Pohon cabai tersebut konon menjadi pagar pelindung Sumur Manurung Lapakkita. Sehingga diprediksi umurnya sama dengan pembuatan sumur tersebut atau sekitar 400 tahun silam.
Dulunya dikisahkan ada sekitar 6 sampai 7 pohon cabai di lokasi tersebut. Namun seiring berjalannya waktu hanya tersisa satu pohon. Pohon tersebut juga dianggap memiliki khasiat sehingga seringkali dipakai menjadi jimat bagi orang yang hendak merantau.
![]() |
Penjaga Situs Sumur Manurung Lapakkita, La Sinrang mengatakan konon banyak orang yang menyebut pohon itu sebagai pohon cabai atau dalam bahasa Bugis to' ladang. Ukurannya unik karena berbeda dengan pohon cabai saat ini yang batangnya lebih kecil.
"Ini dipercaya to' ladang atau pohon lombok. Itu cerita turun temurun tiang (pagar pelindung) semula adanya Sumur Manurung Lapakkita," ungkap La Sinrang saat ditemui detikSulsel Selasa (22/10/2022).
Pohon tersebut diperkirakan sengaja ditanam agar menjadi penanda sekaligus menjadi tanaman pelindung Sumur Manurung Lapakkita. Hanya saja tidak ada informasi kapan pohon tersebut ditanam dan tumbuh.
"Belum ada informasi lengkap apakah memang itu pohon tumbuh di sekitar sumur, tapi secara turun temurun orang bilang pohon lombok," paparnya.
La Sinrang menuturkan, 13 tahun lalu ia pernah mencabut pohon tersebut karena ada kerusakan di sekitar sumur. Pohon tersebut kemudian ia simpan di rumahnya.
"Panjang batang pohon kira-kira kurang lebih setengah meter," jelasnya.
Namun sekarang, pohon tersebut sudah dikelilingi kaca transparan. Ini dilakukan agar pohon tersebut tidak habis dibabat pengunjung yang datang.
"Itu batang pohon sering orang ambil potongannya, dijadikan jimat. Makanya kita lindungi dengan kaca supaya tidak habis," paparnya.
Sebagian warga percaya pohon cabai tersebut bukan pohon biasa. Tetapi memiliki kekuatan atau khasiat sebagaimana Sumur Manurung Lapakkita.
"Sebagaimana namanya pohon lombok, jadi seperti pedis kan artinya ya supaya bisa tahan di perantauan," rincinya.
Di sisi lain, La Sinrang mengaku belum ada peneliti yang mencoba meneliti pohon lombok tersebut. Terutama dalam memastikan apakah pohon tersebut betul merupakan pohon cabai dengan ukuran besar atau jenis pohon lain.
"Setahu saya belum pernah ada yang teliti untuk membuktikan itu memang pohon lombok," tuturnya.
(asm/sar)