Prajuru Desa Adat Kuta, I Made Suartana mengatakan terhitung tanggal 25 April hingga 30 April 2022, kawasan Pantai Kuta, Badung, Bali diawasi oleh pecalang, prajuru desa adat dan satgas pantai. Hal ini dilakukan buntut viralnya video bule yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
"Kalau pecalang dari tiga hari lalu bertugas dari jam 3-6 sore tapi dari hari ini kami jadwalkan untuk jaga pagi dan sore jadi ada dua shift," ucapnya ketika ditemui detikBali, Senin (25/4/2022).
Menurutnya ada 39 pecalang, prajuru desa adat sebanyak 26 dan satgas pantai ada 8 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Petugas-petugas ini pun nantinya akan menjaga dan mengawasi area Pantai Kuta yang bentangnya hampir 4,5 km.
I Made Suartana menjelaskan hal tersebut dilakukan dalam rangka antisipasi, pengamanan dan pengawasan untuk menjaga citra pariwisata Bali, khususnya Kuta.
Ia juga menuturkan bahwa sejak viralnya video bule di Pantai Kuta tersebut para gepeng yang berkeliaran di kawasan Pantai Kuta pun telah diamankan oleh pihak Satpol PP.
"Mereka (gepeng, red) anak-anak kecil yang ada kordinatornya. Pertama dia menjual tisu dan kalau tidak ada yang beli gepeng itu langsung sebagai pengemis dengan sistem memaksa pembeli," ungkap Suartana.
Pihaknya pun telah menghimbau masyarakat sekitar apabila nantinya masih menemukan keberadaan gepeng dan penjual tisue yang meresahkan agar bisa diamankan tanpa adanya kekerasan, lalu selanjutnya dapat diserahkan kepada Satpol PP untuk tindaklanjutnya.
Tak hanya sampai disana, pihaknya pun juga memberikan pembinaan kepada para pedagang yang berjualan di sekitar area Pantai.
Sebelum COVID-19, total ada 386 pedagang yang terdaftar dalam krama dan dilengkapi dengan name tag serta beberapa peraturan yang harus diikuti.
Namun, sejak adanya pandemi, permintaan untuk mencari nafkah di Pantai Kuta pun meningkat sehingga total keseluruhan pedagang ada 1.600.
Para pedagang ini pun banyak yang berasal dari luar Badung, seperti dari Kintamani dan daerah lainnya.
"Untuk saat ini peraturannya kami pertegas seperti pedagang tidak boleh turun ke area pantai dan 1 wisatawan hanya boleh dilayani 2 pedagang dan tak boleh lebih. Ini peraturan terbaru karena seringnya masalah yang terjadi disini," kata I Made Suartana.
Pihaknya pun berharap agar kedepannya pariwisata Bali khususnya Kuta bisa pulih.
"Kami berharap semoga yang bermain di medsos, apapun hal kecil yang terjadi agar tidak di-share di medsos karena efeknya bukan hanya seperti di Kuta ini saja, tapi bisa mendunia. Citra kami di Kuta kan jadi terpuruk sekarang ini," tambahnya.
(kws/kws)