Ceramah tentang Lailatul Qadar bisa menjadi referensi bagi dai dan daiah yang hendak membawakan tausiah pada hari menjelang malam Lailatul Qadar. Berikut kumpulan teks ceramah dengan tema keutamaan Lailatul Qadar.
Lailatul Qadar merupakan malam yang istimewa dan dinantikan umat muslim di bulan suci Ramadhan. Allah SWT menjanjikan menurunkan keberkahan bagi siapa saja yang mendapatkan malam Lailatul Qadar.
Kapan waktu malam Lailatul Qadar tidak ditemukan di hadits atau firman Al-Quran. Namun, sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan diyakini menjadi malam yang penuh keberkahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang dinanti umat muslim. Menurut hadits yang diriwayatkan Aisyah, Nabi Muhammad SAW memerintahkan:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
"Carilah Lailatul Qadar itu pada tanggal gasal dari sepuluh terakhir pada bulan Ramadhan," (HR. Bukhari).
Tidak ada yang tahu pasti kapan tepatnya malam mulia ini. Karena Allah SWT merahasiakan malam lailatul qadar dari umat manusia.
Untuk itu, umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir Ramadhan, khususnya pada malam-malam ganjil.
Adapun berbagai amalan yang dapat dilakukan untuk menyambut malam Lailatul Qadar, salah satunya dengan membawakan dakwah bertema Lailatul Qadar. Berikut ini ceramah tentang Lailatul Qadar yang dirangkum detikSulsel dari berbagai sumber.
1. 6 Keutamaan Lailatul Qadar
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah, Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat taqwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tema khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini adalah: 6 Keutamaan Lailatul Qadar. Hadirin rahimakumullah,
Apa itu Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar adalah di antara kekhususan yang Allah anugerahkan kepada umat Nabi Muhammad. Ia adalah malam yang penuh kemuliaan. Ibadah di dalamnya lebih utama daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan yang tidak ada Lailatul Qadar-nya. Seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih 4 bulan. Umat-umat Nabi terdahulu bisa beribadah di dunia ini dalam jangka waktu yang lama karena Allah menjadikan usia mereka panjang-panjang. Sedangkan umat Nabi Muhammad meskipun usia mereka rata-rata hanyalah antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun, akan tetapi Allah menganugerahkan Lailatul Qadar kepada mereka. Dengan adanya Lailatul Qadar, umat Nabi Muhammad berkesempatan mendapatkan pahala yang besar meskipun hidupnya tidak lama di dunia ini.
Hadirin jemaah shalat Jumat rahimakumullah,
Apa saja keutamaan Lailatul Qadar?
Pertama, Lailatul Qadar adalah malam diturunkannya Al-Qur'an. Sebagaimana kita tahu bahwa proses turunnya Al-Qur'an terjadi dalam dua tahap:
Tahap pertama, turunnya Al-Qur'an dari lauh mahfuz ke suatu tempat di langit yang pertama (langit dunia) yang bernama bait al-'izzah. Dalam tahap pertama ini, Al-Qur'an diturunkan semuanya dari awal hingga akhir secara lengkap. Hal itu terjadi pada malam Lailatul Qadar yang saat itu bertepatan dengan malam dua puluh empat Ramadhan.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (القدر: ١)
Maknanya: "Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur'an itu pada malam Lailatul Qadar" (QS al-Qadr: 1) Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيْمَ عليه السلام في أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتْ التوراةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِن رَمَضانَ، وأُنزِلَ الإنجيلُ لِثَلاثَ عشْرةَ خَلَتْ مِن رمضانَ، وأُنزِلَ الزَّبُورُ لِثَمانِ عَشْرَةَ خَلَتْ من رمضانَ، وأُنزلَ الفُرْقانُ لأَربعٍ وعِشْرينَ خَلَتْ من رمضانَ (رواه أحمد والطبراني والبيهقي وغيرهم)
Maknanya: "Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada malam keenam Ramadhan, Injil diturunkan pada malam tiga belas Ramadhan, Zabur diturunkan pada malam delapan belas Ramadhan dan Al-Qur'an diturunkan pada malam dua puluh empat Ramadhan" (HR Ahmad, ath Thabarani, al-Baihaqi dan lainnya)
Tahap kedua, turunnya Al-Qur'an dari bait al-'izzah di langit yang pertama kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam tahap kedua ini, Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan sebab dan peristiwa tertentu selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Lima ayat pertama dari surat al-'Alaq adalah yang pertama diturunkan kepada beliau di gua Hira' dengan perantaraan malaikat Jibril 'alaihis salam. Dan hal itu menurut sebagian ulama terjadi pada malam 17 Ramadhan. Atas dasar inilah kemudian malam 17 Ramadhan diperingati umat Islam sebagai malam nuzul Al-Qur'an.
