Nuzulul Qur'an atau peristiwa turunnya Al-Qur'an biasa diperingati umat Islam di Indonesia pada 17 Ramadan. Pada malam ini, terdapat banyak sekali keistimewaan dan keutamaan, sehingga merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk beribadah dan beramal saleh.
Lantas, mengapa Nuzulul Qur'an diperingati pada 17 Ramadan? Apa kisah dan sejarah dibaliknya? Berikut detikSumut telah merangkumnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu. Langsung saja, yuk simak artikel berikut!
Kisah Diturunkannya Al-Qur'an Pertama Kali
Dilansir dari NU Online, Syekh Muhammad Ali As-Shabuni dalam Kitab At-Tibyan fi Ulumil Qur'an menyatakan bahwa terdapat dua fase diturunkannya Al-Qur'an yaitu sebagai berikut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Al-Qur'an diturunkan pada dua fase: pertama, dari Lauh Mahfuzh ke langit dunia (Baitul Izzah) sekaligus pada malam Lailatul Qadar; kedua, dari langit dunia ke bumi secara bertahap selama 23 tahun," (Muhammad Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur'an, [Jakarta, Darul Mawahib Al-Islamiyah: 2016 M], halaman 33).
17 Ramadan diperingati sebagai Nuzulul Qur'an karena bertepatan dengan kejadian di mana Rasulullah SAW menerima wahyu pertama kali. Berikut rangkuman kisahnya dikutip dari buku "99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur'an" karya Ridwan Abqary.
Pada malam itu, tepat tanggal 17 Ramadan, Rasulullah SAW berusia 40 tahun dan tengah berkhalwat di Gua Hira. Gua Hira sendiri adalah gua yang terletak di Jabal Nur, sekitar 6 km dari kota Makkah. Kebiasaan Kaum Quraisy memuja patung berhala menjadi beban pikiran bagi Nabi, sehingga Beliau memilih untuk mengasingkan diri di gua tersebut.
Ketika sedang khusyuk beribadah, Rasulullah SAW dikejutkan dengan kehadiran Malaikat Jibril di hadapannya. Jibril memeluknya erat seraya berkata "Bacalah!". Namun Nabi menjawab "aku tidak bisa membaca" dengan tubuh yang gemetar.
Berulang kali Malaikat Jibril memerintahkan hal yang sama namun Nabi tetap menjawab dengan kalimat "aku tidak bisa membaca". Hingga pada ketiga kalinya Nabi dituntun untuk membaca awal surat Al-Alaq berikut:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ
"(1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. Al-'Alaq, 96: 1-5).
Rasulullah SAW pulang dalam keadaan gelisah dan menjumpai istrinya Khadijah sembari berkata:" Selimuti aku! Selimuti aku!" Lalu Khadijah menyelimuti Nabi sambil menenangkannya.
"Jangan merasa takut atau cemas, akan tetapi berbahagialah. Demi Allah, sesungguhnya Allah tidak akan mengecewakanmu. Engkau adalah orang yang selalu menyambung persaudaraan (silaturahmi), senantiasa berkata benar, membantu orang-orang yang lemah dan miskin, selalu menghormati tamu dan gemar membantu orang-orang yang tertimpa bencana" ujar Khadijah.
Setelah Rasulullah SAW dalam keadaan tenang, Khadijah membawanya menjumpai Waraqah bin Naufal, seorang pemeluk agama Nasrani yang alim sekaligus saudara misan Khadijah. "Wahai anak saudaraku, apa yang kamu saksikan?" tanya Waraqah, Nabi pun menjelaskan apa yang dialaminya selama di Gua Hira.
"Sesungguhnya telah datang kepadamu malaikat Namus (Jibril) sebagaimana pernah datang kepada Isa AS," jawab Waraqah. Ia menerangkan mengenai perjuangan Nabi Muhammad SAW yang akan dimulai dalam menyebarkan agama Islam. Akan ada banyak tantangan, penolakan, bahkan pengusiran dari berbagai kaum yang menentang ajaran yang dibawanya.
Peristiwa ini menunjukkan terpilihnya Nabi Muhammad SAW sebagai nabi akhir zaman. Suri tauladan yang berjuang menyebarkan ilmu tauhid dan kebenaran kepada seluruh umat manusia. Selain itu, peristiwa penting ini juga diperingati sebagai turunnya wahyu pertama, surah Al-Alaq 1-5.
Itulah kisah yang terjadi pada 17 Ramadan, peristiwa Nuzulul Qur'an. Diharapkan dengan mendengar kisah tersebut, umat Islam semakin menghargai Al-Qur'an sebagai kitab suci dan pedoman hidup. Hal ini juga dapat memotivasi kita untuk terus memperbanyak interaksi dengan Al-Qur'an.
Artikel ini ditulis Salamah Harahap, mahasiswi magang merdeka di detikcom.
(astj/astj)