. Belum untuk dijual kembali (untuk warung pengecer)," ujar Sugiarta.

Kondisi yang lebih parah terjadi di pangkalan gas lain di Jalan Gunung Merapi, Denpasar Barat. Setiap pagi, antrean panjang selalu terjadi. Selain pengguna rumah tangga, pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), juga banyak yang berburu gas.

"Gas datang sekitar pukul 08.00 (Wita), tetapi bahkan sebelum itu, warung-warung sekitar sudah mulai mengantre," kata Suwarmana, salah satu karyawan di pangkalan tersebut.

Dari pantauan detikBali, gas LPG 3 kg sudah tidak tersedia lagi di warung-warung kelontong seperti toko madura. Salah satunya, toko madura di Jalan Setia Budi, Denpasar.

"Sudah seminggu sales tidak datang ke sini, jadi semua gas kosong," ujar Eka Ayu, pemilik toko madura.

Hal serupa juga dialami oleh Riskiana, pemilik warung kelontong Darrusalam di Denpasar, yang sejak awal Februari tidak lagi menjual LPG 3 kg.

"Suami sudah mencari ke berbagai agen, tetapi tetap sulit mendapatkannya," ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengatakan tidak ada lagi pengecer LPG 3 kg per 1 Februari 2025. Ia mengatakan para pengecer akan didorong untuk menjadi pangkalan resmi Pertamina.

Langkah ini ia lakukan untuk menata kembali penjualan LPG sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.

"Ini kami kan lagi menata, bagaimana harga yang diterima oleh masyarakat bisa sesuai dengan batasan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Jadi yang pengecar, justru kami jadikan pangkalan. Itu ada formal untuk mereka mendapatkan nomor induk perusahaan terlebih dulu," kata Yuliot kepada wartawan di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (31/1/2025), dikutip dari detikFinance.




(hsa/gsp)

Hide Ads