Kedua, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh keberkahan.
Allah ta'ala berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ (الدخان: ٣)
Maknanya: "Sesungguhnya kami turunkan Al-Qur'an itu pada malam yang penuh berkah (malam Lailatul Qadar)" (QS ad Dukhan: 3)
Ketiga, pada malam Lailatul Qadar, Allah memberitahukan kepada para malaikat mengenai apa yang terjadi di kalangan para hamba sampai datangnya Lailatul Qadar pada tahun berikutnya. Allah memberitahukan kepada mereka siapa saja yang lahir, mati, ditimpa musibah, sakit, sehat, dilapangkan rezekinya, disempitkan rezekinya dan lain sebagainya dalam kurun satu tahun ke depan. Tafsir al-Qurthubi, an-Nasafi, dan lainnya menjelaskan bahwa itulah makna dari ayat:
فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ (الدخان: ٤)
Maknanya: "Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah" (QS ad Dukhan: 4) Keempat, amal shalih pada Lailatul Qadar lebih baik daripada amal shalih yang dilakukan selama seribu bulan sebagaimana ditegaskan oleh Allah:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (القدر: ٣)
Maknanya: "Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan" (QS al-Qadr: 3)
Kelima, para malaikat dari setiap langit turun memenuhi lapisan bumi mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap orang yang menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah.
Allah ta'ala berfirman:
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (القدر: ٤)
Maknanya: "Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan" (QS al-Qadr: 4)
Baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إذا كانتْ لَيْلَةُ القدْرِ نَزَلَ جِبريلُ فى كَبْكَبَةٍ من الملائكةِ يُصَلُّون وَيُسَلِّمُوْنَ على كلِّ عبدٍ قائمٍ أو قاعدٍ يَذْكُرُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ فَيَنْزِلُونَ مِن لَدُنْ غُروبِ الشمسِ إلى طلوعِ الفَجْرِ (رواه البيهقى فى شعب الإيمان والسيوطىّ فى الجامع الكبير)
Maknanya: "Jika tiba Lailatul Qadar, malaikat Jibril turun dengan serombongan malaikat lalu mendoakan dan mengucapkan salam kepada setiap hamba yang berdiri atau duduk berdzikir mengingat Allah. Mereka turun dari terbenamnya matahari hingga terbit fajar" (HR al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman dan as Suyuthi dalam al-Jami' al-Kabir)
Keenam, Lailatul Qadar adalah malam keselamatan dan keberkahan bagi para wali dan orang-orang yang melakukan ketaatan. Pada malam itu, setan tidak dapat berbuat buruk kepada orang-orang yang melakukan kebaikan. Allah ta'ala berfirman:
سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (القدر: ٥)
Maknanya: "Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar" (QS al-Qadr: 5)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Kapan terjadinya Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar terjadi satu kali dalam satu tahun di bulan Ramadhan. Mungkin saja ia terjadi pada satu malam di antara malam-malam Ramadhan. Mungkin pada malam pertama, malam kesembilan atau malam-malam yang lain. Akan tetapi kemungkinan besar ia terjadi pada salah satu dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الْتَمِسُوهَا في العَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ (رواه البخاري)
Maknanya: "Carilah Lailatul Qadar itu di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan" (HR al-Bukhari).
