Kemenkes Keluarkan 2 Surat Edaran Peningkatan DBD dan KLB Leptospirosis

Nasional

Kemenkes Keluarkan 2 Surat Edaran Peningkatan DBD dan KLB Leptospirosis

Suci Risanti Rahmadania - detikSumbagsel
Minggu, 10 Nov 2024 16:29 WIB
Aedes aegypti mosquito larvae are examined at the entomology department of the Health Ministry, in Guatemala City, Guatemala, July 22, 2024. REUTERS/Josue Decavele
Foto: Ilustrasi nyamuk penyebab demam berdarah (REUTERS/Josue Decavele)
Jakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia baik drastis tahun ini. Karenanya, Kemenkes menerbitkan dua Surat Edaran (SE) Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) terkait Antisipasi Peningkatan Kasus Dengue serta tentang Kewaspadaan Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis dalam menghadapi musim penghujan.

Dilansir detikHealth, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Aji Muhawarman mengatakan situasi kasus DBD pada 2024 sampai dengan minggu ke-30 sebanyak 202.012 kasus, dengan Incident Rate (IR) sebesar 72,19 per 100.000 penduduk, serta dan 1.202 kematian dengan Case Fatality Rate sebesar 0,60 persen.

"Kasus Dengue/DBD tersebut dilaporkan dari 481 kabupaten dan kota di 36 provinsi. Kematian DBD terjadi di 255 kabupaten dan kota di 32 provinsi," kata Aji saat dihubungi detikcom, Minggu (10/11/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain DBD, kata Aji, kasus Leptospirosis juga meningkat setiap tahunnya. Di awal tahun, kata Aji, beberapa daerah sudah melaporkan peningkatan kasus Leptospirosis, seperti di Jawa Barat 8 kasus dengan 2 meninggal, Jawa Tengah ada 19 kasus selama bulan Januari 2024.

Aji mengatakan pihaknya mengimbau pemerintah daerah (pemda) dan publik untuk melakukan langkah-langkah antisipatif penyebaran DBD. Adapun langkah-langkahnya melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, yakni menguras penampungan air seperti bak mandi, menutup tempat penampungan air seperti drum dan tempayan, mendaur ulang barang bekas, dan Plus seperti memperbaiki saluran air dan lainnya.

ADVERTISEMENT

Pemda juga diharapkan melakukan kesiapsiagaan KLB Leptospirosis dengan meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dengan melakukan surveilans pada manusia dan deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko. Misalnya, seperti daerah banjir, area pertanian dan persawahan, peternakan, serta yang populasi tikusnya tinggi.

Aji menilai pentingnya melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus, memakai alas kaki (sepatu boot) pada saat beraktivitas di tempat berair, tanah, lumpur atau genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus.

"Membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan tempat-tempat umum seperti pasar terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yaitu dengan memakai masker, mencuci tangan setelah beraktivitas, dan menjaga jarak pada saat membersihkan lingkungan," katanya.

Selain itu, pengelolaan limbah rumah tangga yang benar dengan menyediakan dan menutup rapat tempat sampah juga penting dilakukan. Aji juga menilai pentingnya meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dan kesiapsiagaan fasilitas pelayanan kesehatan, serta menguatkan jejaring dengan Laboratorium Kesehatan Masyarakat (Labkesmas) dalam pemeriksaan konfirmasi sampel Leptospirosis yang ada di daerah masing-masing.




(dai/dai)


Hide Ads