Orang tua siswa tidak hanya disibukkan dengan urusan mencari sekolah baru bagi anak-anak mereka saat akan naik tingkat tiap tahun pelajaran baru. Aktivitas jual-beli motor juga mewarnai musim libur sekolah.
Para orang tua siswa yang anaknya bersiap masuk SMA/SMK berbondong-bondong membelikan kendaraan. Salah satu pilihannya motor bekas. Sejumlah showroom atau dealer penjual motor bekas laris-manis. Seperti yang dialami beberapa penjual motor bekas di Kabupaten Badung, Bali. Para pemilik dealer motor bekas mengakui orang-orang meminati motor bekas karena alasan harga lebih ekonomis.
"Bagaimana caranya anak-anak mereka itu punya motor baru, tapi tidak keluar dana lebih. Katanya (pembeli) dipakai anaknya sekolah. Cukup membantu lebih irit, misalnya sekitar Rp 5 juta," ujar Bagus Danu, pemilik Sidan Motor Dalung, Kuta Utara, Badung, Kamis (4/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagus mengatakan sebagian besar orang tua siswa terkendala waktu mengantar anaknya sekolah karena bekerja. Apalagi jarak rumah siswa jauh dari lokasi sekolah.
"Nggak seperti dulu murid itu kalau ke sekolah pasti dibonceng. Sekarang semua ingin punya motor setelah lihat temannya punya, atau orang tuanya sibuk nggak bisa ngantar sekolah," tuturnya.
Menurut Bagus, jenis matik paling banyak diburu karena lebih praktis untuk pemakaian dalam kota. Harga motor bekas pun bervariatif tergantung jenis, merk, kondisi dan tahun produksinya.
Misalnya motor matik keluaran 2022 ke bawah. Bagus Danu menjualnya antara Rp 15-20 juta per unit. Harga tersebut lebih murah sekitar Rp 5-7 juta dari harga motor baru.
"Zamannya matik. Paling banyak dibeli matik. Kalau modal Rp 8 juta sebetulnya dapat motor gigi (manual). Tapi peminatnya sekarang juga kurang," sambung pria asal Tabanan ini.
Setali tiga uang dengan Bagus Danu. Penjual motor bekas bernama Nyoman Suarsana alias Udin di Peguyangan Kaja, Denpasar, juga tak menampik motor bekas laku setiap tahun pelajaran baru. Khususnya laris dibeli anak-anak yang akan masuk SMA.
"Sesuai zaman. Larisnya jenis matik. Kalau manual kurang laku. Malahan sudah jarang yang beli. Kenapa matik juga karena menyesuaikan tinggi badan anak yang baru tamat SMP masuk SMA. Nggak tinggi-tinggi amat kan," ujar Udin.
Udin menyebut pembeli motor bekas tidak hanya dari Denpasar dan Badung, melainkan dari Gianyar, hingga Karangasem. Selain buka showroom, Udin juga jualan secara online di media sosial (medsos).
Udin mengeklaim kualitas motor bekas tidaklah buruk. Dia mengaku melakukan perawatan dan penggantian bagian-bagian yang rusak saat motor akan dijual. Sehingga pembeli tidak ragu membawa pulang motor bekas meski dengan harga miring sekalipun.
"Kalau saya pribadi setiap dapat motor bekas, yang mau dijual lagi, wajib saya cek mesin. Misalnya ban sudah mulai gundul, wajib ganti. Ada cat mengelupas, repaint lagi, tapi nggak keluar uang banyak lah untuk perbaikan," ucapnya.
Walhasil, motor bekas tiap musim tahun ajaran baru bisa terjual antara 5-7 unit per bulan. Lebih banyak dibanding bulan biasa yang paling banyak terjual 5 unit per bulannya.
Penjualan motor bekas di Denpasar, halaman selanjutnya
"Sudah deal, terjual 20 dari 30-an unit. Sejak Juni itu. Jadi, ada sirkulasi unit yang laku terjual dan masuk (untuk dijual)," kata Yudi ditemui detikBali di Denpasar, Kamis.
Yudi mengatakan, Jumlah motor yang terjual cukup tinggi dibanding hari biasa. Saat tidak ada momen tertentu, penjualan motor sebulan paling banyak hanya 15 unit. Itu pun biasanya terjadi hanya saat pertengahan hingga akhir bulan.
Saat momen masuk sekolah itu, mayoritas pembeli dari kalangan orang tua siswa dan mahasiswa di Denpasar. Selain itu, ada juga beberapa pembeli asal Canggu dan Seminyak.
Yudi memanfaatkan internet untuk memasarkan motornya. Karena itu, dia lebih banyak berinteraksi dengan calon konsumen via media sosial.
"Biasanya anak sekolah banyak yang nyari. Nyari lewat Google, OLX, dan Facebook. Orang tuanya memang yang belikan. Ya, sebagian anak sekolah, mahasiswa, sisanya banyak konsumen (dengan alasan beli motor yang beragam)," kata Yudi.
Yudi menjual mokasnya dengan berbagai harga. Tergantung kondisi, jenis, merek, dan tahun pembuatan. Untuk mokas matik dengan sistem pembakaran injeksi tahun 2014 - 2020, Yudi membanderol harga kisaran Rp 9 juta hingga Rp 17 juta.
![]() |
Sedangkan mokas matik dengan sistem pembakaran karburator tahun 2010 - 2012, Yudi membanderol di kisaran harga Rp 6 juta hingga Rp 9 juta. Berbeda dengan mokas bebek.
Yudi membanderol mokas bebek tahun 2006 - 2018 di kisaran harga Rp 4 juta hingga Rp 8 juta. Sedangkan bebek dengan dengan tahun 2014 - 2018, dibanderol di kisaran harga Rp 8 juta hingga Rp 12 juta.
"(Kisaran harga mokas) di Denpasar dan Badung lebih mahal kalau dibanding di Buleleng atau Singaraja. (Mokas) matik atau bebek selisihnya bisa Rp 700 ribu. Kalau motor gede, selisihnya bisa Rp 1 juta," tuturnya.
Namun, kondisi berbeda diungkapkan Dewa Ketut Kanaya (46), pemilik dealer mokas Bintang Dewata Motor di Jalan Pulau Saelus Nomor 14C, Denpasar. Dia mengungkapkan penjualan mokas tahun ini menurun dibanding tahun lalu. Sejak Hari Raya Idul Fitri 2024 hingga kini belum melihat ada kenaikan penjualan. Begitu pula saat momen siswa yang akan masuk sekolah pertengahan Juli 2024 nanti.
"Tahun ini, momennya (jelang siswa masuk sekolah) nggak ngefek. Sejak Lebaran juga tidak. Mungkin ekonomi sedang lesu," tuturnya.
Tahun lalu, Kanaya sudah melihat antusiasme para orang tua yang membelikan anaknya mokas. Dia mampu menjual mokas 25 hingga 35 unit dari 40 unit stok.
"Kalau tahun ini cuma 15 unit sampai 25 unit. Cuma, orang tua yang belikan anaknya motor bekas, nggak begitu banyak," ujarnya.
Simak Video " Video: Perhatikan Hal Ini Sebelum Beli Seragam Sekolah Anak"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)