Imam Syafi'i berpendapat sebagaimana dikutip oleh Syekh Zakariyya al-Anshari dalam Fath al-Wahhab bahwa lailatul qadar kemungkinan besar terjadi pada malam 21 atau malam 23 Ramadhan. Sedangkan para ulama yang lain berpendapat, kemungkinan besar Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadhan.
Mengapa Lailatul Qadar keberadaannya dirahasiakan?. Salah satu hikmahnya adalah supaya kita senantiasa beribadah terus menerus tanpa henti pada setiap malam di bulan Ramadhan.
Hadirin rahimakumullah,
Apa saja tanda terjadinya Lailatul Qadar?
Dalam kitab Jawahir al-A'immah fi Tafsir Juz'i 'Amma, disebutkan bahwa di antara tanda-tandanya adalah melihat cahaya yang bukan cahaya matahari, cahaya bulan atau cahaya listrik, melihat terbitnya matahari pada keesokan harinya berbeda dengan saat ia terbit di hari-hari yang lain, yaitu dalam keadaan putih dan tidak banyak memancarkan cahaya, melihat pohon bersujud dan lain sebagainya. Sebagian orang melihat tanda-tanda itu dalam mimpi dan sebagian yang lain melihatnya dalam keadaan jaga. Melihatnya dalam keadaan jaga adalah lebih sempurna keberkahan dan kemuliaannya. Barang siapa yang melihatnya dalam keadaan jaga, maka sungguh ia telah melihat Lailatul Qadar. Sedangkan melihatnya dalam mimpi adalah sebuah kebaikan. Dan barang siapa yang tidak melihat tanda-tanda tersebut akan tetapi ia bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan pada malam itu, maka ia memperoleh keberkahan yang agung.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Apa yang semestinya dilakukan ketika melihat tanda Lailatul Qadar?
Yang dilakukan adalah menghidupkan malam itu dengan berbagai ibadah, seperti memperbanyak membaca istighfar, dzikir, shalat-shalat sunnah, memperbanyak membaca Al-Qur'an, beri'tikaf di masjid, dan lain sebagainya. Serta memperbanyak doa, terutama doa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kepada Sayyidah Aisyah radhiyallahu 'anha sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah:
اللهم إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun mencintai pengampunan, maka ampunilah dosa-dosaku"
Dan memperbanyak membaca doa yang paling banyak dibaca oleh Baginda Nabi baik pada Ramadhan atau pun di luar Ramadhan:
رَبَّنا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذابَ النَّارِ
"Ya Allah, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنْبِهِ (متفَق عليه)
Maknanya: "Barang siapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan berbagai ibadah dengan dilandasi keimanan dan niat mengharap ridho Allah semata, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu" (HR al-Bukhari dan Muslim).
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(Ustadz Nur Rohmad - Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto)
2. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.
Jamaah yang dimuliakan Allah.
Betapa banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk umat Muslim selama Ramadhan. Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bulan puasa dan sahur, bertadarus Al-Qur'an, melaksanakan shalat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul Qadar. Allah swt dalam Al-Qur'an secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral Lailatul Qadar,
إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.
Artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr [97]: 1-5)
Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,
إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.
Artinya, "Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan". (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321)
Hanya saja, kepastian kapan malam agung ini terjadi belum ada yang bisa memprediksi, apakah di awal Ramadhan, pertengahannya, atau di penghujung bulan. Jika kita umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah saw bersabda,
إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ.
Artinya, "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan." (HR Ibnu Majah)
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Meskipun kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha (berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen.
