Doa qunut adalah doa yang diamalkan setiap rakaat terakhir salat Subuh. Arti dari qunut sendiri adalah 'berdiri, diam, dalam berdoa'. Selain saat salat Subuh, doa qunut juga diamalkan umat Islam pada bulan Ramadan.
Pembacaan doa qunut dibaca saat salat witir pada bulan Ramadan. Namun, hal tersebut tidak dimulai sejak awal Ramadan. Lalu, doa qunut witir mulai dibaca malam Ramadan ke berapa? Simak penjelasan berikut!
Malam Ramadan ke Berapa Membaca Doa Qunut Witir?
Salah satu sunah di bulan Ramadan dalam salat Witir adalah membaca doa qunut. Doa ini dibaca mulai pertengahan Ramadan pada salat Witir setelah salat Tarawih. Hal ini telah berlangsung sejak zaman Nabi. Dilansir dari laman NU Online, salah satu atsar (perkataan sahabat Nabi) yang diriwayatkan oleh Abu Daud dijelaskan sebagai berikut:
أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبي بن كعب فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت الا في النصف الباقى من رمضان. رواه أبو داود
Artinya: Sesungguhnya Umar Ibn Khattab berinisiatif mengumpulkan masyarakat agar shalat tarawih bersama (dengan imam) Ubay Ibn Ka'b, maka beliau shalat tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan beliau tidak berdoa qunut kecuali dalam separuh yang kedua (malam 16 Ramadhan hingga seterusnya) (HR. Abu Dawud).
Jadi detikers sudah bisa membaca doa qunut witir mulai malam 16 Ramadan yaitu pada 26 Maret 2024 hingga seterusnya.
Kapan Membaca Doa Qunut Witir dalam Salat?
Biasanya masyarakat Indonesia melaksanakan doa qunut setelah rukuk sebelum sujud. Dilansir dari laman Almanhaj, waktu membaca doa qunut dalam salat adalah sebelum rukuk pada rakaat terakhir salat witir. Sebagaimana dalam riwayat Ubai bin Ka'ab RA. berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berwitir, lalu melakukan qunut sebelum rukuk." (HR. Ibnu Majah, shahih menurut Al-Albani).
Namun, Rasulullah SAW juga pernah melakukan doa qunut setelah rukuk sebelum sujud. Sebagaimana dalam riwayat Urwah bin Az-Zubair:
"... Beliau berkata, 'Apabila selesai melaknat orang-orang kafir, bersalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam , memohon ampunan untuk kaum mukminin dan mukminat serta permintaan lainnya, ia mengucapkan, 'Ya Allah, kami hanya menyembah kepada-Mu, berusaha dan beramal hanya untuk-Mu, dan memohon rahmat kepada-Mu, wahai Rabb kami, dan kami takut kepada azab-Mu yang pedih. Sesungguhnya adab-Mu ditimpakan kepada orang yang Engkau musuhi,' kemudian ia bertakbir dan turun untuk sujud.'" (HR. Ibnu Khuzaimah, shahih berdasarkan isnadnya).
Adapun kalimat "bertakbir dan turun untuk sujud" menunjukkan bahwa doa qunut dapat diamalkan setelah rukuk atau saat iktidal. Jadi, detikers bisa membaca doa qunut baik sebelum maupun sesudah rukuk.
Bacaan Doa Qunut Witir
Dihimpun dari laman NU Online, Rasulullah mengajarkan Al-Hasan bin Ali doa qunut sebagai berikut.
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Arab Latin: Allahummahdini fî man hadait, wa 'âfini fî man 'âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a'thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ 'alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya'izzu man 'âdait, tabârakta rabbanâ wa ta'âlait, fa lakal hamdu a'lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu 'alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa 'alâ âlihi wa shahbihi wa sallam
Artinya: "Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepadaku sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah aku sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepadaku pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan aku dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya."
Artikel ini ditulis Aisyah Luthfi, mahasiswa peserta magang merdeka di detikcom
(astj/astj)