Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin meminta penyuluh petani mencari lahan seluas 2 hektare (Ha) untuk menanam pisang. Langkah ini disebut sebagai cara untuk membuat para penyuluh petani sejahtera.
"Hari ini, kepada 1.806 penyuluh saya minta cari lahan minimal 2 hektare. 2 hektare itu untuk ditanami sendiri pisang cavendish, nanti bibitnya dari saya," ujar Bahtiar kepada wartawan di GOR Sudiang, Kamis (9/11/2023).
Bahtiar memastikan hasil produksi budi daya pisang di bidang seluas 2 hektare itu akan dinikmati sendiri oleh penyuluh. Dia bahkan mengaku akan memberikan bibit pisang cavendish itu secara cuma-cuma kepada penyuluh petani di Sulsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasilnya buat penyuluh itu sendiri. Tugas pertamanya itu cari lahan untuk kasih contoh bagaimana cara budidaya pisang cavendish yang benar. Sesuai dengan ilmu hukum dan ilmu pengetahuan tentang budi daya pisang. Bibit gratis dari saya," ucapnya.
Dia mengatakan, secara keseluruhan, pihaknya menyediakan bibit gratis yang akan ditanami pada lahan dengan luas 4 ribu hektare. Menurut Bahtiar, dengan cara itulah nasib para penyuluh petani dapat diperbaiki.
"Itu caranya menambah instensif penyuluh dengan cara yang benar. Penyuluh saya kasih gratis bibit 4.000 hektar. Dia akan menjadi orang kaya. Bukan insentif," bebernya.
Bahtiar bahkan mengaku setiap orang penyuluh mendapatkan pengasilan hingga Rp 16 juta dalam sebulan. Dia menyebut nilai pendapatan ini melampaui gaji ASN.
"Saya mau jadikan penyuluh jadi orang kaya. Kalau 1 hektar itu hasilnya Rp 200 juta. Bagi maki 12 bulan atau 100 juta saja hasilnya per tahun. 1 hektar itu berarti Rp 100 juta dibagi 12 bulan, Rp 8 juta," tuturnya.
"Berarti kalau 8 juta kali 2 hektare (hasilnya) Rp 16 juta. Berarti penyuluh saya nanti, gajinya, tambah-tambahnya Rp 6 juta tiap bulan. Lebih banyak dari pegawai negeri. Jadi bukan insentif, saya mau jadikan penyuluh jadi orang kaya," lanjut Bahtiar.
Di satu sisi, Bahtiar tak menampik selama ini nasib para penyuluh tak begitu terlalu diperhatikan. Padahal baginya, penyuluh justru berperan penting dalam menjaga ketahanan pangan hingga di daerah pelosok.
"Penyuluh juga itu hidupnya bersama masyarakat. Dia manusia lain, dia. Hidup di kampung-kampung, hutan-hutan, di pedalaman, mereka ini orang hebat. Hanya saja selama ini setiap ada program disuruh buat percontohan, tapi tidak pernah dipikirkan nasib penyuluh," sebutnya.
Sehingga dengan cara ini pula, dia hendak mengubah paradigma yang selama ini berlaku itu. Utamanya kinerja penyuluh yang mesti diprioritaskan kesejahteraannya.
"Kalau saya, saya balik. Penyuluh juga harus kita perhatikan nasibnya, kan yang paling penting berkembang untuk masyarakat," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemprov Sulsel resmi menggandeng PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIV dalam program budi daya pisang. Pemprov Sulsel pun optimis dapat menciptakan lapangan kerja dari hasil kerja sama tersebut.
"Saya juga sedang mendorong swasta yang agak besar untuk masuk ke sini. Nah, tadi PT Agri Pratama Cipta Karya sudah memanfaatkan lahannya PTPN yang tidak dipakai. Kurang lebih 2.000 hektare," ujar Bahtiar kepada wartawan di GOR Sudiang, Kamis (9/11).
Dia kemudian menjelaskan alasannya untuk menggandeng pihak swasta dalam program ini. Bahtiar menilai pihak swasta lebih inovatif saat mengelola bisnis dan menghasilkan pendapatan yang cukup besar.
"Nah, kenapa saya perlu swasta besar ini? Swasta besar ini kan nanti dia biasanya gunakan teknologi tinggi dalam melakukan budi daya. Jadi modalnya besar, sumbernya besar," bebernya.
Selain itu, Bahtiar menjelaskan kerja sama ini akan melahirkan lapangan kerja baru bagi masyarakat Sulsel. Apalagi program budi daya pisang ini ditargetkan ditanam di lahan seluas 100 ribu hektare.
"Karena supaya ada juga tenaga kerja yang terserap. Tenaga kerja baru di perusahaan-perusahaan pisang di budi daya pisang di Sulawesi Selatan," ungkapnya.
(asm/asm)