Kasus DBD di Badung Menurun, Dua Warga Meninggal

Kasus DBD di Badung Menurun, Dua Warga Meninggal

Agus Eka, Karsiani Putri - detikBali
Kamis, 24 Agu 2023 10:45 WIB
ilustrasi demam berdarah
Foto: Ilustrasi nyamuk demam berdarah. (iStockphoto)
Badung -

Suhu udara yang cenderung dingin pada Juli dan Agustus 2023 ini memengaruhi kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Badung. Berdasar catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Badung, kasus DBD menurun sejak Januari sampai Juli 2023.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Badung I Made Suwadera mengatakan cuaca ekstrem seperti cuaca panas yang intens setelah hujan justru menaikkan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penular penyakit DBD. Kelembapan yang tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk.

Lebih lanjut dia menjelaskan kasus DBD di Kabupaten Badung pada Juli 2023 sebanyak 99 kasus. Ini menurun jika dibandingkan bulan-bulan sebelumnya sejak Januari lalu. Pasien yang masuk rerata berusia 15-44 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jika dilihat gabungan laporan pasien DBD itu dari Januari sebanyak 135 kasus, bulan berikutnya 126 kasus. Sempat naik di bulan Maret ada 170 laporan, April turun lagi 166, Mei 154 kasus, Juni 101 kasus lalu turun bulan Juli sebanyak 99 kasus," ungkap Suwadera, Kamis (24/8/2023).

Meski begitu, dua warga meninggal akibat DBD pada tahun ini. Sedangkan menurut laporan DBD pada 2022 lalu, tidak ada pasien meninggal dunia. Dari tren kasus DBD 2022, diprediksi terjadi penurunan pada Juni sampai Oktober 2023 ini.

ADVERTISEMENT

"Pada bulan-bulan itu, cuaca cenderung dingin sehingga mempengaruhi perilaku nyamuk, aktivitasnya kurang aktif. Potensi penularan virus dengue berkurang, tapi nyamuk ini juga tetap aktif di rumah yang suhunya lebih stabil," jelas Suwadera.

Dinas Kesehatan Badung terus mendorong tiap Puskesmas dan rumah sakit untuk memonitor setiap kasus DBD agar dilakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Hasil PE untuk melacak kemungkinan ada kasus DBD belum terlaporkan, sekaligus pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan kasus.

Kasus DBD di Denpasar

Penurunan kasus DBD juga terjadi di Kota Denpasar. Kepala Dinkes Kota Denpasar Anak Agung Ayu Agung Candrawati menuturkan penurunan kasus telah terjadi sejak Maret 2023 dengan jumlah kasus 224. Kemudian, pada Februari 256 kasus, April 183 kasus, Mei 157 kasus, Juni 81 kasus, dan Juli 54 kasus. Sepanjang Agustus, kasus menurun cukup signifikan, yakni 19 kasus pada periode 1 sampai 18 Agustus.

"DBD merupakan penyakit endemis yang mengikuti musim. Kasus meningkat ketika musim hujan, dan menurun ketika musim kemarau," katanya ketika dihubungi detikBali, Selasa (22/8/2023).

Menurutnya, penyebaran kasus DBD dapat dicegah apabila masyarakat rajin melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M minimal satu minggu sekali.

"Maka, akan memutus mata rantai penularan (kasus akibat) nyamuk aedes aegypty karena keberadaan jentik bisa dihilangkan sehingga, tidak sampai menjadi nyamuk dewasa yang bisa menyebarkan penyakit DBD," tuturnya.

Ia juga menjelaskan selama ini Dinkes telah melakukan beragam upaya dalam memutus mata rantai penularan kasus DBD di Denpasar.

Di antaranya, menghadirkan tim Jumantik yang melakukan PSN dan mengedukasi masyarakat untuk melaksanakan PSN.

Kemudian, melaksanakan fogging fokus apabila terdapat indikasi kasus DBD lebih dari satu, lalu masyarakat menderita gejala panas, hingga ditemukan jentik saat pemeriksaan epidemilogi.

"Selain itu, melakukan fogging massal dengan ULV yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun, dan 2 cycle," ujarnya.

Candrawati juga mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan inovasi teknologi Wolbachia dengan tujuan Denpasar terbebas dari kasus DBD.

"Proses pelaksanaan mulai Februari, dilanjutkan sosialisasi ke masyarakat, dan akan dilaksanakan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia pada November 2023," imbuhnya.




(hsa/gsp)

Hide Ads