Penyintas bom Bali I, Chusnul Chotimah yang berjuang menagih utang untuk biaya pengobatan puteranya MF (18) yang menderita penyakit kronis von Willebrand mulai mendapatkan bantuan. Sejumlah yayasan berupaya menyalurkan bantuan untuk mereka.
Chusnul mengungkapkan bahwa anaknya masih perlu menjalani serangkaian pemeriksaan laboratorium untuk pengobatan lanjutan. Dia sampaikan kondisi terkini proses pengobatan putra bungsunya itu.
"Masih pemeriksaan, Selasa (12/1) sempat ke RS Haji, lalu ke RSUD dr Soetomo dibantu ambulans dari Dinsos Jatim. Tapi sampai saat ini belum nemu hasilnya karena di beberapa rumah sakit belum ada alat untuk pemeriksaannya," kata Chusnul kepada detikJatim, Senin (20/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chusnul mengatakan ada sejumlah yayasan yang telah menyampaikan kepada dirinya bersedia membantu biaya pengobatan untuk anaknya.
"Ini ada dari Yayasan Teman Kita katanya akan bantu untuk pengobatan, tapi masih berkomunikasi dengan pihak rumah sakit. Lalu Yayasan Kita Bisa sedang galang dana dengan total Rp 70 juta untuk anak saya," katanya.
Sebelumnya, dari hasil pemeriksaan dokter, anak terakhir Chusnul itu memerlukan biaya sekitar Rp 14 juta untuk kemoterapi penyakit kronis yang dialami. Pengobatan itu sangat diperlukan terutama jika sewaktu-waktu terjadi pendarahan.
Para penderita von Willebrand ini mengalami kesulitan pembekuan darah apalagi saat mengalami luka. Kini Chusnul berharap agar segera ada titik terang untuk hasil pemeriksaan terbaru dan metode pengobatan terbaik untuk anaknya.
"Semoga terkumpul biaya pengobatan untuk anak saya ini," harapnya.
Bukan hanya itu, sebagai seorang penyintas Bom Bali I yang telah mendapatkan uang kompensasi dari pemerintah, dirinya masih berharap uang yang dia dapatkan dari LPSK senilai Rp 77,5 juta yang dipinjam oleh temannya, VN (54) bisa segera dikembalikan.
"Saya tetap butuh uang itu, karena uang itu juga hak anak saya. Selain untuk pengobatan juga untuk pendidikannya ke depan," kata Chusnul.
(dpe/fat)