Jika kita himpun, ada banyak sekali ragam prediksi para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul Qadar. Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani sendiri menjelaskan setidaknya ada 45 pendapat terkait waktu terjadinya malam mulia tersebut. Hanya saja, dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan.
Sementara Imam Syafi'i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz V, h. 463)
Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi, Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28)
Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan,
الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ وَلَا يَتَّكَلَ.
Artinya, "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (Nidzamuddin an-Naisaburi, Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537)
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Kendati malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang terjadi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadits Nabi.
Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim.
Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.
Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda,
لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ
Artinya, "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi)
Hanya saja, prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-'Atsqalani sendiri menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya, bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz IV, h. 260).
Pada akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini.
Ma'asyiral muslimīn a'azzakumullāh.
Demikianlah khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
(Sumber: Kementerian Agama RI)
3. Malam Kemuliaan Lailatul Qadar
Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim.
Kaum muslimin muslimat Rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kepada Allah.
Karena dengan nikmat-Nya, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk hadir dalam acara mulia ini.
Semoga dalam acara mulia ini, kita semua mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Salah satu keistimewaan Ramadhan adalah Malam Kemuliaan (Lailatul Qadar), sebagaimana diperkuat oleh Q.S Al Qadr, 1-5 yang artinya " (1) Sungguh, kami telah menurunkan Al-Quran pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar), (2) Tahukah kamu, apa malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu? (3) Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik daripada 1000 bulan. (4) Di malam itu turunlah para malaikat dan malaikat Jibril seizin Tuhan mereka untuk mengatur segala urusan. (5) Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. Walaupun Q.S Al-Qadr ini diturunkan di Madinah, dan Q.S Al-Alaq diturunkan di Makkah, berdasarkan perintah Allah SWT, Q.S. Al-Alaq yang berisi perintah membaca berada pada urutan surat ke 96 dan Q.S. Al-Qadar yang berisi tentang turunnya Al-Qur-an dan malam kemuliaan (Lailatul Qadar) berada pada urutan surat ke-97.
Makna Lailatul Qadar adalah suatu malam yang ibadah di dalamnya memiliki keutamaan lebih daripada ibadah 1000 bulan. Pada malam hari itu malaikat (Jibril) dengan seizin Allah mengatur setiap perkara. Demikian juga Allah SWT telah memandang mereka dengan pandangan penuh rahmat atau penuh kasih sayang, dan telah memaafkan serta mengampuni mereka, kecuali 4 macam, yaitu : (1) pecandu minum arak, (2) yang berani durhaka kepada ibu-bapak, (3) yang sok memutuskan hubungan persaudaraan, dan (4) yang suka mendendam atau bermusuhan, yaitu orang yang sedang ramai-ramai atau gegeran bertengkar, dan tidak mau menyapa lebih dari 3 hari. (Zubdatul Wa'idhin).
Mengapa malam keutamaan itu diturunkan ke Rasulullah SAW, karena diindikasikan bahwa anugerah dan rahmat Allah SWT yang diberikan kepada Rasulullah SAW dan umatnya adalah lebih utama dibandingkan dengan pemberian rahmat-Nya kepada makhluk lainnya. Misalnya, Rasulullah SAW berjuang untuk menegakkan Islam hanya 23 tahun, padahal Nabi Nuh AS untuk memperjuangkan agama Allah SWT membutuhkan 950 tahun. Selain daripada itu ditunjukkan bahwa pengikut Rasulullah SAW mencapai angka nominal yang jauh lebih banyak daripada pengikut Nabi Nuh AS.
Ada yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar itu hanya terjadi sekali pada saat Rasulullah SAW saja. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada setiap Ramadhan hingga kini. Secara gramatikal, Lailatul Qadar terjadi secara terus menerus pada Ramadhan.Hal ini diperkuat dengan kata kerja (verb+ing form) yang digunakan dalam ayat pertama Q.S Al-Qadar, yaitu fi-'il mudhari' (anzalnaahu).
