Hari ini, Senin 26 Agustus 2024, adalah 141 tahun letusan Gunung Krakatau. Saat itu, pada Agustus 1883, letusan gunung di Selat Sunda tersebut menggemparkan dunia. Dampaknya terasa hingga Australia dan Eropa. Suasana seperti kiamat.
"Ada sebuah pemandangan yang mengerikan, di mana pesisir pantai Jawa dan Sumatra benar-benar hancur. Semua yang ada berwarna kelabu dan suram, desa-desa dan pepohonan menghilang; bahkan runtuhannya pun tidak bisa kita lihat. Gelombang telah merusak dan menghabiskan semua penghuninya, rumah, tanaman, dan binatang ternak mereka. Saat itu sulit untuk mengenali Anyer di mana tidak ada satu pun rumah yang berdiri di kota itu. Ini adalah sebuah pemandangan dari sebuah akhir zaman."
Demikian kesaksian RA van Sandick, mantan insinyur kepala di Hindia-Belanda, yang dicuplik Portal Informasi Indonesia, Selasa 8 Januari 2019, dari buku 'In het Rijk van Vulcaan: de Uitbarsting van Krakatau en Hare Gevolgen'. Saat Krakatau meletus, Sandick berada di atas kapal Loudon yang berlayar dari Batavia (Jakarta) menuju Teluk Betung (Lampung).
Krakatau meletus pada Minggu, 26 Agustus 1883 dan mencapai puncaknya pada Senin pagi 27 Agustus. Melontarkan 10 kilometer kubik material, baik awan panas maupun abu vulkanik. Letusan di hari kedua memicu tsunami setinggi kurang lebih 40 meter. Gelombang material panas menghantam pesisir Lampung dan Banten. Ratusan kampung hancur.
Disebut-sebut, masih menurut Portal Informasi Indonesia, gelombang efek letusan Krakatau mencapai Afrika. Sementara suara letusannya terdengar hingga Karachi (Pakistan) bagian barat dan Perth dan Sydney (Australia) di bagian timur.
Budi Gustaman dalam Jurnal Sejarah Vol (2) 2, 2019, berjudul 'Binatang-binatang di Sekitar Letusan Krakatau' mengutip buku Herinneringen van Pangeran Aria Achmad Djajadinigrat (1936). Pangeran Aria Djajadingingrat mendapatkan cerita dari pamannya, seorang asisten wedana di Tadjoer (Tajur Bogor), korban selamat letusan Krakatau.
"Suatu pagi paman saya mendengar dentuman keras dan melihat cahaya api besar di atas Krakatau. Kemudian hari menjadi gelap. Pikirnya, bahwa dunia (akan) kiamat,..."
Pemadam kebakaran Amerika sampai-sampai harus bersiap, seolah menghadapi 'kiamat', simak di halaman selanjutnya.
(trw/sun)