Perang sarung yang belakangan marak saat Ramadan membuat aparat keamanan meningkatkan patroli. Permainan kejar-kejaran dengan saling menyabetkan sarung pada musuh yang dulunya hanya dianggap hiburan, kini berubah menjadi tawuran. Tak jarang jatuh korban luka.
Dari informasi yang didapatkan detikBali, saat ini perang sarung digunakan kalangan remaja untuk kedok tawuran. Di balik sarung terdapat batu sampai senjata tajam yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bisa melukai lawan. Tahun lalu, bahkan beredar video yang memperlihatkan sejumlah remaja menggulung sarung di dalamnya diisi dengan batu, kemudian sarung tersebut dijadikan sebagai senjata untuk "berperang".
Pada Rabu (29/3/2023) tengah malam, terjadi perang sarung antarpemuda dari dua desa bersebelahan di Koperasi Unit Desa (KUD) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pengambengan. Bahkan ada yang menjadi korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapolsek Negara I Ketut Suaka Purnawasa mengatakan kepolisian berusaha mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama bulan puasa. Pada Jumat (31/3/2023) pukul 01.00 Wita, aparat kepolisian melakukan patroli di pesisir Pantai Cupel, Desa Cupel, Kecamatan Negara.
"Anggota kami melakukan patroli dan penyisiran terkait informasi adanya perang sarung di wilayah Cupel dan Pengambangan. Dan kegiatan ini rutin kami laksanakan jangan sampai perang sarung terjadi dan menimbulkan korban," ungkap Purnawasa kepada detikBali, Minggu (2/4/2023).
Pihak kepolisian juga mengajak kepala desa dan kepala lingkungan (kaling) untuk membantu mengingatkan warga agar mencegah perang sarung dan selalu menjaga wilayah tetap kondusif.
"Kami harapkan, dengan patroli rutin yang dilakukan ini, perang sarung bisa dicegah dan tidak menimbulkan korban selama bulan suci Ramadan," tandas Purnawasa.
(hsa/hsa)