Jika Lailatul Qadar dimaknai sebagai malam turunnya Al-Qur'an, maka berdasarkan banyak pendapat, Lailatul Qadar terjadi dalam berbagai waktu, (1) pada malam pertama Ramadhan, (2) pada malam ke-17 Ramadhan, dan (3) pada malam ke-27 Ramadhan. Sebagian besar para ulama' bersepakat bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadhan. Di samping itu, jika Lailatul Qadar dimaknai sebagai malam kemuliaan, maka Lailatul Qadar berada pada malam-malam ganjil selama 10 hari terakhir bulan Ramadhan, ketika ibadah i'tikaf disunnahkan.
Nabi SAW bersabda bahwa malam kemuliaan (Lailatul Qadar)itu, malam yang cerah (terang) tidak dingin dan tidak panas, tidak berawan, dan tidak hujan, dan tidak angin, dan tidak dilempar bintang-bintang, dan tandanya pada pagi harinya matahari terbit tak bersinar (hanya tampak terang putih tetapi tidak panas. (H.R Ath-Thabrani). Ciri-ciri ini diharapkan dapat memudahkan kita dalam mengidentifikasi Lailatul Qadar, sehingga kita dapat menjalankan ibadah sebanyak-banyaknya pada malam yang diyakini sebagai Lailatul Qadar, tanpa mengurangi ibadah-ibadah pada hari lain.
Ingat, bahwa Lailatul Qadar bukan hanya disediakan untuk sembarang orang yang terjaga pada malam hari di antara 10 hari terakhir, melainkan tersedia dan dapat diperuntukkan bagi ummat mukmin yang memang benar-benar berdoa dan beribadah pada malam itu. Karena kebaikan yang dibawa malaikat Jibril hanya bisa sampai kepada orang-orang yang sungguh beribadah dan berdoa. Do'a yang paling dianjurkan dalam i'tikaf adalah (1) Allahhumma innaka 'afuwwun kariim tuhibbul 'afwa fa'fu 'anniy (H.R. Annasai) dan (2) Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanatan wafil aakhirati hasanatan waqinaa adzaabannaar.
Siapa yang menjumpai Lailatul Qadar dan ia melakukan shalat 2 rakaat setiap rakaat membaca Al-Fatihah 1x dan surat Al-Ikhlas 7X, sehabis salam lalu beristighfar 70X, maka tidaklah ia bangun dari duduknya, hingga Allah mengampuni ia dan kedua orangtuanya. Dan Allah SWT mengutus malaikat ke surga supaya menanam pohon-pohon untuknya, mendirikan gedung-gedung, dan membuka pintu air bengawan, dan ia tidak keluar dari dunia, kecuali melihat semua itu/yang dibangun oleh malaikat tadi (Tafsir Hanafi).
Diharapkan sekali pada saat Lailatul Qadar, kita bisa mengamalkan minimal 3x kalimat thayyibah, yaitu "Laa ilaaha illallaah, muhammadar rasuulullaah". Dengan amalan tiga kali itu, pertama insya Allah diampuni dosanya, kedua diselamatkan dari api neraka, dan ketiga langsung dimasukkan ke sorga. Semakin intensif dan semakin khusuk yang dilandasi dengan hati yang ikhlas dalam membaca kalimath-thayyibah, insya Allah segala janji-Nya akan dipenuhi.
Demikianlah beberapa hal yang patut kita fahami sekitar Lailatul Qadar, sehingga diharapkan sekali kita memiliki persiapan yang cukup dalam menjemput kehadiran Lailatul Qadar selama 10 hari terakhir dari Ramadhan kali ini. Semoga kita selalu diberikan petunjuk oleh-Nya, sehingga kita dapat memenangkan Ramadhan tahun ini dengan peningkatan ketaqwaan. Amin.
