Pohon Ulin, Si Kayu Besi dari Kalimantan

Pohon Ulin, Si Kayu Besi dari Kalimantan

Suki Nurhalim - detikKalimantan
Senin, 24 Mar 2025 09:00 WIB
Foto udara suasana Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia (TH2TI) di Perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Minggu (28/07/2024). TH2TI yang memiliki koleksi 50 ribu pohon dengan luas lahan tanam mencapai 90 hektare tersebut merupakan upaya pemerintah setempat untuk mempertahankan kebaradaan tanaman hutan endemik dan menjadi percontohan pembangunan hutan kota berkelanjutan (forest city) di Ibu Kota Nusantara (IKN). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.
Indahnya Taman Hutan Hujan Tropis Indonesia di Kalsel/Foto: ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S
Balikpapan -

Di Pulau Jawa, predikat kayu kuat dan tahan lama biasanya disematkan pada kayu jati. Sementara itu, Kalimantan punya pohon ulin, si kayu besi dari tanah Borneo.

Dikutip situs resmi Multi Media Center Provinsi Kalimantan Tengah, pohon ulin juga dikenal dengan sebutan kayu tabalien oleh masyarakat Kalteng. Pohon yang memiliki nama ilmiah Eusideroxylon zwageri itu disebut pohon atau kayu besi karena merupakan kayu terkuat dari habitat aslinya, Pulau Kalimantan.

Ulin adalah salah satu kayu hutan tropikal basah yang tumbuh secara alami. Kayu ulin juga tersebar di Pulau Sumatera, Bangka Belitung, Kepulauan Sulu, Sabah, Serawak, dan Pulau Palawan di Filipina di awal tahun 1900-an.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di beberapa negara, kayu ulin dikatakan punah. Itu terjadi akibat eksploitasi yang dilakukan secara besar-besaran di masa lalu, sehingga harga kayu tergolong mahal.

Kuatnya Kayu Ulin

Kayu ulin dikenal tahan lama dalam penggunaannya, dan tahan rayap. Kayu ulin biasanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat rumah bagi warga Kalimantan yang bermukim di daerah rawa dan perairan.

Bahkan, hampir semua bagian rumah dibuat dengan kayu kuat tersebut. Atapnya juga dibuat dari potongan tipis kayu ulin, yang disebut atap sirap. Kayu besi juga dimanfaatkan sebagai bangunan konstruksi jembatan, tiang listrik, papan lantai, bantalan rel, pancang dermaga, saluran air, juga lambung kapal.

Kayu ulin bisa tetap utuh selama ratusan bahkan sampai ribuan tahun. Bahkan jika terpendam di tanah, usianya akan lebih panjang dibanding di udara terbuka karena pengaruh cuaca. Maka tak heran jika di Kalimantan banyak ditemukan batang kayu ulin yang terpendam di tanah, namun masih utuh sampai sekarang.

Kayu ulin juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan pengaruh air laut. Itu sebabnya sifat kayu ulin sangat berat dan khas, agak terpisah dari pepohonan lain. Di bagian bawah pohon ulin terdapat bagian yang berlubang.

Jembatan Penghubung dari Kayu Belian atau kayu Ulin di sepanjang jalan nasional ruas Kalimantan BaratJembatan penghubung dari kayu belian atau kayu ulin di sepanjang jalan nasional ruas Kalimantan Barat/ Foto: Rachman_punyaFOTO

Pohon Ulin Terbesar

Tinggi pohon ulin bisa mencapai 35-50 meter dengan panjang batang bebas cabang 5-20 meter, dan memiliki diameter 60-80 cm. Diameternya juga bisa mencapai 120 cm, namun yang seperti itu semakin sulit didapatkan di hutan.

Pohon ulin yang diperkirakan berumur 1.000 tahun menjadi ikon Wisata Alam Sangkima, bagian terluar dari Taman Nasional Kutai, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Pohon tersebut memiliki tinggi 20 meter dan berdiameter 2,47 meter. Kayu besi itu disebut-sebut sebagai ulin terbesar di Indonesia, juga dunia.

Keunggulan Kayu Ulin

Dalam situs Kemendikbud terdapat jurnal berjudul Kayu Ulin di Kalimantan: Potensi, Manfaat, Permasalahan, dan Kebijakan yang Diperlukan untuk Kelestariannya. Jurnal tersebut disusun Riskan Effendi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.

Menurut Riskan, kayu ulin mempunyai banyak keunggulan. Berikut ini beberapa di antaranya:

  1. Kayunya sangat kuat dan sangat awet.
  2. Memiliki kemampuan bertunas (coppice) yang sangat baik. Meskipun pohonnya sudah tua, bila ditebang atau roboh akan bertunas kembali sepanjang akarnya tidak rusak.
  3. Mempunyai umur yang sangat panjang, mencapai ratusan tahun karena pertumbuhannya yang lambat.
  4. Bijinya dapat menghasilkan lebih dari satu bibit bila dilakukan pemotongan biji.
  5. Pohon ulin yang telah dewasa tahan terhadap kebakaran, karena kerapatan kayu yang tinggi, mempunyai kulit yang tebal dengan lapisan cork yang berlapis-lapis.
  6. Relatif mudah dalam pengadaan bibit yaitu dari biji, cabutan, putaran dan stek pucuk.

Kayu Ulin dan Suku Dayak

Pemanfaatan kayu ulin telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu oleh Suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Atap dari kayu ulin yang disebut sirap dipakai untuk atap rumah adat seperti Betang di Kalimantan Tengah selama ratusan tahun. Begitu pula tiang, kusen, lantai dan dinding rumah pada masa lampau menggunakan kayu ulin.

Kayu ulin yang sangat kuat dan awet juga banyak digunakan untuk jembatan terutama di pedalaman, bangunan untuk pelabuhan/dramaga di pinggir sungai dan pantai, sebagai tiang listrik, tiang telepon, sebagai turap yang dipakai di tepi sungai, hingga untuk pagar kebun dan pekarangan rumah.

Kayu ulin juga digunakan untuk ukiran, patung, ornamen yang diletakkan di depan rumah adat atau bangunan kantor. Di Kalimantan Tengah, bangunan untuk menyimpan tulang belulang nenek moyang Suku Dayak juga menggunakan kayu ulin, karena kayunya tahan di tempat terbuka.

Banyaknya ragam pemanfaatan kayu ulin menunjukkan betapa masyarakat pedalaman seperti Suku Dayak sangat membutuhkan kayu tersebut.




(sun/mud)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads