Kota Toyoake, Jepang, mendesak semua warganya untuk mengurangi penggunaan ponsel hingga dua jam dalam sehari. Apa alasannya?
Para pejabat diToyoake,PrefekturAichi, Jepang, mengatakan kebijakan ini untuk mengurangi dampak fisik dan psikologis dari penggunaan ponsel pintar. Kebijakan tidak hanya menyasar anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk mencegah penggunaan perangkat yang berlebihan yang menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk masalah tidur," kata Wali Kota Masafumi Koki dalam The Guardian dikutip Kamis (4/9/2025).
Majelis kota Toyoake mulai membahas peraturan ini menjelang pemungutan suara yang dijadwalkan akhir bulan depan. Jika rancangan tersebut disahkan, peraturan akan berlaku pada bulan Oktober 2025.
Tentang Aturan Screen Time 2 Jam Per Hari di Toyoake
Rancangan undang-undang tersebut mendesak siswa sekolah dasar, yang berusia enam hingga 12 tahun, dan anak-anak yang lebih muda untuk menghindari penggunaan ponsel pintar atau tablet setelah pukul 21.00. Kemudian remaja dan orang dewasa dianjurkan untuk menyimpan perangkat mereka setelah pukul 22.00.
Kendati demikian, peraturan tersebut tidak akan memberikan sanksi bagi mereka yang melebihi batas dua jam per hari.
Pembatasan Screen Time untuk Mengurangi Masalah Perilaku
Para pejabat mengatakan proposal tersebut dirancang untuk mengatasi masalah perilaku yang terkait dengan penggunaan ponsel pintar yang berlebihan. Di antaranya adalah anak-anak yang membolos karena tidak tahan meninggalkan ponsel mereka di rumah saat bersekolah.
Koki mengatakan terdapat juga bukti bahwa orang dewasa di kota itu terpaku pada ponsel mereka ketika seharusnya mereka tidur atau menghabiskan waktu bersama keluarga.
Dapat Kecaman dari Publik
Usulan ini, memicu reaksi keras di media sosial. Beberapa orang menilai kebijakan ini sebagai pembatasan kebebasan individu, sementara yang lain mengatakan batas waktu tersebut tidak dapat diterapkan.
Baca juga: Mengapa Pendidikan di Singapura Begitu Maju? |
Menanggapi hal tersebut, Koki mengatakan batas waktu tersebut tidak wajib dan mengakui bahwa ponsel pintar berguna dan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ia menambahkan jika kebijakan ini dapat menjadi momen agar orang-orang merefleksikan berapa banyak waktu yang mereka gunakan untuk scrolling.
"Saya harap ini akan menjadi kesempatan bagi keluarga untuk memikirkan dan mendiskusikan waktu yang mereka habiskan untuk menggunakan ponsel pintar serta waktu penggunaan perangkat tersebut," ungkapnya.
Para pejabat menerima 83 panggilan telepon dan 44 surel selama empat hari setelah pengumuman. Adapun 80% di antaranya mengkritik kebijakan tersebut.
(nir/nwk)