(Rochmat Wahab - Rektor Universitas Negeri Yogyakarta)
4. Lailatul Qadar Malam Spesial Khusus Umat Nabi Muhammad
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hadirin yang dirahmati Allah,
Di antara pembahasan yang sangat menarik seputar bulan Ramadhan adalah adanya salah satu malam yang lebih baik dan lebih mulia dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Ia merupakan malam yang ada di antara malam-malam selama Ramadhan, dan juga dikenal dengan malam kemuliaan dan keutamaan (lailatusy syaraf wal fadhl).
Pada malam yang satu ini, Allah swt mengutus para malaikat untuk turun ke langit dunia dengan membawa tugas masing-masing. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat rezeki, ada yang bertugas mencatat ajal, ada yang mencatat jodoh, dan ada yang mencatat kebaikan dan keburukan manusia selama satu tahun, terhitung sejak malam Lailatul Qadar hingga datangnya Lailatul Qadar selanjutnya.
Selain itu, kemuliaan dan keagungan malam yang satu ini tidak lepas dari diturunkannya Al-Qur'an yang sangat mulia nan agung, sebagai mukjizat Rasulullah yang paling agung, dan sumber hidayah bagi umat-umatnya. Malam Lailatul Qadar bertepatan dengan malam diturunkannya Al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz oleh Allah 'azza wa jalla secara menyeluruh ke langit dunia, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Islam saat itu.
Dengan demikian, malam yang satu ini tentu sangat mulia dan tidak heran jika kemuliaannya melebihi seribu bulan. Oleh karenanya, orang-orang yang bisa menjumpai malam yang satu ini tentu sangat beruntung. Sebab, saat itu semua pahala amal kebaikan nilainya berlipat-lipat dan tidak bisa ditemukan pada malam-malam lainnya.
Kemuliaan dan keagungan Lailatul Qadar diabadikan oleh Allah dalam satu surat Al-Qur'an secara khusus, tanpa bercampuran dengan ayat-ayat lainnya, yaitu:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
Artinya, "Sungguh Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. (1) Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (4) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 1-5).
Selain dalam Al-Qur'an, Rasulullah juga menguak dan menjelaskan keutamaan dan kemuliaan malam yang satu ini. Dalam sebuah hadits hadits disebutkan,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya, "Barang siapa beribadah pada malam Lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu". (HR Al-Bukhari).
Dengan dua dalil di atas, setidaknya sudah bisa disimpulkan perihal keutamaan dan kemuliaan Lailatul Qadar. Ia merupakan satu-satunya malam dalam satu tahun yang benar-benar harus dijaga oleh umat Islam. Pada malam yang satu ini, kita harus berusaha untuk meraih dan mengambil keuntungan, pemberian dan anugerah yang dilipatgandakan oleh Allah di dalamnya.
Kendati demikian, malam yang satu ini ternyata hanyalah malam spesial yang hanya dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad. Umat-umat para nabi sebelumnya tidak pernah merasakan kemuliaan Lailatul Qadar. Bagaimana penjelasannya? Simak penjelasan berikut:
Malam Spesial bagi Umat Nabi Muhammad
Imam Malik bin Anas (pendiri mazhab Maliki, wafat 179 H) dalam salah satu kitab haditsnya meriwayatkan salah satu hadits, bahwa suatu saat Rasulullah melihat umur umat-umat terdahulu, saat itu ia melihat bahwa umur mereka jauh melebih umat-umatnya. Tentunya, amal ibadah yang mereka lakukan juga lebih banyak dari umatnya. Hanya saja, di saat yang bersamaan Allah memberinya keistimewaan berupa Lailatul Qadar:
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنْ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya, "Sungguh telah diperlihatkan kepada Rasulullah umur-umur umat (para nabi) sebelumnya, atau (diperlihatkan) apa yang dikehendaki oleh Allah dari semua itu. (Melihat itu) seolah Rasulullah pesimis bahwa usia umat-umatnya tidak akan mampu untuk mencapai amal ibadah yang dilakukan umat-umat tersebut. Kemudian Allah memberi Nabi Muhammad (dan umatnya) malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha' libni Malik, [Muassasah ar-Risalah: 2004, tahqiq: Syekh Musthafa al-A'dzami], juz III, halaman 462).
