Kasus pemerasan yang dilakukan oleh sopir mobil pangkalan terhadap turis yang menaiki taksi online di Canggu, Bali, masih hangat diperbincangkan. Hal ini mengindikasikan konflik antara transportasi online dan pangkalan masih saja terjadi.
Ojek pangkalan (opang) merasai penumpangnya direbut ojek online (ojol) selalu menjadi biang kerok terjadinya keributan di antara keduanya. Sejauh ini, sudah terjadi tiga konflik antara opang dan ojol. Berikut ini rangkumannya.
1. Opang Hajar Ojol di Pecatu
Kasus opal mengahar ojol terjadi di Jalan Labuan Sait, Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Bali, Rabu (25/1/2023) pukul 18.28 Wita. Kala itu, seorang opal bernama Wilfidrus melihat Mat Hari (driver ojol) tengah menjemput penumpang di depan Resto Despacito Loft, Pecatu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika penumpang tersebut hendak naik ke motor Mat Hari, Wilfridus melarang penumpang itu untuk naik ke motor Mat Hari. Perselisihan dan adu mulut pun terlontarkan dari kedua tukang ojek tersebut.
Wilfidrus yang tak terima akhirnya melayangkan pukulan dengan tangan kosong ke Mat Hari. Diketahui, Wilfridus memukul Mat Hari pada bagian lengan kiri dan telinga.
Selanjutnya, kepolisian membekuk Wilfridus untuk diproses dan melakukan pemeriksaan intensif kepada Mat Hari.
2. Bule Dihadang Opang Saat Hendak Naik Ojol
Viral di media sosial sebuah video aksi opang melarang seorang bule pria menaiki ojek online di Uluwatu. Opang tersebut juga memarahi si bule.
Nampak beberapa kali si bule membela diri dengan keterbatasan bahasa. Sedangkan driver ojol hanya terdiam di atas motor menyaksikan perdebatan kedua orang itu. Video tersebut telah ditonton sebanyak lebih 74 ribu kali dan dibanjiri komentar warganet yang mayoritas mengecam perilaku opang.
Bendesa AdatPecatu I MadeSumerta membenarkan di wilayah setempat terdapat kelompok transportasi lokal untuk melayani wisatawan. Kelompok itu disebut berada di bawah naungan salah satu koperasi.
"Saya lupa berapa orang dalam kelompoknya itu. Yang jelas ada kelompok transportasi di Pecatu dan mereka berizin. Mereka diatur kawasan kerjanya. Kalau disebut melarang, rasanya tidak melarang. Yang jelas di sana ada layanan ojek lokal," ujar Made Sumerta.
3. Sopir Pangkalan Palak Turis di Canggu
Isu ini tengah menjadi buah bibir. Pasalnya, Kadek Eka P yang seorang sopir mobil pangkalan dengan arogannya memaksa Calysta (turis asal Singapura) untuk membayar uang sebesar Rp 150 ribu karena tidak menggunakan jasa taksinya.
Pemerasan ini bermula ketika Calysta keluar dari vila tempat ia menginap. Salah satu staf vila mencarikan transportasi untuk turis tersebut di sekitar lokasi dan mendapatkan mobil angkutan pribadi yang dikemudikan Kadek Eka.
Ia mematok tarif sebesar Rp 270 ribu untuk tujuan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Kendati demikian, Calysta akhirnya memilih taksi online. Saat berangkat menggunakan taksi online, Calysta memberi uang Rp 100 ribu kepada Kadek Eka, namun sempat ditolak.
Kadek Eka sempat meminta dua turis di dalam mobil taksi online untuk turun bahkan meminta mereka berjalan kaki keluar zona sejauh satu kilometer jika ingin menumpang taksi online. Namun, kedua turis itu menolak. Kadek Eka bersikeras agar kedua turis tersebut mengikuti perintahnya. Kadek Eka juga meminta kedua turis tersebut untuk menghargai supir lokal.
Saat ini, Kadek Eka tengah ditahan polisi. Pria asal Desa Satra, Kecamatan Kintamani, Bangli, ini dijerat dengan Pasal 368 dan 335 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pemerasan dan perbuatan tidak menyenangkan. Ia juga terancam hukuman pidana penjara sembilan tahun.
Artikel ini ditulis oleh Dewa Gede Kumara Dana, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(Ronatal Siahaan/nor)