Kasus DBD di Lubuklinggau Naik, Dinkes Minta Warga Waspadai Musim Penghujan

Sumatera Selatan

Kasus DBD di Lubuklinggau Naik, Dinkes Minta Warga Waspadai Musim Penghujan

M Rizky Pratama - detikSumbagsel
Rabu, 16 Okt 2024 21:40 WIB
Ilustrasi detikX Wabah Demam Berdarah
Foto: Ilustrasi demam berdarah (Edi Wahyono)
Lubuklinggau -

Dinas Kesehatan (Dinkes) Lubuklinggau mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) di tahun 2024 dari bulan Januari-Oktober sebanyak 209 kasus. Angka tersebut meningkat 10% dari tahun sebelumnya.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Lubuklinggau, Lena Agustini mengatakan angka tersebut masih tergolong normal meskipun ada peningkatan. Namun ia tetap meminta para warga untuk tetap waspada.

"Untuk tahun ini kenaikannya cuman 10% dari tahun kemarin dan itu masih batas normal. Untuk tahun ini kan jumlahnya 209 kasus, sedangkan tahun kemarin jumlahnya di bawah 200 kasus. Namun masyarakat harus tetap waspada karena yang tahun ini datanya baru sampai bulan ini dan kemungkinan bisa meningkat, tapi semoga saja tidak," katanya saat dikonfirmasi detikSumbagsel, Rabu (16/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Leni menjelaskan data kasus DBD di tahun 2024 tersebut didapat dari data Puskesmas yang ada di Lubuklinggau. Jika dirincikan, data kasus DBD dari Puskesmas di Lubuklinggau tersebut sebagai berikut:

  • Puskesmas Sumber Waras: 17 kasus
  • Puskesmas Simpang Periuk: 34 kasus
  • Puskesmas Citra Medika: 59 kasus
  • Puskesmas Taba: 11 kasus
  • Puskesmas Swasti Saba: 9 kasus
  • Puskesmas Perumnas: 18 kasus
  • Puskesmas Sidorejo: 8 kasus
  • Puskesmas Petanang: 3 kasus
  • Puskesmas Megang: 35 kasus
  • Puskesmas Maha Prana: 15 kasus

"Kalau di tahun ini jumlah pasien yang terkena DBD itu seimbang antara anak-anak dan orang dewasa dan dari tahun kemarin sampe tahun ini belum ada yang meninggal akibat DBD. Untuk wilayah yang paling banyak terjangkit itu di Kecamatan Lubuk Linggau Timur I jika dilihat dari jumlah data dari Puskesmas Citra Medika," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Leni mengatakan memasuki masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan (Pancaroba) adalah momen timbulnya banyak penyakit, terkhususnya DBD.

"Di masa pancaroba ini yang paling banyak laporan DBD-nya. Jadi diimbau kepada para warga untuk selalu melakukan pembersihan di lingkungannya serta penerapan 3M (menutup, menguras dan mengubur)," ujarnya.

Leni mengungkapkan pencegahan DBD lebih baik dengan cara pembersihan rutin di lingkungan pemukiman oleh para warga itu sendiri ketimbang dengan cara fogging.

"Fogging itu dilakukan kalo sudah ada yang positif terkena DBD. Banyak dari para warga itu meminta fogging kerana mereka menganggap itu adalah cara terbaik. Padahal yang paling penting itu adalah menjaga kebersihan dan menerapkan 3M," jelasnya.

Leni juga mengungkapkan untuk melakukan fogging itu tidak bisa sembarangan serta banyak persyaratan sebelum akhirnya bisa dilakukan proses fogging.

"Fogging itukan ada SOP-nya. Kalo sudah keluar dari data KDRS rumah sakit bahwa pasien tersebut positif terkena DBD, kemudian Penyelidikan Epidemiologi (PE) dulu bersama pihak Puskesmas. Kalo sudah maka kami baru bisa melakukan fogging ke wilayah rumah pasien tersebut. Nanti baru berikan edukasi dan dikasih ABATE," sebutnya.




(dai/dai)


Hide Ads