Berdasarkan hadits di atas, Syekh Abu Muhammad Badruddin al-'Aini (wafat 855 H) dalam salah satu kitab haditsnya mengutip salah satu pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah pemberian dan anugerah khusus dari Allah yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Dalam kitabnya disebutkan:
إِنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَةٌ بِهَذِهِ الْأُمَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِيْ الْأُمَمِ قَبْلَهُمْ
Artinya, "Sungguh malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat ini (umat Nabi Muhammad), dan tidak ditemukan dalam umat sebelumnya," (Syekh al-'Aini, Umdatul Qari Syarah Shahihil Bukhari, [Darul Ihya' at-Turats: 2006], juz XVII, halaman 168).
Dengan demikian, sudah seharusnya malam yang satu ini benar-benar dijaga oleh semua umat Islam, setidaknya bisa lebih meningkatkan semangat dan antusias yang tinggi dalam beribadah. Sebab, pada malam yang mulia ini, nilai-nilai ibadah dilipatgandakan oleh Allah tanpa terkecuali. Tentunya, semua itu tidak lain agar ibadah umat akhir zaman ini bisa menandingi nilai ibadah umat-umat terdahulu yang hidup selama ratusan tahun.
Ketika Rasulullah Mengagumi Ibadah Umat Terdahulu
Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Baqi az-Zaraqani (wafat 1122 H) dalam kitabnya bercerita, suatu saat Rasulullah menyampaikan sebuah hikayat kepada para sahabatnya, bahwa di antara orang-orang bani Israil terdapat empat orang yang beribadah kepada Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya sekalipun sebatas kedipan mata. Empat orang itu adalah Ayyub, Zakaria, Hizqil, dan Yusya' bin Nun.
Mendengar cerita empat Bani Israil tersebut, para sahabat lantas heran dan sungguh takjub dengan ibadah mereka yang sangat istiqamah, bahkan dalam kurun waktu yang tidak sedikit, mereka tidak pernah melakukan perbuatan dosa.
Hanya saja, di saat yang bersamaan datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah, kemudian berkata kepadanya,
عَجَبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ أَرْبَعَةٍ ثَمَانِيْنَ سَنَةً لَمْ يَعْصُوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَقَدْ أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجَبَتْ أُمَّتُكَ
Artinya, "Telah heran umatmu akan ibadah empat orang selama delapan puluh tahun dan mereka tidak pernah bermaksiat sekalipun sebatas kedipan mata. Sungguh, Allah telah menurunkan bagimu (dan umatmu) yang lebih baik dari semua itu, yaitu malam Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Ini (lailatul qadar) lebih utama dari apa yang dikagumi oleh umatmu."
Mendengar apa yang disampaikan malaikat Jibril tersebut, akhirnya Rasulullah dan para sahabat saat itu sangat bahagia, serta tidak khawatir amal ibadah mereka akan kalah dengan ibadah umat sebelumnya. (Syekh az-Zaraqani, Syarhu az-Zaraqani 'alal Mawahib al-Ladunniyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1411], juz II, halaman 292).
Alhasil, Lailatul Qadar menjadi satu-satunya malam bagi umat Nabi Muhammad untuk semakin semangat dalam menambah ibadah dan ketaatan, serta tidak banyak menggunakan waktu di bulan Ramadhan dengan hal-hal yang tidak memiliki manfaat dan faedah.
Demikian penjelasan perihal Lailatul Qadar. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari terakhir sebelum hari raya ini, dan juga bisa menjumpai malam agung yang lebih utama dari seribu bulan itu, Amin.
