Pada tanggal 17 Ramadhan terdapat peringatan yang bersejarah dalam Islam, yaitu Nuzulul Quran. Sebagai salah satu cara dalam memaknainya, artikel ini akan memaparkan kisah Nuzulul Quran yang tidak terlepas dari sejarah Al-Quran sebagai wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.
Menurut buku '101 Info Tentang Al-Quran' oleh 101 Info Tentang Al-Quran, bahwa Nuzulul Quran adalah peringatan yang biasanya dimaknai oleh kaum muslim dalam rangka memperingati turunnya Al-Quran. Disampaikan bahwa Malaikat Jibril senantiasa mendatangi Rasulullah SAW dan membacakan ayat demi ayat Al-Quran.
Salah satu waktu yang diyakini adalah 17 Ramadhan yang menjadi saat pertama kalinya wahyu Rasulullah SAW diturunkan. Seperti dijelaskan dalam buku 'Memahami 3 Pokok Dasar Agama (Iman, Islam, Ihsan)' oleh Drs H, Sa'ronih Amin, MM, bahwa Al-Quran diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tidak dalam waktu yang sekaligus. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun turunnya Al-Quran atau disebut sebagai Nuzulul Quran, terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 610 Masehi. Dikisahkan bahwa pada saat itu Rasulullah SAW sedang berkhalwat di Gua Hira.
Adapun diturunkannya Al-Quran sebagai sebuah kitab suci yang dijaga oleh Allah SWT telah tertuang dalam Al-Quran itu sendiri. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Hijr ayat 9 bahwa:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهٗ لَحٰفِظُوْنَ ٩
Innâ naḫnu nazzalnadz-dzikra wa innâ lahû laḫâfidhûn.
Artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya."
Mengingat Nuzulul Quran merupakan peristiwa penting dalam Islam, hendaknya bagi setiap muslim untuk memahami peristiwa diturunkannya Al-Quran sebagai wahyu bagi Nabi Muhammad SAW. Lantas, bagaimana kisahnya? Temukan penjelasannya berikut ini, ya.
Sejarah Al-Quran Diturunkan pada Rasulullah SAW
Sejarah diturunkannya Al-Quran sebagai wahyu bagi Nabi Muhammad SAW tidak terlepas dari kisah beliau yang sering berkhalwat di Gua Hira. Mengutip dari buku '99 Kisah Menakjubkan Dalam Al-Quran' karya Ridwan Abqary, bahwa Nabi Muhammad SAW hidup di tengah-tengah masyarakat Kota Makkah yang masih melakukan pemujaan terhadap berhala.
Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW memikirkan kondisi tersebut dan cukup membebani pikiran beliau. Terlebih lagi beliau merasa apa yang dilakukan oleh kaum Quraisy merupakan sesuatu yang menyesatkan.
Meskipun telah memikirkannya dengan sungguh-sungguh, tetapi beliau tidak mengetahui apa yang harus dilakukan kepada mereka. Nabi Muhammad SAW berharap bisa menyadarkan kaum tersebut dari gelapnya iman yang tengah menyelimuti hati mereka.
Kondisi Nabi Muhammad SAW yang sering dipenuhi dengan tanda tanya besar membuat beliau sering terlihat berkhalwat di Gua Hira. Nabi Muhammad SAW sering kali terlihat menyendiri dan duduk termenung di gua tersebut.
Kemudian dikisahkan suatu ketika Nabi Muhammad SAW mendapatkan tamu tak terduga, yaitu Malaikat Jibril. Pada saat itu, Malaikat Jibril memeluk beliau dengan sangat erat. Meskipun masih belum mengetahui siapa Malaikat Jibril, beliau tetap menjawab ucapan dari Malaikat Jibril dengan bahasa baik.
Dikisahkan bahwa Malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca. Namun, karena tidak bisa melakukannya, beliau berusaha menjawab ucapan Malaikat Jibril tersebut. Meskipun pada saat itu, digambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW badannya gemetar karena ketakutan dan kebingungan.
Setelah tiga kali meminta Nabi Muhammad SAW dan mendapatkan jawaban yang sama, akhirnya Malaikat Jibril membacakan ayat-ayat. Ayat tersebut tidak lain adalah Surat Al-'Alaq ayat 1-5 yang berisikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca.
Setelah Malaikat Jibril pergi, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk pulang ke rumah dan meminta sang istri, Sayyidah Khadijah, untuk memberikan selimut karena tubuh beliau yang masih bergetar. Sambil menanyakan apa yang terjadi pada beliau, Sayyidah Khadijah berusaha menenangkan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dikarenakan kegelisahan dalam hati beliau tak kunjung hilang, Sayyidah Khadijah berusaha memanggil saudaranya bernama Waraqah bin Naufal. Sosok tersebut dikenal sebagai ahli kitab Taurat dan Injil.
Setelah mendengar kisah Nabi Muhammad SAW, Waraqah merasa yakin bahwa beliau adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam melalui Al-Quran. Inilah yang membuat Nabi Muhammad SAW perlu mempersiapkan diri agar menyebarkan agama dari Allah SWT.
