Pembangunan jalan pintas (shortcut) Singaraja-Mengwitani titik 7D dan 7E masih berlangsung. Progresnya saat ini mencapai 20 persen. Hal itu diungkapkan oleh Asisten Manager Proyek Shortcut Singaraja-Mengwitani titik 7D dan 7E, Charles L Samara, Kamis (30/11/2023).
"Sudah 20 persen itu mencakup lingkup jembatan dan jalan dari target 16 persen kami ada deviasi empat persen terhadap lingkup gabungan," ungkap Charles.
Shortcut 7D dan 7E mulai dibangun sejak Agustus 2023 setelah Gubernur Bali Wayan Koster melakukan peletakan batu pertama di wilayah Banjar Dinas Wirabhuana, Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng, pada Selasa (28/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu Koster menargetkan proyek yang menggunakan anggaran APBN sebesar Rp 82 miliar ini akan rampung pada 18 Juni 2024. Shortcut 7D dan 7E memiliki panjang 555 meter yang terdiri dari panjang jalan 400 meter dan jembatan 155 meter.
Kendati sudah mulai masuk musim penghujan, Charles memastikan proses pembangunan shortcut tidak akan terhambat. Pihaknya menyiasati hal tersebut dengan cara menambah jam kerja. Charles mengaku optimistis proyek ini akan rampung tepat waktu.
"Musim hujan tidak akan memengaruhi progres pembangunan. Jadi tidak ada masalah kita bisa tambah jam kerja. Kami main di jam kerja, misalnya kalau curah hujannya tinggi di sore hari, pada malam harinya bisa kita kejar," jelasnya.
Sementara itu Penjabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.3 Provinsi Bali Yoni Sathia mengatakan pembangunan shortcut titik 7D dan 7E juga menggunakan teknik kontruksi bernama soil nailing.
Teknik tersebut digunakan untuk mencegah terjadinya longsor. Sebab lokasi dibangunnya shortcut 7D dan 7E berada di daerah rawan longsor. Selain soil nailing pihaknya juga membuat saluran air di lereng-lereng bukit.
"Sedang dilakukan soil nailing, paku tanah di atas. Itu untuk stabilitas lereng biar gak longsor. Itu ada 340 titik. Ini di bagian atas saja di puncak. Tanah-tanah atas di sini itu agak humus, agak gampang longsor," tandas Yoni.
(hsa/hsa)