Kisah Kelahiran Soekarno di Surabaya Saat Gunung Kelud Meletus

80 Tahun Indonesia Merdeka

Kisah Kelahiran Soekarno di Surabaya Saat Gunung Kelud Meletus

Irma Budiarti - detikJatim
Kamis, 07 Agu 2025 13:30 WIB
Ir. Soekarno merupakan Presiden RI yang pertama. Ia disebut Bapak Proklamator karena memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.
Rumah Lahir Bung Karno. Foto: Nanda Syafira
Surabaya -

Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901, dari pasangan Jawa dan Bali. Gunung Kelud disebut meletus saat ia lahir, membuat langit gelap dan udara dipenuhi abu. Kisah ini kemudian berkembang, meski catatan sejarah soal letusan itu masih simpang siur hingga kini.

Bung Karno, sapaan akrab presiden pertama Republik Indonesia, lahir dari ayah Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibu Ida Ayu Nyoman Rai di rumahnya, Kota Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya berasal dari keluarga priyayi Jawa, sementara ibunya adalah perempuan Bali dari kasta Brahmana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari jurnal UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon berjudul Biografi dan Perjuangan Soekarno, Bung Karno dilahirkan bertepatan 18 Safar 1831 Hijriah, atau dalam penanggalan Jawa jatuh pada Kamis Pon.

Ia dilahirkan di Lawang Sekaten Surabaya saat fajar mulai menyingsing. Hal inilah yang mendasari ayahnya menganggap bahwa anaknya sebagai "Sang Fajar" yang dilahirkan dalam abad Revolusi Kemanusiaan.

ADVERTISEMENT

Sementara dalam catatan pemberitaan detikcom, proses kelahiran Soekarno jauh dari kemewahan. Keluarga kecil itu hidup pas-pasan. Soekemi bahkan tak sanggup memanggil dukun beranak. Satu-satunya orang yang membantu persalinan Soekarno adalah seorang kakek tua, teman lama sang ayah.

"Itu (kelahiranku) sangat menyedihkan. Tak seorang pun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua," kata Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams, dikutip dari detikNews.

Yang menarik, Soekarno mengingat bahwa hari kelahirannya bersamaan dengan letusan Gunung Kelud. Dari cerita orang tuanya, saat kelahiran Soekarno, langit menghitam, udara penuh abu, dan ledakan terdengar hingga jauh.

"Gunung Kelud, yang tidak jauh letaknya dari tempat kami, meletus," tuturnya.

Namun, soal letusan Gunung Kelud ini masih jadi perdebatan. Data dari Puslitbang Geologi Kementerian ESDM mencatat, letusan besar Gunung Kelud terjadi pada 22-23 Mei 1901, atau sekitar dua pekan sebelum tanggal kelahiran Soekarno.

Letusan itu dahsyat, suara ledakannya terdengar sampai Pekalongan, dan dampaknya terasa hingga Surabaya. Berdasarkan rangkuman berbagai sumber, paman Soekarno, Soemodihardjo mengaku pulang ke Surabaya usai letusan Kelud dan mendapati iparnya, Idayu, baru melahirkan bayi laki-laki berusia 5-6 enam hari.

Berdasarkan keterangan ini, sebagian sejarawan menyimpulkan bahwa Sang Proklamator itu lahir di Surabaya beberapa hari setelah letusan Kelud, bukan bersamaan dengannya.

Asal-usul Nama Soekarno

Saat lahir, Soekarno diberi nama Kusno Sosrodihardjo. Namun sejak kecil, ia sering jatuh sakit. Karena itu, pada usia sekitar lima tahun, orang tuanya memutuskan mengganti namanya menjadi Soekarno. Penggantian nama ini dalam budaya Jawa dianggap sebagai sebuah langkah yang diyakini bisa mengubah nasib.

Masih dari sumber jurnal UIN UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, nama "Soekarno" terinspirasi dari tokoh pewayangan Mahabharata, yaitu Karna-seorang panglima perang yang dikenal gagah, setia, dan tak mudah menyerah.

Dalam pelafalan Jawa, "Karna" menjadi "Karno", sementara awalan "Su" ditambahkan karena berarti "baik" atau "luhur". Dari sinilah nama "Soekarno" terbentuk, yang mengandung harapan agar sang anak tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berbudi.




(auh/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads