Keberadaan Pura Babakan dengan pohon besar yang disebut Kayu Putih di Desa Adat Bayan, Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan belakangan ini menyita perhatian.
Pura ini mendadak heboh dan viral setelah munculnya aksi seorang bule perempuan nekat berpose bugil atau telanjang di Kayu Putih yang disakralkan para pengempon atau umat yang rutin melakukan persembahyangan di pura itu.
Terlepas dari persoalan yang berujung pada pendeportasian, Pura Babakan rupanya memiliki keunikan dan mistis lantaran diyakini sebagai tempat memohon agar hujan reda. Terutama bila warga hendak melakukan upacara keagamaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pohon yang disebut Kayu Putih di tumbuh di salah satu sudut pura tersebut diperkirakan berusia 700 tahun.
Dua keunikan ini dituturkan Penyarikan Pura Babakan, I Made Kurna Wijaya, Rabu (11/5/2022). Menurutnya, keyakinan itu telah diwarisi secara turun-temurun dari para tetua krama Desa Adat Bayan.
"Dulu tetua kami setiap akan melakukan upacara keagamaan pasti berharap jalannya lancar. Salah satunya saat upacara berlangsung agar tidak diguyur hujan," jelasnya.
Ia menyebutkan, keyakinan itu sampai sekarang masih diwariskan. Terlebih bila upacara keagamaan yang direncanakan bertepatan dengan musim hujan.
"Walaupun musim hujan. Pas upacara berjalan, terang (tidak hujan). Setelah upacara selesai baru hujan. Karena kita tidak bisa melawan alam," sebutnya.
Biasanya, yang punya upacara keagamaan akan melakukan persembahyangan di pura tersebut. Sekitar beberapa jam sebelum puncak upacara keagamaan akan dilakukan.
"Mohon sebentar bahwa mau menjalankan upacara. Sudah selesai upacara, baru biasanya hujan lagi," katanya.
Di luar itu, Pura Babakan juga diyakini tempat untuk memohon sebuah harapan. Terutama mereka yang mengalami sakit atau punya cita-cita tertentu.
Menurutnya, inilah yang membuat jumlah pengempon yang semula hanya tujuh kepala keluarga kini berkembang menjadi 19 kepala keluarga.
"Biasanya ada yang mesaudan, seperti berkaul. Misalnya orang itu sakit kemudian memohon kesembuhan. Saat dia sembuh berniat untuk memaksan atau menjadi pengempon pura," sebutnya.
Sejarah keberadaan Pura Babakan juga masih berkaitan dengan keberadaan Desa Adat Bayan yang sempat dipimpin I Gusti Ngurah Bayan.
Di lokasi pura itulah, I Gusti Ngurah Bayan kerap bersemedi. Bahkan pohon besar yang dinamakan Kayu Putih dan kini juga menjadi tempat wisata telah ada.
Menurut Made Kurna Wijaya, berdasarkan cerita para tetua di Desa Adat Bayan, semula hanya ada bangunan pelinggih taksu dan meru tumpang dua pada pura tersebut.
Selain itu, di sekeliling areal pura dan pohon besar tersebut terdapat kolam. Namun seiring berjalannya waktu, terjadi pendangkalan atau sedimentasi, sehingga yang tersisa hanya aliran air yang kini berfungsi sebagai saluran irigasi.
"Mulai ditata mulai kurang lebih pada 1925. Menurut tetua kami, awalnya Pura Babakan dikelilingi kolam. Tetapi karena pengendapan lama-lama terjadi pendangkalan. Sekaranf tinggal saluran irigasi saja," pungkasnya. (*)
(dpra/dpra)