PHDI Bali Sayangkan Melukat Dikomersialkan-Jadi Konten: Kurang Pas!

PHDI Bali Sayangkan Melukat Dikomersialkan-Jadi Konten: Kurang Pas!

Triwidiyanti - detikBali
Sabtu, 21 Mei 2022 15:47 WIB
Prosesi melukat yang dijalani umat Hindu Bali
Foto: Prosesi melukat yang dijalani umat Hindu Bali. (dok. pexels)
Denpasar -

Pinandita I Ketut Pasek Swastika selaku Waka Bidang Agama dan Kerohanian PHDI Bali sangat menyayangkan prosesi melukat (penyucian diri dengan air) kini dikomersialkan dan dijadikan bahan konten serta berbayar.

Menurutnya, prosesi melukat yang merupakan upacara penyucian diri agama Hindu ini sangat suci dan hanya dapat dilakukan oleh umat Hindu.

Dalam prosesi tersebut, katanya juga ada puja mantra-nya dan dilakukan oleh seorang pandita kepada umatnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita sangat menyayangkan prosesi sakral melukat dikomersialkan dan dijadikan bahan konten berbayar. Kalau Melukat itu ada puja mantra, yang dilakukan oleh seorang pandita kepada umatnya," terangnya saat dihubungi detikBali, Sabtu (21/5/2022).

"Boleh-boleh saja umat di luar agama Hindu melakukan prosesi ini namanya mandi, bukan melukat. Bisa di pancoran, sungai, danau, asal jangan pakai kata melukat, karena sakral," tegasnya.

ADVERTISEMENT

Sebagaimana diketahui, sejumlah artis tanah air berbondong-bondong melakukan upacara penyucian yang sangat sakral di agama Hindu ini.

Terkait hal ini, ia pun menduga jika para artis ini menggunakan jasa event organizer yang tidak memahami budaya agama Hindu Bali.

"Nah, kalau artis tamu pakai sebutan melukat itu kurang pas, karena mereka itu belum tentu Hindu lagi pula siapa yang mendampingi, siapa yang memfasilitasi siapa yang melapalkan puja mantra," cetusnya.

"Maka kurang pas lah kalau dipakai untuk komersial," tambahnya.

Pihaknya dari PHDI, dan selaku tokoh agama, tokoh adat umat menyayangkan momen seperti itu dikomersialkan, dengan embel-embel memakai kata melukat.

Padahal melukat itu, mantranya banyak. Salah satunya asam wungku, yang mana di sana ada tata cara aturan sesuai dengan hari kelahirannya.

Ia pun mencontohkan umat yang lahir di Umanis, tempatnya di timur, uripnya lima, dia minum lima kali berkumur lima kali dan sebagainya.

"Kurang pas lah disebut melukat itu hanya mandi, nah jika dilaksanakan di area suci seperti Tirta Empul di Gianyar itu sedangkan yang melakukan umat bukan beragama Hindu jelas kurang pas juga kalau di sungai terserah tapi ini arealnya suci dikomersialkan lagi," tegasnya lagi.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, warga Bali kesal atas ulah oknum yang menganggap prosesi melukat diubah fungsinya.

Dengan mendatangkan tamu artis dan dikomersialkan (berbayar) menurut penulis dan YouTuber Made Ngurah Saka Semarajaya alangkah tidak etis. Ia kemudian menuangkan kekesalannya itu di media sosial twitter pribadinya @ngurahsaka.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads