Bolehkah Puasa Rajab Digabung Qadha Ramadhan? Ini Dalilnya dan Penjelasannya

Bolehkah Puasa Rajab Digabung Qadha Ramadhan? Ini Dalilnya dan Penjelasannya

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Jumat, 12 Jan 2024 22:56 WIB
Ramadan Kareem month with glowing lantern on the background of the old city with mosque. Abstract golden moon with islamic ornament. Eid Mubarak. Holy month for fasting Muslims. Vector
Foto: Getty Images/iStockphoto/Sergey Balakhnichev
Makassar -

Bolehkah menggabung puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan? Perkara ini kerap dipertanyakan ketika umat muslim ingin melaksanakan puasa sunnah Rajab namun masih memiliki utang puasa Ramadhan.

Lantas bagaimana hukumnya? Apakah boleh?

Untuk mengetahui jawaban terkait pertanyaan tersebut, simak penjelasan terkait hukum menggabungkan puasa Rajab dan qadha Ramadhan berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bolehkan Puasa Rajab Digabung dengan Qadha Ramadhan?

Hukum kedua puasa ini pada dasarnya berbeda. Puasa Rajab merupakan puasa sunnah. Sementara puasa qadha Ramadhan hukumnya wajib bagi muslim yang memiliki utang puasa Ramadhan.

Adapun perkara menggabungkan kedua puasa tersebut terdapat perbedaan pendapat ulama mengenai kebolehannya. Ada ulama yang membolehkan, ada pula yang tidak. Untuk lebih memahaminya, berikut penjelasan serta dalil di setiap pendapat yang telah dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.

ADVERTISEMENT

Pendapat yang Membolehkan

Dinukil dari situs Nahdlatul Ulama, menurut Syekh al-Barizi, meskipun seorang muslim hanya berniat mengqadha puasa Ramadhan di bulan Rajab maka secara otomatis pahala puasa Rajab juga didapatkan. Pernyataan itu disimpulkan berdasar keterangan dalam kitab Fathul Mu'in beserta hasyiyahnya, I'natuth Thalibin berikut:

وبالتعيين فيه النفل أيضا فيصح ولو مؤقتا بنية مطلقة كما اعتمده غير واحد (وقوله ولو مؤقتا) غاية في صحة الصوم في النفل بنية مطلقة أي لا فرق في ذلك بين أن يكون مؤقتا كصوم الاثنين والخميس وعرفة وعاشوراء وأيام البيض أو لا كأن يكون ذا سبب كصوم الاستسقاء بغير أمر الإمام أو نفلا مطلقا (قوله بنية مطلقة ) متعلق بيصح فيكفي في نية صوم يوم عرفة مثلا أن يقول نويت الصوم ( قوله كما اعتمده غير واحد) أي اعتمد صحة صوم النفل المؤقت بنية مطلقة وفي الكردي ما نصه في الأسنى ونحوه الخطيب الشربيني والجمال الرملي الصوم في الأيام المتأكد صومها منصرف إليها بل لو نوى به غيرها حصلت إلخ زاد في الإيعاب ومن ثم أفتى البارزي بأنه لو صام فيه قضاء أو نحوه حصلا نواه معه أو لا وذكر غيره أن مثل ذلك ما لو اتفق في يوم راتبان كعرفة ويوم الخميس انتهى

Artinya: Dan dikecualikan dengan persyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardhu, yaitu puasa sunnah, maka sah berpuasa sunah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab Al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Syarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan.

Selain itu, dalam Kitab Al-I'lab ditambahkan bahwa Syekh al-barizi berfatwa seseorang yang mengqadha puasa Ramadhan di hari-hari yang dianjurkan berpuasa mendapatkan pahala kedua puasa bahkan tanpa niat puasa sunnah. Hal yang sama berlaku jika puasa bertepatan pada puasa rutin di hari Arafah dan Kamis.

Pendapat yang Tidak Membolehkan

Ustaz Syam Nur Makka melalui kanal YouTube Trans TV Official yang dikutip detikSulsel pada Jumat (12/1/2023), menjelaskan bahwa sebagian ulama berpendapat bahwa dua perkara ini tidak boleh digabungkan. Keterangan itu dipaparkan oleh sebagian ulama dalam Kitab I'anatut Thalibin.

Keduanya tidak boleh dilaksanakan bersamaan karena menggabungkan dua niat dalam satu ibadah. Oleh karena itu, salah satu dari puasa tersebut perlu didahulukan.

Ustaz Syam menyebutkan, dari kalangan Hanabilah atau Mazhab Hambali menerangkan puasa sunnah seseorang tidak diterima apabila belum membayar qadha puasanya. Tapi di kalangan lain mengatakan, justru puasa sunnah didahulukan kemudian mengganti qadha Ramadhan di bulan Sya'ban seperti yang dilakukan Sayyidah Aisyah.

Nah itulah ulasan tentang perkara menggabungkan puasa Rajab dan qadha Ramadhan. Banyak perkara seputar puasa Rajab yang kerap dipertanyakan, detikers dapat menemukan jawabannya pada kumpulan artikel berikut ini:

1. Bagaimana niat puasa Rajab sekaligus qadha Ramadhan?

2. Apa dalil puasa Rajab?

3. Apa hukum puasa Rajab?

4. Puasa Rajab dilaksanakan berapa Hari?




(alk/alk)

Hide Ads