Sumsel Waspada KLB Leptospirosis, Satu Orang Dilaporkan Meninggal

Sumatera Selatan

Sumsel Waspada KLB Leptospirosis, Satu Orang Dilaporkan Meninggal

Reiza Pahlevi - detikSumbagsel
Senin, 14 Okt 2024 10:30 WIB
Ilustrasi penyakit yang muncul saat musim hujan dan banjir
Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Palembang -

Dinas Kesehatan Sumatera Selatan mengeluarkan surat edaran (SE) waspada kejadian luar biasa (KLB) Leptospirosis. Kabupaten/kota diminta lakukan pencegahan karena penularan penyakit dari urine tikus ini sudah mengakibatkan satu orang meninggal.

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis akut disebabkan oleh bakteri Genus Leptospira dengan spektrum penyakit yang luas dan dapat menyebabkan kematian dengan faktor penular utama yaitu Rodentia (tikus). Cara penularannya melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan urine hewan yang terinfeksi bakteri Leptospira.

"Kami minta Dinkes kabupaten/kota meningkatkan kewaspadaan KLB dan melakukan pencegahan penyakit Leptospirosis. Dari laporan rekam medis Mei 2024 di RSUP Dr Mohammad Hoesin Palembang sudah ada dua kasus Leptospirosis dengan satu di antaranya menyebabkan kematian," ujar Kepala Dinas Kesehatan Sumsel, Trisnawarman, Senin (14/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam laporan rekam medis, kejadian meninggalnya satu orang itu terjadi pada Januari lalu. Sementara satu kasus lagi terdeteksi tiga bulan setelahnya atau pada April. Semua kasus terjadi di Kota Palembang.

"Iya kasus yang meninggal sudah beberapa bulan yang lalu, Januari kemarin. Untuk saat ini kita belum menerima informasi kasus baru. Terakhir ada temuan kasus April, tapi tak menyebabkan kematian," terangnya.

ADVERTISEMENT

Dalam SE yang disampaikan Dinkes Sumsel, belum ada temuan Dinkes kabupaten/kota yang melaporkan kasus Leptospirosis di wilayahnya. Sehingga, dia meminta seluruh daerah meningkatkan kewaspadaan. Khususnya di daerah yang berpotensi terjadi KLB Leptospirosis.

"Potensi penularan penyakit itu, berada di wilayah yang kerap banjir, persawahan, permukiman kumuh dan daerah yang memiliki faktor risiko lainnya seperti kepadatan tikus yang merupakan faktor penular utama," jelasnya.

Terlebih menghadapi La Nina di Indonesia dan musim hujan yang diperkirakan terjadi akhir tahun, Trisnawarman berharap Dinkes kabupaten/kota dan seluruh jajaran melakukan kesiapsiagaan terhadap KLB Leptospirosis.

"Kasusnya muncul seiring dengan musim hujan akibat urine dan kotoran tikus," tambahnya.

Dalam SE itu, Dinkes Sumsel meminta seluruh daerah meningkatkan sistem kewaspadaan dini (SKD) dengan melakukan surveilans Leptospirosis pada manusia dan kegiatan penemuan atau deteksi dini kasus di daerah yang mempunyai faktor risiko.

"Terpenting adalah melakukan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," katanya.

Selain itu, antisipasi dengan menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar aman dari jangkauan tikus. Mengimbau masyarakat membersihkan dan memberantas tikus di sekitar rumah dan tempat umum seperti pasar, terminal, tempat rekreasi dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan.

"Memakai alas kaki atau sepatu boots saat beraktivitas di tempat berair, tanah, lumpur atau genangan air yang kemungkinan tercemar kencing tikus dan pengelolaan limbah rumah tangga yang benar dengan menyediakan dan menutup rapat tempat sampah," tukasnya.




(mud/mud)


Hide Ads