(Ustadz Sunnatullah -Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur)
5. Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Hadirin yang dirahmati Allah,
Ramadhan adalah salah satu bulan yang mulia. Salah satu kemuliaan Ramadan karena di dalamnya terdapat satu malam yang amat luar biasa dan ditunggu-tunggu oleh seluruh umat Islam. Malam itu dinamakan Lailatul Qadar.
Dalam QS. Al-Qadr/97: 1-5, Allah swt menjelaskan secara gamblang apa itu malam Lailatul Qadar. Malam Lailatul Qadar adalah malam di mana al-Qur'an diturunkan oleh Allah swt.
Kemudian, pada malam Lailatul Qadar, Allah berfirman bahwa malam itu lebih baik dari pada 1000 bulan, atau jika dikonversikan ke dalam hitungan tahun menjadi sekitar 83 tahun.
Ada dua hal luar biasa pada malam Lailatul Qadar. Pertama, Allah swt menurunkan para malaikat-Nya untuk untuk melakukan pengaturan pada sejumlah urusan. Selain itu, para makhluk Allah swt akan merasa tentram pada malam itu hingga terbit fajar.
Tanda Datangnya Malam Lailatul Qadar
Pada dasarnya, tidak ada satupun orang yang tahu kapan malam Lailatul Qadar hadir. Meski begitu, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar hadir pada pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Secara spesifik, ada juga yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar hadir di antara malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini bersandar pada hadits yang diriwayatkan oleh 'Aisyah. Nabi saw bersabda:
Artinya: Dari 'Aisyah bahwa Rasulullah saw bersabda, "carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari 10 hari terakhir bulan Ramadhan."
Meski begitu, kembali lagi ke pendapat awal, tidak ada yang tahu pasti kapan malam Lailatul Qadar terjadi.
Namun, dengan segala usaha keras, ulama telah menghimpun sejumlah tanda yang kemungkinan besar malam Lailatul Qadar akan terjadi pada malam itu. Dalam hal ini, ada dua hadis Nabi Muhammad saw yang menjelaskan mengenai kapan Lailatul Qadar itu terjadi. Berikut kedua hadis tersebut:
1. Matahari terbit tanpa memiliki sinar
Hadis pertama diriwayatkan dari Abi bin Ka'b. Nabi Muhammad saw mengatakan bahwa di malam terjadinya Lailatul Qadar, matahari akan terbit tanpa sinar. Pada hari itu, matahari tidak terasa begitu panas bagi manusia. Nabi saw bersabda:
Artinya: Dari Abi bin Ka'b, sesungguhnya ia berkata, "Rasulullah saw mengabarkan kepada kami bahwa matahari terbit pada hari itu (Lailatul Qadar) tanpa memiliki sinar. (HR. Tirmidzi)
2. Malam yang penuh dengan ketenangan
Salah satu sahabat ternama, yakni Ibnu Abbas, meriwayatkan bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam yang penuh dengan ketenangan. Pada malam Lailatul Qadar cuaca tidak terasa dingin dan juga tidak terasa panas. Begitu juga dengan matahari, pada hari itu matahari nampak tidak begitu cerah dan berwarna kemerah-merahan. Nabi Muhammad saw bersabda:
Artinya: "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin. Pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan."
Demikian dua tanda kehadiran malam Lailatul Qadar. Umat Islam seyogyanya tidak terlalu terpaku pada tanda-tanda tersebut karena sulit diidentifikasi. Maka dari itu, umat Islam harus senantiasa meningkatkan ibadah di bulan Ramadhan, terutama di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Hal ini juga dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw dan para istrinya. 'Aisyah berkata bawah:
Artinya: "bahwasannya Rasulullah saw lebih intens melakukan ibadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, jika dibandingkan dengan hari-hari lainnya."
Demikian penjelasan perihal Lailatul Qadar. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari terakhir sebelum hari raya ini, dan juga bisa menjumpai malam agung yang lebih utama dari seribu bulan itu, Amin.
(Sumber: PPPA Daarul Quran)
(alk/urw)