
Chusnul Penyintas Bom Bali I Was-was Efisensi LPSK Berdampak ke Dirinya
Chusnul Chotimah, penyintas Bom Bali I khawatir efisiensi anggaran LPSK akan hentikan bantuan pengobatan. Dia berjuang untuk hidup dan anaknya yang sakit.
Chusnul Chotimah, penyintas Bom Bali I khawatir efisiensi anggaran LPSK akan hentikan bantuan pengobatan. Dia berjuang untuk hidup dan anaknya yang sakit.
Chusnul Chotimah, penyintas bom Bali I sempat ingin disuntik mati gegara tak punya biaya pengobatan untuk anaknya. Kini dia nekat ingin jual ginjalnya.
Penyintas bom Bali I, Chusnul Chotimah berjuang untuk biaya pengobatan putranya yang menderita von Willebrand. Sejumlah yayasan mulai memberikan bantuan.
Chusnul Chotimah, penyintas Bom Bali I berjuang menagih utang untuk biaya pengobatan anak. Ini upaya terakhirnya hingga muncul niat disuntik mati.
Chusnul, penyintas Bom Bali I, ingin disuntik mati bersama anaknya yang sakit kronis. Dia menghadapi kesulitan ekonomi dan utang yang belum terbayar.
Chusnul Chotimah, penyintas Bom Bali I berjuang melawan tekanan ekonomi dan sakit kronis anaknya. Ia berharap bantuan untuk biaya kemoterapi dan menagih utang.
Penyintas Bom Bali I Chusnul Chotimah (54) melanjutkan hidup sebagai ibu 3 anak. Dia mengaku pontang-panting tagih utang uang karena temannya tak kunjung bayar.
Penyintas Bom Bali, Chusnul Chotimah berjuang tagih utang Rp 77,5 juta demi biaya pengobatan anaknya. Upaya hukum dan penagihan tidak membuahkan hasil.
Penyintas Bom Bali, Chusnul Chotimah nekat menempuh perjalanan jauh tagih utang Rp 77,5 juta demi biaya pengobatan anak. Tetap saja temannya terus berkelit.
Chusnul Khotimah, penyintas Bom Bali I berjuang melanjutkan hidup. Kini dia menghadapi tantangan baru untuk biaya pengobatan anaknya.