Menyikapi upacara prosesi melukat dijadikan bahan komersial oleh segelintir oknum dengan mendatangkan sejumlah tamu artis, PHDI Bali mengaku telah melakukan pembinaan kepada para guide.
Ia pun mengecam para guide yang diduga tidak paham dengan tradisi melukat agama Hindu.
Menurut Pinandita I Ketut Pasek Swastika Waka Bidang Agama dan Kerohanian PHDI, ujung tombak agar tidak terjadi perubahan makna dan fungsi melukat ada pada desa Pakraman masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami di PHDI sudah sering menjadi narasumber dalam penerimaan para guide, guide-guide itu kan adalisensinya," terangnya kepadadetikBali dihubungi Sabtu (20/05/2022) saat dalam perjalanan dariBuol menujuToli-Toli terkait Pencerahan Umat di daerah Transmigrasi sejak 17 Mei lalu.
Lanjutnya, pihaknya tetap akan gencar menyikapi prosesi melukat yang telah disalahgunakan maknanya.
"Gak mungkin kami standby di tempat. Kewenangannya ada pada desa pakraman setempat," ungkapnya.
Menurutnya para pandita yang diduga turut dilibatkan dalam proses melukat polos-polos.
"Mereka ya mau saja pasti karena polos-polos namun kami mempersoalkan mengapa prosesi ini dikomersilkan," pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, warga Bali kesal atas ulah oknum yang menganggap upacara prosesi Melukat dirubah fungsinya.
Dengan mendatangkan tamu artis dan dikomersilkan (berbayar) menurut penulis dan YouTuber Made Ngurah Saka Semarajaya alangkah tidak etis. Ia kemudian menuangkan kekesalannya itu di media sosial twitter pribadinya @ngurahsaka.
(nor/nor)