Kemudian H Prof Dr Afif Muhammad, Ma dalam bukunya 'Quranku Sahabatku Jilid 1' memberikan penjelasan bahwa Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur sampai Nabi Muhammad SAW wafat. Diperkirakan waktu diturunkannya Al-Quran hingga mencapai 23 tahun atau diyakini sekitar 22 tahun 2 bulan 22 hari.
Setiap selesai menerima wahyu dari Allah SWT, Nabi Muhammad SAW akan mengajarkannya kepada para sahabat. Tidak hanya sampai hafal, tetapi juga paham. Kemudian turut dikisahkan juga bahwa Rasulullah SAW meminta kepada para sahabat yang bisa menulis untuk senantiasa menuliskan ayat-ayat tersebut.
Meskipun awalnya catatan-catatan ayat tercerai berai dan belum dibukukan, tetapi Khalifah Abu Bakar r.a. berusaha mengumpulkannya. Dilanjutkan lagi oleh Khalifah Umar r.a. hingga berhasil dibukukan di masa Khalifah Utsman r.a. Adapun urutan surat di dalam Al-Quran dimulai dari Al-Fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.
Periode Diturunkannya Al-Quran
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa surat-surat di dalam Al-Quran tidak diturunkan bersamaan kepada Rasulullah SAW. Sebaliknya, Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur.
Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan dalam buku '49 Teladan dalam Al-Quran' karya Ririn Rahayu, bahwa terdapat dua periode diturunkannya Al-Quran, yaitu periode Makkah dan periode Madinah. Adapun uraian dari kedua periode tersebut adalah sebagai berikut:
Periode Makkah
Pada periode pertama atau dikenal juga sebagai periode Makkah merupakan waktu wahyu diturunkannya kepada Rasulullah SAW sebelum beliau hijrah ke Madinah. Pada periode ini ayat-ayat yang diwahyukan kepada beliau disebut sebagai ayat Makkiyah.
Ada ciri-ciri tersendiri yang dapat dikenali dari ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan selama periode Makkah. Adapun ciri-cirinya adalah gaya bahasa singkat, terdiri dari ayat-ayat pendek, membahas masalah tauhid, hingga bertujuan untuk membina mental maupun akhlak.
Periode Madinah
Periode kedua disebut sebagai periode Madinah. Seperti namanya, periode ini wahyu diturunkan kepada Rasulullah setelah beliau hijrah ke Madinah. Ayat-ayat yang diturunkan selama periode ini disebut sebagai ayat Madaniyah.
Adapun ciri-ciri ayat Madaniyah berbeda dengan ayat Makkiyah. Misalnya saja gaya bahasa yang lebar, ayatnya yang cenderung panjang, membahas soal norma hukum, sampai bertujuan untuk membentuk dan membina masyarakat Islam.
Bacaan Al-'Alaq Ayat 1-5 sebagai Surat Pertama yang Diturunkan
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa surat pertama yang diturunkan pada Rasulullah SAW adalah Al-'Alaq ayat 1-5. Masih dikutip dalam buku '49 Teladan dalam Al-Quran', bahwa saat Rasulullah SAW berusia sekitar 40 tahun, di tanggal 17 Ramadhan beliau mendapatkan wahyu surat pertama yaitu Al-Alaq ayat 1-5.
Melalui ayat-ayat tersebut, Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk membaca. Adapun bunyi dari Surat Al-'Alaq adalah:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥
Iqra' bismi rabbikalladzî khalaq. Khalaqal-insâna min 'alaq. Iqra' wa rabbukal-akram. Alladzî 'allama bil-qalam. 'Allamal-insâna mâ lam ya'lam.
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Bacaan Surat Al-Fatihah sebagai Pembuka Al-Quran
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Al-Quran dibuka dengan Surat Al-Fatihah. Berikut bacaan Surat Al-Fatihah:
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ٧
Bismillâhir-raḫmânir-raḫîm. Al-ḫamdu lillâhi rabbil-'âlamîn. Ar-raḫmânir-raḫîm. Mâliki yaumid-dîn. Iyyâka na'budu wa iyyâka nasta'în. Ihdinash-shirâthal-mustaqîm. Shirâthalladzîna an'amta 'alaihim ghairil-maghdlûbi 'alaihim wa ladl-dlâllîn.
Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Pemilik hari Pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Bimbinglah kami ke jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) orang-orang yang sesat."
Bacaan Surat An-Nas sebagai Penutup Al-Quran
Selain dibuka oleh Surat Al-Fatihah, Al-Quran juga ditutup dengan Surat An-Nas. Sebagai acuan bagi kaum muslim yang hendak mengingat hafalannya, berikut bacaan Surat An-Nas:
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ١ مَلِكِ النَّاسِۙ ٢ اِلٰهِ النَّاسِۙ ٣ مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ٤ الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ٥ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِࣖ ٦
Qul a'ûdzu birabbin-nâs. Malikin-nâs. Ilâhin-nâs. Min syarril-waswâsil-khannâs. Alladzî yuwaswisu fî shudûrin-nâs. Minal-jinnati wan-nâs.
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Aku berlindung kepada Tuhan manusia, raja manusia, sembahan manusia dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Itulah tadi rangkuman kisah Nuzulul Quran yang diyakini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan lengkap dengan sejarah Al-Quran diturunkan kepada Rasulullah SAW dan bacaan surat-surat dalam Al-Quran. Semoga informasi ini membantu.
(sto/aku)