Pemerintah Kota (Pemkot) Toyoake, Prefektur Aichi, Jepang, mendesak warga setempat untuk membatasi penggunaan ponsel pintar (smartphone). Kebijakan yang menyasar orang dewasa dan anak-anak ini dilakukan untuk mengurangi dampak fisik dan psikologis dari penggunaan ponsel pintar.
"Untuk mencegah penggunaan perangkat yang berlebihan yang menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk masalah tidur," kata Wali Kota Toyoake, Masafumi Koki, dilansir dari detikEdu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majelis Kota Toyoake mulai membahas peraturan ini menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan akhir bulan depan. Jika rancangan tersebut disahkan, peraturan akan berlaku pada Oktober 2025.
Rancangan undang-undang tersebut mendesak siswa sekolah dasar yang berusia enam hingga 12 tahun dan anak-anak yang lebih muda untuk menghindari penggunaan ponsel pintar atau tablet setelah pukul 21.00. Kemudian, remaja dan orang dewasa dianjurkan untuk menyimpan perangkat mereka setelah pukul 22.00 waktu setempat.
Para pejabat mengatakan proposal tersebut dirancang untuk mengatasi masalah perilaku terkait dengan penggunaan ponsel pintar yang berlebihan. Anak-anak di sana kerap membolos sekolah karena tidak tahan meninggalkan ponsel mereka di rumah saat bersekolah.
Koki mengatakan terdapat juga bukti orang dewasa di kota itu terpaku pada ponsel mereka ketika seharusnya mereka tidur atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
Usulan ini memicu reaksi keras di media sosial (medsos). Beberapa orang menilai kebijakan ini sebagai pembatasan kebebasan individu, sementara yang lain mengatakan batas waktu tersebut tidak dapat diterapkan.
Selain di medsos, para pejabat juga menerima 83 panggilan telepon dan 44 surat elektronik (surel) selama empat hari setelah pengumuman kebijakan itu. Sebanyak 80% di antaranya mengkritik kebijakan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Koki mengatakan batas waktu tersebut tidak wajib dan mengakui ponsel pintar berguna dan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ia menambahkan jika kebijakan ini dapat menjadi momen agar orang-orang merefleksikan berapa banyak waktu yang mereka gunakan untuk scrolling.
"Saya harap ini akan menjadi kesempatan bagi keluarga untuk memikirkan dan mendiskusikan waktu yang mereka habiskan untuk menggunakan ponsel pintar serta waktu penggunaan perangkat tersebut," ungkap Koki.
Artikel ini telah tayang di detikEdu. Baca selengkapnya di sini!
(hsa/hsa)